Mohon tunggu...
Haliza Chafifatun Nisa
Haliza Chafifatun Nisa Mohon Tunggu... Mahasiswa - haliza chafifah

nobody's perfect

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menjadi Buruh Tani untuk Mencukupi Kehidupannya

27 April 2022   09:45 Diperbarui: 27 April 2022   09:50 516
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Uang yang diberikan anak anaknya masih belum cukup untuk membiayai kehidupan sehari hari mbok Supaya. Jadi beliau menjadi seorang buruh tani. Beliau bekerja di sawah atau ladang orang lain. Seperti menanam padi, menanam jagung, hingga juga memanennya.

Beliau berangkat pagi hari untuk pergi ke sawah orang, dan pulang sore hari ketika pekerjaannya sudah selesai. Biasanya beliau pulang dengan membawa rumput untuk pakan kambingnya. Tetapi kalau tidak ada petani yaang meminta beliau untuk bekerja di sawahnya, beliau mencari rumput di tempat tempat yang tidak ada pemiliknya. 

Dengan usia beliau yang tidak muda lagi, beliau tetap kuat dan semangat mencari rumput siang hari untuk kambingnya, dan beliau membawa rumputnya seorang diri dengan cara menaruh rumputnya di atas kepalanya dengan berjalan kaki panas panas pulang ke rumahnya.

Selain menjadi seorang buruh tani, beliau juga menjual barang barang sembako kecil kecilan  di rumahnya. Walaupun tidak besar seperti toko sembako lainnya, inilah cara beliau untuk mendapatkan penghasilan untuk biaya kebutuhan sehari harinya.

Beliau juga membuat gorengan seperti tempe goreng, pisang goreng, tape goreng, tahu isi, kentang goreng, dan gorengan lainnya. Beliau menjual gorengan tersebut ke desa sebelah karena beliau bilaang kalau beliau menjual gorengan di desa sendiri tidak akan laku soalnya di desanya sendiri sudah banyak orang yang menjual gorengan. 

Jadi, beliau lebih memilih menjual gorengan ke desa sebelah. "Tidak apa apa jauh yang penting dagangannya terjual habis", katanya. Beliau berangkat menjual gorengan siang hari dengan jalan kaki ke desa sebelah. Dan beliau pulang kalau dagangannya sudah habis. Biasanya beliau pulang ke rumahnya sore hari.

Rumah beliau tidak sebagus rumah orang lain pada umumnya. Terkadang waktu hujan lebat, rumah beliau bocor sampai airnya masuk ke dalam rumah. 

Beliau tidak punya uang untuk memperbaiki rumahnya. Dan tidak punya uang untuk membayar upah tukang yang mau memperbaiki rumahnya. 

Pernah suatu ketika waktu rumah beliau bocor, beliau meminta orang untuk memperbaiki rumahnya dan beliau tidak bisa memberikan upah uang kepada tukangnya, melainkan beliau hanya bisa memberikan upah rokok saja tanpa upah uang kepada tukang yang memperbaiki rumahnya. 

Kenapa tidak anaknya saja yang memperbaiki rumahnya? Yaps, anaknya juga membutuhkan penghasilan, jadi meskipun anaknya yang memperbaiki rumahnya beliau juga memberikan upah meskipun hanya rokok.

Beliau setiap bulannya juga mendapatkan bantuan dari pemerintah berupa beras dan uang. Tetapi yang beliau dapat tidak banyak dan masih kurang untuk kebutuhan sehari harinya. Jadi beliau juga harus punya pekerjaan sampingan seperti yang saya ceritakan di atas. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun