Mohon tunggu...
Ardiansyah Fauzi
Ardiansyah Fauzi Mohon Tunggu... -

Sedikit tentang saya Anak pedalaman 'PAYAHE' yang coba menulis sejarahnya sendiri. tentang tanah Dusun yang setiap hari di rampas untuk kepentingan investor asing,..\r\nMencoba melawan sebab yG namanya penjajah tak akan pernah mensejaterakan bangsa ini..

Selanjutnya

Tutup

Nature

EDITORIAL BBM

27 Maret 2012   16:33 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:23 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Beberapa waktu kemarin pak BeYe mengumumkan akan terjadi kenaikan harga BBM, 1 april nanti. Plaakk,.! Rakyat negeri ini seperti mendapat pukulan telak, siapa yang berjanji dia yang mengingkari. Rezim SBY-Boedione kembali melukai hati rakyat dari Sabang sampai Merauke, pulau Miangas sampai pulau Rote. Santun para petinggi pemerintahan yang tergabung dalam koalisi besar beralibi, semakin kalian(penguasa) mencari pembenaran, semakin sulit juga penderitaan dan kemiskinan bangsa ini terselesaikan. BBM menjadi isu yang sangat krusial, sebab hampir seluruh sektor vital negeri ini bergantung pada hal tersebut. Apakah kita tak punya solusi lain,? hingga harus merumuskan kebijakan yang menjepit potensi hidup rakyat miskin kebanyakan. Potret ini jelas memberi kita kesimpulan akhir, kalau bangsa ini benar-benar tidak mampu berdaulat di sektor ekonominya sendiri. Negara penghasil Minyak bumi dan Gas alam terbesar, namun rentan dan krisis menghadapi fluktuasi harga minya bumi, dan ujung-ujungnya mengekori negeri paman Sam. Ironis memang,! Sebuah bangsa yang besar seperti Indonesia, tak sanggup menentukan harga dan Nilai BBM dalam negerinya sendiri.

Lalu untuk apa negara jika tak mampu menjadi pelindung bagi rakyatnya sendiri, sementara mimpi suci para pendiri repoeblik ini adalah untuk tujuan mulia tersebut. Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah. Tapi faktanya apa, para demonstran kita di tembaki dimana-mana. Mereka yang melawan korporat asing seperti menjadi musuh oleh saudaranya (militer) sendiri. Banyak hal yang tak pernah tuntas di negeri besar ini. Kasus century misalnya, selama rezim ini berjalan buntu penyelesaian kasunya. Kasu Wisma Atlet, Mafia pajak, Rekening Gendut petinggi Militer kita, Bima, Mesuji mengendap dan hilang seperti Kasus talangsari, Trisakti, kasus pembunuhan Aktivis HAM Munir. Para penegak hukum seperti terkena sidrom Amnesia yang akut. mendapati kenyataan sepeti ini kemudian harus berharap pada siapa,? Kita butuh pemimpin yang populis, atau nasib kita akan sama seperti hilangnya kejayaan Majapahit dan Sriwijaya. Tinggal kenangan dan etalase kontemplasi yang terkadang tak lagi memiliki makna apa-apa dimasa kini.

BBM Naik, SBY-Boediono harus turun, dua tajuk yang semakin keras di dengungkan oleh kelompok Mahasiswa, Nelayan, Petani dan Para Buruh. Sekali-kali pemimpin negeri ini harus belajar dari para samurai Jepang. Ketika telah kehilangan kewibawaan dan kepercayaan di hadapan publik, dengan gentleman mereka mengundurkan diri, sebuah bentuk sikap sadar diri dan punya nyali untuk berlaku jujur, kalau mereka tak mampu menunaikan tugas rakyat banyak yang diamanatkan pada mereka. Kesucian perjuangan tetap terjaga, tak sedikitpun terkontminasi dengan kepentingan politik pragmatis. Pemimpin di negera ini berbeda, semakin salah sikap dan kebijakan mereka, maka makin bersikukuh untuk membenarkan. bukan malah menyelamatkan kehormatan diri dan tanah kelahiran. Kedudukan dan jabatan tinggi adalah segala-galanya. Kekuasaan telah membutakan mata, bahkan berujung pada penghambaan yang sesat.

Hari ini hampir di semua daerah Indonesia terjadi demo besar-besaran, hendak meredam puncak akumulasi kekecewaan rakyat. Polisi di siagakan, bahkan tentara yang biasanya berjaga di perbatasan dan di barak. Di perintahkan untuk mondar-mandir dijalan-jalan kota, lengkap dengan persenjataan. Pemandangan yang sangat tak lazim, semua aparat militer dalam posisi siaga satu. Jika Pemerintah merasa benar merumuskan kebijakan harusnya tak setakut itu menghadapi para demonstran. Jangan sampai para demonstran ini dianggap sebagai musuh oleh negara. Senjata-sejata itu hukumnya menjadi halal, ketika hanya di pakai untuk merenggut nyawa para penjajah saja, para mereka yang ingin menghilangkan kehidupan Rakyat pemilik sah tanah ini. Namun ketika peluru bedil-bedil itu telah mengenai dada generasi yang lahir dari rahim suci ibu pertiwi, maka itu adalah kebiadaban,! Sikap itu tak bisa di toleransi sedikitpun. Maka kepada segenap tentara, jangan tembak rakyat kalian, jika tak ingin melihat darah berceceran di kamar tidur sendiri, halaman-halaman media, di istana merdeka yang megah. Menembaklah dengan Nurani, mungkin saja para menteri kita, anggota wakil rakyat kita yang terhormat, pemilik sebenarnya peluruh panas itu. Karena mereka yang sebenarnya bersalah, membuat Mahasiswa marah dan keluar dari kampusnya yang asri. Menebaklah dengan kebenaran, maka mungkin saja para birokrat asing yang mati, para brekeley-brekeley AS akan segera lari tunggang langgang meninggalkan tanah jajahannya. Sebab kalian (militer) menembak dengan tepat, tak mungkin nyasar ke jantung Ibu-ibu rumah tangga yang sedang mengantri minyak tanah di pangkalan Aba Kasim.

Sejarah reformasi adalah kegemilangan perjuangan para mahasiswa kita, fakta yang tak bisa dibantah oleh siapapun, bahkan oleh bapak presiden sekalipun. Rasa traumatik dan kengerian kita belum hilang dengan sikap represif aparat militer kita 1 dekade takhir ini. maka jangan di tambah panjang lagi daftar pembunuhan atas nama melindungi kekuasaan negara. Sudah cukup rasanya, lebih baik memikirkan pulau dan tanah kita yang setiap tahun di caplok negara tetangga. Berperanglah dengan lawan yang sebanding, agar ketika kalian menang layak disematkan penghargaan, atau jika kalian kalah maka sangat pantas mulut generasi negeri ini menyebut pahlawan. Bukan melawan para demonstran, atau Ibu-ibu rumah tangga yang marah karena dapur mereka sudah beberapa hari ini tidak mengepul, akibat dari susahnya mengakses BBM murah. Bukan memukul mundur mereka para buruh yang keluar dari perusahan, atau di PHK akibat kebijakan negera yang memberatkan kantong Tuannya. Pengurangan pekerja buruh adalah solusi yang biasanya di ambil oleh pihak perusahan demi mencegah kerugian besar. Maka meningkatlah jumlah pengangguran, merajalela lah kriminalitas akibat kemiskinan, dan semakin banyaknya anak terlantar dan putus sekolah, amanat UUD ogah di jalankan. Naif memang, melihat bangsa besar ini menjadi boneka negara lain. Harusnya kita malu saat rakyat sendiri, mengemis di bawah tiang bendera, merah putih kebanggaan kita semua.

Perlawanan demi perlawan telah terjadi, hampir di seluruh penjuru indonesia. Tapi sepertinya pemimpin kita bebal dan tuna hati. apologi usang dari partai pendukung pak presiden belum juga kering dari mulut, bukankah ini hanya akan lebih menelanjangi kebrobrokan atas ketidak becusan mengurus pemerintahan oleh mereka.

Banyak data dan fakta telah di umbar, baik dari kalangan akademisi, oposisi maupun para bamper kekuasaan. Menaikan BBM bukan solusi, bukan juga sebuah harga mati untuk menyelamatkan APBN kita. Kebocoran APBN yang terjadi dari akibat penimbunan kekayaan dan tabiat kebinatangan yang masih sulit dihilangkan. Uang rakyat di mangsa, hingga harga diripun sanggup digadaikan untuk sebuah kemewahan, sebuah kenikmatan sesaat yang kemudian membunuh kehidupan orang-orang pinggiran.

Esok perjuangan para demonstran akan di uji. apakah mereka mampu memenangkan amanah rakyat di parlemen, ataukah akan kembali di kecewakan seperti sebelum-sebelumnya. Banyak warga miskin yang menanti sang adil memberi petuah. Namun apapun hasilnya, percayalah rakyat negeri berada di pihak kalian, kaum muda berhati mulia yang benar-benar memperjuangkan hak dan kehidupan orang-orang kalah. Revolusi belum selesai,.!!

Ardiansyah Fauzi. 23/03/12

Dari Tanjung Barnabas, Untuk Pak Presiden.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun