Kondisi ekonomi akhir ini sedang tidak baik-baik saja. Setelah babak belur dipukul pandemi, munculah inflasi yang mengakibatkan harga-harga mengalami kenaikan dan berikutnya ekonomi diprediksi akan terjadi resesi dari dampak adanya inflasi tersebut.
Dilansir dari laman Narasi TV, peringatan akan adanya resesi global ini sudah disampaikan oleh Menteri Keuangan RI, Sri Mulyani.
"Bank Dunia sudah menyampaikan kalau bank sentral di seluruh dunia melakukan peningkatan suku bunga secara cukup ekstrem dan bersama-sama, maka dunia pasti mengalami resesi di 2023", kata Sri Mulyani dalam keterangan pers APBN KiTa secara virtual (29/09/22).
Istilah resesi pasti sudah tidak asing lagi pada sebagian orang, tapi tak sedikit pula yang belum memahami apa itu resesi. Sebenarnya apa, sih, resesi?
Resesi sendiri merupakan fenomena turunnya perekonomian dunia karena dipicu oleh inflasi. Kasarnya, dalam resesi ini perekonomian akan mengalami kelesuan.Â
Secara sederhana, Otoritas Jasa Keuangan menjelaskan resesi adalah suatu kondisi di mana perekonomian suatu negara sedang memburuk, Produk Domestik Bruto (PDB) bernilai negatif, dan pengangguran akan meningkat.
Sadar atau tidak, pada kondisi ini uang tampak seperti tidak ada artinya. Salah satu contoh kecilnya yaitu, orang-orang bisa membeli 5 barang dengan uang 50 ribu, maka dengan adanya inflasi kita hanya bisa memilih 2 sampai 3 barang saja dengan nominal yang sama.
Apa penyebab terjadinya resesi?
Resesi tidak serta-merta terjadi begitu saja. Resesi dapat terjadi karena beberapa hal seperti, Pertama, guncangan ekonomi secara tiba-tiba.Â
Guncangan ekonomi bisa menimbulkan kerugian finansial yang serius. Kejutan ekonomi secara tiba-tiba seperti adanya wabah virus Corona yang terjadi telah mematikan ekonomi di seluruh dunia.Â
Kedua, terlalu banyak inflasi. Bank sentral dalam mengendalikan inflasi yaitu dengan menaikkan suku bunga, dan suku bunga yang lebih tinggi menekan aktivitas ekonomi.
Bagaimana dampak dari adanya resesi?
Dari adanya resesi tersebut akan menimbulkan beberapa dampak seperti, seseorang mungkin akan kehilangan pekerjaan akibat Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), bahkan beberapa perusahaan mungkin menutup dan  tidak lagi beroperasi.
 Kemudian, kinerja instrumen investasi akan mengalami penurunan sehingga investor cenderung menempatkan dananya pada bentuk investasi aman.
Serta, ekonomi yang semakin sulit berdampak pada pelemahan daya beli masyarakat karena akan lebih selektif menggunakan uang dan fokus pada pemenuhan kebutuhan terlebih dahulu.
Resesi dianggap sebagai bagian tak terhindarkan dari siklus bisnis yang terjadi dalam perekonomian suatu negara. Lalu bagaimana dengan masyarakat agar tidak terlalu kena dampak dari adanya resesi ini?
Aidil Akbar Madjid, Perencanaan Keuangan sekaligus Presiden International Association of Registered Financial Consultants Indonesia, melalui Tempo.co menyarankan masyarakat untuk menghindari menabung di Bank di tengah menguatnya ancaman resesi tahun depan. Aidil mengatakan resesi akan membuat tabungan masyarakat di Bank tergerus tingginya inflasi.
Menurutnya, sebaiknya masyarakat mulai beralih menyimpan dananya ke produk investasi. Instrumen investasi yang tak akan terkena dampak inflasi dan bisa menjadi pilihan adalah emas, tanah, hingga saham.
Senada dengan itu, dilansir dari Kompas TV, masyarakat bisa melakukan investasi asalkan memilih instrumen investasi safe haven atau aset aman.Â
Dengan berinvestasi di safe haven, maka risiko yang dihadapi investor juga lebih kecil. Karena tujuan investasi di aset aman adalah untuk meminimalisir resiko kehilangan akibat ekonomi yang sedang melemah.
Selain investasi, masyarakat bisa mulai menabung dengan cara di simpan sendiri dan menggunakan uang untuk keperluan yang mendesak saja, lebih mengutamakan kebutuhan daripada keinginan, mencari pendapatan tambahan dan mengurangi gaya hidup hedonis.
 Gaya hidup memang tidak akan pernah ada habisnya, namun mulai pikirkan kehidupan di masa depan juga.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI