Mohon tunggu...
Hasibah AhmadFuad
Hasibah AhmadFuad Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Semester 5 Prodi Komunikasi Penyiaran Islam STIBA Ar-Raayah Sukabumi

كن مع الله و ابتسم ما دام لك رب كريم

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Srikandi Muslimah Pertama yang Berjihad di Samudera

26 Maret 2021   17:20 Diperbarui: 26 Maret 2021   17:22 564
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Penaklukan Kaum Muslimin di Negeri Qabrus

Bertahun-tahun pasca Rasulullah salallahu 'alaihi wasallam meninggal dunia, pasukan muslimin terus berperang dalam upaya menumpas kekafiran. Perjuangan mereka pun terus berlanjut hingga masa kekhalifahan Utsman ibn 'Affan radhiyallahu 'anhu. Memang pada masa kekhalifahan Umar ibn Khattab radhiyallahu 'anhu, beliau menentang para tentara kaum muslimin untuk berlayar ke laut.

Namun dalam masa peralihan dan pergantian khalifah ke Utsman Bin 'Affan radhiyallahu 'anhu, beliau lebih terbuka dan mengizinkan. Itulah kenapa, umat muslim mulai melakukan pengembangan transportasi lewat laut dalam upaya mobilisasi pasukan. Dalam penaklukan negeri Qabrus, Ummu Haram bint Milhan radhiyallahu 'anha ikut dalam pasukan yang berjuang pada masa kekhalifahan Utsman ibn 'Affan radhiyallahu 'anhu tersebut.

Berangkat melalui jalur laut, yang memimpin pasukan angkatan laut tersebut adalah Mu'awiyah ibn Abi Sufyan. Mu'awiyah kala itu memang menjabat sebagai Gubernur Syam. Utsman ibn 'Affan radhiyallahu 'anhu memperbolehkan adanya mobilisasi lewat jalur laut kepada Muawiyah dan pasukannya namun dengan syarat bahwa Mu'awiyah harus ikut serta membawa istrinya.

Utsman juga memberikan dorongan untuk tidak melakukan hal yang tidak perlu. Tujuan kaum muslimin menginvasi Qabrus kala itu hanya satu, yaitu melemahkan tirani dari angkatan laut Byzantium (Romawi) yang dikenal sangat kokoh. Hal ini didasari dari kebutuhan untuk mempertahankan lepas pantai Syria dan Mesir dari serangan angkatan Laut Byzantium.

Bila pasukan Byzantium dibiarkan lebih lama menguasai laut tanpa pertentangan, maka tak seorangpun dari sepanjang pantai Syria, Mesir maupun Palestina yang akan selamat. Itulah kenapa, Qabrus menjadi tempat yang strategis dalam upaya menghalau pasukan Byzantium. Berjarak 100 km dari lepas pantai negeri Syam, pasukan muslimin pun berangkat menuju Qabrus.

Menaiki kapal-kapal layar yang diisi oleh pasukan-pasukan bersenjata, kaum muslimin melakukan penyerangan kepada pulau yang dikuasai oleh armada Byzantium tersebut. Pertarungan cukup sengit. Ini merupakan awal dari benturan kekuatan Arab melawan kekuatan Barat. Namun karena kegigihan kaum muslimin, mereka pun berhasil memukul mundur pasukan Byzantium dan menaklukkan Qabrus.

Mereka adalah angkatan pertama pasukan Muslim yang melakukan perjalanan jihad melalui laut dan kemudian mendarat di kota Larnaca yang terletak di bagian selatan pulau Qabrus. Pasukan muslim yang menyerbu Qabrus akhirnya berhasil mengalahkan musuh dan bersiap untuk pulang. Namun sayangnya, Ummu Haram mengalami kecelakaan saat menaiki bighal (hewan hasil kawin silang antara kuda dan keledai). Ummu Haram terjatuh dari hewan yang dikendarainya dan lehernya pun patah yang kemudian menyebabkan Ummu Haram meninggal dunia. Jenazah Ummu Haram lalu dimakamkan di tempat ia mengalami kecelakaan di Qabrus, yaitu sekitar lima kilometer dari kota Larnaca.

Sejak saat itu, makam Ummu Haram bint Milhan pun menjadi tempat tujuan para turis yang berkunjung di Qabrus. Bahkan makam tersebut dianggap sebagai salah satu tempat penting bagi muslim di Qabrus yang sekarang dikenal dengan Pulau Cyprus. Tak hanya itu, Kerajaan Turki Utsmani juga menghormati makam Ummu Haram dengan membangun sebuah masjid di sebelahnya. Hingga kini, kompleks makam Ummu Haram bint Milhan kemudian dikenal sebagai Hala Sultan Tekke. Menurut buletin bulanan PBB di Cyprus, the Blue Beret Tekke bermakna biara atau tempat ibadah. Dalam konteks Islam, istilah ini identik dengan masjid atau makam. Hala Sultan berarti bibi dari seorang pemimpin atau sultan. Ini konon mengacu pada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, walaupun makna kata "bibi" bersifat majas dan tidak menyebabkan mahram.

  • Kesimpulan 

Sebagaimana kita ketahui, peran wanita bukan hanya sebagai ibu rumah tangga saja, kaum hawa juga dituntut memiliki peran dalam kehidupan masyarakat. Seorang wanita identik dengan lemah lembut, tetapi ada beberapa wanita yang kuat dan tangguh serta sangat menginspirasi bagi wanita lain di dunia ini. Seperti kisahnya Ummu Haram bint Mihan radhiyallahu 'anha. Kisah nya sangat menarik agar kita dapat mengambil pelajaran yang sangat berharga untuk kehidupan kita. Akhlak nya yang baik yang perlu kita contoh, dengan keteguhan hati nya senantiasa bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam untuk menyebarkan dan membela agama Islam hingga pada akhirnya Islam masih tetap ada sampai sekarang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun