Masih banyak perspektif orang  yang menyebut penulis itu adalah orang-orang menerbitkan buku. Belum disebut penulis jika namanya belum tercantum di sampul sebuah buku.Â
Sebenarnya seorang penulis tidak hanya menulis buku saja. Lebih luas lagi, penulis dapat menulis untuk media massa, menulis blog dan banyak macam yang dapat mewadahi karya menulis.
Dapat Mengukur kelayakan Kualitas Tulisan
Menulis dan menerbitkan buku dapat mengukur kelayakan tulisan. Cara ini dapat mengurangi insecure dan rasa percaya diri dapat tumbuh setelah buku ternyata layak terbit.Â
Sebisa mungkin terbitkan buku di penerbit-penerbit yang menggunakan sistem gratis dan seleksi naskah.Â
Dengan sistem ini, penulis bisa yakin bahwa tulisannya yang tebit itu memang layak dikonsumsi publik. Jika penulis  terbitkan buku di penerbit berbayar dan tanpa seleksi memang mudah.Â
Editor akan menyulap naskah menjadi layak baca dan terbit. Perombakan naskah sana-sini yang membuat kualitas tulisan seorang penulis dipertanyakan.Â
Tetapi tidak ada salahnya juga memakai jasa penerbit yang berbayar, penulis bisa meminta untuk konsultasi naskah kepada editor. Carilah penerbit yang menyediakan jasa konsultasi ini. Agar penulis bisa tahu di mana letak kekurangannya.Â
Jangan skeptis duluan, coba saja kirim naskah dulu! Kirim naskah ke penerbit yang menyeleksi naskah dengan berbagai persyaratan. Jika ternyata lolos dari meja editor, pasti penulis akan sangat puas.
Mengenal Lingkup Penerbit
Dengan mencoba mengirim naskah buku ke penerbit, kita bisa mengetahui selintas tentang penerbit.Â
Kita jadi mengetahui ada kedudukan apa saja di lingkup penerbit. Kalau beruntung, kita bisa mengenal secara personal dengan pekerja di penerbit tersebut. Ada pimpinan redaksi, editor dan lain-lain.
Bukan hanya pekerjanya, kita juga jadi paham proses panjang terbitnya sebuah buku. Naskah kita akan diulas (review), disunting (edit), dibenahi tata letaknya, dan lain-lain, sampai akhirnya sampai bisa mendapatkan International Standard Book Number (ISBN)
Berbagi Secara Abadi
Menulis konten yang bermanfaat dan diniati berbagi kepada para pembaca yang membutuhkan adalah cara beribadah secara abadi. Berbagi ilmu adalah ibadah, bukan?Â
Buku yang kita terbitkan dapat menjadi perantara pahala walau penulisnya sudah tiada. Ini adalah kebahagiaan penulis menerbitkan buku yang kebahagiaannya abadi.
Lika-Liku yang Rumit untuk Menerbitkan Buku
Walau tampak membanggakan dapat menerbitkan buku, tetapi dalam prosesnya, menerbitkan buku tak semulus itu. Proses dan penantian yang cukup panjang. Tragedi naskah ditolak editor adalah patah paling wah bagi para penulis.
Bahkan setelah terbit pun tidak serta-merta penulisnya berleha-leha. Apalagi kalau buku itu diterbitkan sendiri.Â
Walau penerbit indie menyediakan jasa promosi, tetapi itu terbatas. Penulislah yang harus gencar penjadi pejuang promosi agar bukunya terjual dan dapat dibaca secara luas.
Tidak jarang penulis harus menelan pil kekecewaan karena bukunya tak diminati sewaktu pra pesan dibuka. Jangan sekecewa itu! Percayalah setiap karya akan menemukan pembaca yang tepat.Â
Selain memastikan kualitas tulisan dan judul yang menarik, juga gencaran promosi harus pintar-pintar menarik calon pembaca.Â
Diawali dari teman-teman terdekat yang ditawari, itulah fungsinya pandai bersosialisasi. semakin pandai bersosialisasi, semakin luas pula peluang penulis menawarkan buku karyanya.
Terus semangat, ya, para penulis yang menciptakan jendela dunia melalui buku-bukunya. Buku bukanlah hasil sulap, buku itu hasil proses yang panjang dari penulisan hingga penerbitan.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H