Berhenti menulis karena kecewa tulisan tidak banyak apresiasi, kemudian menyaksikan tulisan orang lain memiliki banyak pembaca dan digemari. Akankah hanya puas menjadi saksi kejayaan penulis lain?Â
Bukan berniat untuk bersaing tetapi mimpi kita untuk menjadi penulis hebat punya hak untuk diwujudkan. Waktu terlalu singkat, jika berhenti dan rehat sejenak, ingatlah untuk memulai kembali. Mimpi penjadi penulis jangan dibiarkan hanya sebatas mimpi.
Lalu bagaimana usaha agar tulisan bisa dibaca secara luas dan lebih banyak pembaca yang dapat memetik manfaatnya. Apakah diam saja dan hanya menunggu pembaca? Tentu tidak.Â
Setelah menulis dengan ikhlas, diniati untuk berbagi dan yakin tulisan akan bertemu jodohnya, terus menulis dan  usaha agar tulisan memiliki pembaca tetap berjalan.
Beberpa cara untuk mempromosikan tulisan agar dilirik pembaca adalah menyelenggarakan bedah buku. Peserta yang mengikuti bedah buku berpeluang untuk membeli buku yang dibedah. Promosi di media sosial pribadi cukup marak belakangan ini.Â
Jika tulisan di blog atau platform menulis daring, bagikan tautan di media sosial lumayan efektif. Selanjutnya lakukan personal chat yang mungkin akan dianggap spam tetapi akan sangat wajar jika yang ditawari langsung di direct message itu orang-orang terdekat. Mulailah menebar kebaikan pada orang terdekat.Â
Semangat menulis tetap berkobar, ya. Sesedikit apapun pembacanya. Fokus menulis yang bermanfaat, pasti akan berkah dan diminati banyak pembaca.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H