Ada hal yang menyentuh penulis ketika membaca amanat Mendikbud pada Hari Pendidikan Nasional pada bulan Mei 2015. Beliau menyatakan: “Ki Hadjar Dewantara menyebut sekolah dengan istilah “Taman”. Taman adalah tempat belajar yang menyenangkan. Anak datang ke taman dengan senang hati, berada di taman juga dengan senang hati dan pada saat harus meninggalkan taman maka anak akan merasa berat hati.” [Baswedan, 2015].
Mari kita semua membayangkan jika pada suatu hari kita mendekati suatu taman. Pada bagian luar taman tertera “Taman MADOSA – taman ini dihuni oleh manusia pendosa dengan tingkat ketidakjujuran terendah.” Akankah kita merelakan anak kita bermain di taman itu? Tentu tidak. Ini jika kita mampu menjauh darinya. Namun, tentu ada saja orangtua yang terpaksa memasukkan anaknya ke taman itu. Apakah adil jika anak tersebut ikut menanggung dosa sebagian besar pengunjung taman? Seorang manusia hanya memikul dosanya sendiri [QS al Isra ayat 15] dan dia tak akan pernah menanggung dosa orang lain [QS An Najm ayat 38].
Daripada menghukumnya dengan penyematan label yang buruk, tak dapatkah kita yang telah lebih dulu dewasa ini memperlakukan anak-anak kita seperti halnya yang dilukiskan dalam penggalan lagu “Greatest Love of All”-nya Whitney Houston:
“I believe the children are our future
Teach them well and let them lead the way
Show them all the beauty they possess inside
Give them a sense of pride to make it easier
Let the children's laughter remind us how we used to be……..”?
Fikirkanlah….!
https://www.scribd.com/doc/309472940/Indeks-Integritas-Sekolah
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H