"Streeeess"
"Pusiiiinggg"
"Masalah ga abis abiiis"
Stres adalah salah satu dinamika psikologis yang sering terjadi. Meskipun seringkali dianggap 'negatif' tetapi merasakan stres adalah hal yang sangat wajar dalam sebuah dinamika psikis manusia.
Secara neuropsikologi, stres terjadi akibat adanya reaksi hormonal dan kimiawi otak yang terjadi begitu cepat dalam waktu bersamaan. Itulah mengapa ketika stres, sensasi yang dirasakan seperti "semuanya numplek di kepala".
Dinamika hormonal tersebut dipicu karena adanya stimulus dari luar diri yang kemudian diterjemahkan oleh kita sebagai "ancaman", atau "masalah" sehingga terjadilah reaksi-reaksi hormonal yang membuat tubuh kita merasakan berbagai sensasi fisik dan rasa tidak nyaman.
Sumber stres biasanya disebut sebagai stressor. Banyak orang bilang bahwa stressor tidak bisa dikendalikan.
Pertanyaannya, apakah betul-betul tidak bisa dikendalikan? Atau jangan-jangan kita yang belum tau cara mengendalikannya? Yuk kita bahas di artikel ini.
#1 Masalah yang layak dipermasalahkan adalah masalah yang mengganggu tujuan.
Tidak semua masalah layak kita permasalahkan. Terkadang yang membuat kita stres adalah mempermasalahkan masalah yang sebenarnya tidak perlu dipermasalahkan. Dan tidak mempermasalahkan masalah yang sebenarnya layak dipermasalahkan.
MASALAH ADA, KALAU DIPERMASALAHKAN
Mari kita bermain analogi contoh berikut:
Turunnya hujan bisa saja menjadi masalah bagi orang yang akan berangkat menggunakan sepeda motor. Atau orang yang sedang dalam perjalanan jauh, kemudian harus menyita waktu lebih lama karena perlu berteduh.Â
Beda halnya dengan orang yang mungkin sedang diam di rumah, suasana hujan justru menjadi keadaan nyaman yang bahkan bisa membuat rileks, berbincang, bahkan sampai tertidur.Â
Adanya hujan akan menjadi masalah atau tidak tergantung kita, mau atau tidak mempermasalahkan itu.Â
Bagi orang yang berada di rumah, hujan bisa saja menjadi masalah jika ada beberapa bagian rumahnya yang bocor.Â
Begitu pula bagi orang yang sedang bepergian menggunakan motor, hujan bisa saja tidak menjadi masalah jika memang berangkat dalam keadaan santai, tidak terburu-buru oleh waktu, dan telah menyediakan jas hujan.Â
Tergantung apa tujuan kita, dan apa yang menjadi penting bagi kita. Dan yang paling utama adalah, apakah masalah yang ada mengganggu tujuan kita atau tidak, sehingga kita bisa tahu masalah yang datang layak dijadikan masalah atau tidak.
#2 Tentukan Prioritas
Seringkali kita merasa banyak masalah, bukan hanya karena kuantitasnya tetapi karena kita tidak bisa menguraikan masalah-masalah tersebut sesuai dengan kedudukannya masing-masing.Â
Latih diri kita saat ada masalah kemudian mengurainya menjadi tingkatan prioritas. Mana yang layak untuk dipikirkan paling atas dan mana yang akan dipikirkan lebih lanjut kemudian. Karena rasa stres seringkali terjadi hanya karena ketidakmampuan kita mengurai kekusutan benang masalah yang ada di kepala kita.
Seperti halnya benang yang kusut, semakin sembrawut maka akan semakin mengakibatkan adanya lilitan lilitan kecil yang sulit dilepaskan. Maka urailah perlahan-lahan, buat diri kita menjadi tenang, lalu kemudian secara objektif mengurai mana saja yang sebenarnya layak diprioritaskan menjadi masalah.
#3 Fokus pada Solusi
Hal yang juga seringkali membuat masalah semakin besar adalah karena kita terlalu fokus pada masalah itu sendiri, sehingga bukannya menyelesaikan perkara justru malah menambah perkara. Bahkan tidak jarang malah membuat keadaan menjadi semakin runyam.Â
Saat ada masalah maka berfokuslah untuk menyelesaikannya
Karena dengan berfokus pada solusi, masalah akan jauh lebih cepat selesai dan tidak membesar jika dibandingkan dengan hanya sibuk merasakan beratnya masalah, memikirkan dengan pelik masalah itu sendiri. Hal tersebut hanya akan membuat kita semakin terjebak dan sulit untuk keluar.
Biasakanlah memiliki pola pikir solutif agar kepala kita menjadi lebih tertata, tidak terisi oleh hal-hal yang sebenarnya bisa kita selesaian sesegera mungkin.
-----
Itu dia 3 set berpikir atau mindset yang bisa kita latih untuk menghadapi stres.
Ingat, pusat stres ada di pikiran kita. Maka kuncinya ada di pengelolaan diri dan pikiran kita. Semakin kita terlatih mengelolanya, maka semakin efisien pula cara kita menghadapi stres.Â
Karena menghilangkan masalah adalah hal yang tidak mungkin, maka yang paling mungkin adalah melatih sikap kita menghadapi masalah.
Semoga bermanfaat.
Ilham, A
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H