Mohon tunggu...
Haliza Chafifatun Nisa
Haliza Chafifatun Nisa Mohon Tunggu... Mahasiswa - haliza chafifah

nobody's perfect

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pengemas Rasa Pelipur Lara

3 Maret 2022   17:16 Diperbarui: 3 Maret 2022   17:20 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pengemas Rasa, Pelipur Lara

Hallo para pengunjung artikelku, selamat pagi, siang, sore, malam ! how are you? Semoga selalu sehat dan baik baik saja yaa aamiin. Kali ini saya akan menulis kisah tentang my hero. Yaps, pahlawanku ialah Ibu.

Seorang ibu menjadi pengemas rasa ialah ibu selalu menjaga hati kita agar tidak tersakiti, dan pelipur lara karena ibu lah yang mengobati hati kita dikala sedih.  

            Ibu adalah sosok wanita yang sangat hebat. Ibu adalah seseorang yang melahirkan kita di dunia. Ibu, seseorang yang membawa bayinya di rahimnya selama sembilam bulan. Ibu selalu memberikan anak anaknya rasa sayang dan juga cinta.

Ibu merupakan orang yang paling mencintai dan menyayangi kita sepenuh raga. Dengan segenap kemampuan yang dia miliki, tercurah kecintaan yang besar dan tiada henti.

Ibu... Ibuku bernama Lu'luatul Mukarromah, tapi beliau sering dipanggil dengan sebutan Mulyanah. Beliau lahir di Pasuruan, 10 Juni 1974. Ibuku anak pertama dari 4 bersaudara. Dan semua keempat empatnya ialah perempuan. Tahun 1995, ibu menikah dengan ayah dan dikaruniai 3 orang anak.

Ibuku mempunyai tiga orang anak yang ketiga tiganya itu perempuan. Tepat pada tanggal 6 Desember 1997, ibuku melahirkan anak perempuan pertamanya yang diberi nama Nurisma Kholifatun Nisa. Dan selisih sembilan tahun, tepat pada tanggal 30 Januari 2002, dengan hebatnya selama sembilan bulan, ibu melahirkan anak kedua sekaligus ketiganya dengan normal. Why? Karena anak kedua sekaligus ketiganya itu kembar. Beliau memberi nama Haliza Chafifatun Nisa dan Jazilah Lailatun Nima. Iyaa... Sangatlah berbeda tetapi nama panggilannya hampir mirip yaitu Zila dan Liza. Meskipun mengaandung dalam keadaan perut besar, beliau tetap kuat mengikuti puasa bulan Ramadhan.

Ibu seorang wirausahawan. Beliau mempunyai toko di rumah. Ibu adalah seorang yang sangat sabar, kuat, disiplin, tanggung jawab, intinya semua sifat yang baik baik ada di ibuku. Ibu menjaga toko setiap pagi sampai sore. Selama di rumah saya selalu membantu ibu menjaga toko karena ibu tidak memerlukan karyawan di rumah.

Oke karena perjuangan ibu tidak ada habisnya daripada saya bingung mau menceritakan ibu dari mana, jadi saya akan cerita kegiatan ibu dari pagi sampai malam aja yaa.

Ibuku bangun shubuh untuk sholat shubuh dan tidak tidur lagi setelah sholat melainkan memasak makanan untuk sarapan dan beres beres di dapur. Maka dari itu saya di didik menjadi seorang yang disiplin yang tidak boleh tidur lagi setelah sholat shubuh dan setiap pagi harus sudah selesai mandi dan sarapan.

Setelah itu, ibu membuka toko dan menjaga toko sampai sore. Setelah sholat maghrib, ibu berkumpul di ruang keluarga untuk nonton televisi sambil beristirahat sampai malam. Dan begitu terus kegiatan ibu sehari hari. Ibuku sosok ibu yang pendiam, tidak mudah bergaul sama orang, tidak pernah keluar rumah kalau tidak ada keperluan penting.

Ibuku sangatlah sayang adil kepada anak anaknya. Setiap beli sesuatu, beliau pasti membelikan semua untuk anak anaknya. Dan setiap anak anaknya melakukan kesalahan beliau tidak pernah marah melainkan menasehatinya. Beliau selalu memanjakan anak anaknya, setiap yang diinginkan pasti diturutin. Bahkan meskipun anak anaknya tidak meminta beliau pasti tahu dan membelikan sesuatu yang diinginkan anak anaknya.

Saya akan cerita sedikit tentang kesabaran ibuku. Suatu hari saya membeli barang online yang harganya lumaayan tidak murah dan ternyata saya kena tipu dan saya cerita kepada ibu, yang tidak saya sangka beliau mau menggantikan uangku itu yang kena tipu padahal saya hanya cerita dan tidak mau meminta uang untuk menggantikannya.

Pernah juga saya memecahkan barang yang menurut saya itu tidak biasa, disaat ibu mengetahuinya beliau bertanya "kenapa ini?" dan saya mengaakui kalau saya yang memeecahkannya tapi beliau tidak memaraahi saya melainkan tertawa "kok bisa sih"...

Saya langsung lega karena ibu sudah mengetahuinya. Ibuku tidak pernah memarahi anak anaknya. Dengan hal itu membuat anak anaknya patuh terhadapnya dan tidak berani melakukan hal hal yang bisa membuatnya kecewa.

Ibu mendidik anak anaknya agar menjadi orang yang disiplin, tepat waktu, suka kebersihan dan sabar.

ibuku sangat suka dengan kebersihan. Jika rumah ada kotor sedikit saja, beliau tidak suka dan langsung membersihkannya, dan tidak suka dengan barang yang berantakan. Dengan itu menjadikan rumah selalu bersih dan rapi tidak pernah kotor. Selama saya kuliah saya selalu kepikiran ibu karena harus membersihkan rumah sendiri, akan tetapi sekarang sudah ada yang membantu ibu jadi, beliau tidak terlalu capek untuk membersihkan rumah dan menjaga toko.

Ibuku hobi memasak. Beliau bisa masak semua makanan . Dan paastinya masakan beliau enak tidak pernah membosankan. Saking hobinya memasak beliau hampir membeli semua peralatan dapur.

Semua kebiasaan ibu turun ke anaknya. Saya sangat bangga punya ibu seperti ibuku. Beliau tidak pernah mengelu sekalipun cobaan berat menimpanya. Beliau tidak pernah menunjukkan kesedihannya kepada anak anaknya. Beliau selaalu happy di depan anak anaknya. Kata kata yang sampai detik ini saya ingat adalah beliau pernah berkata "saya akan bahagia jika melihat anak anakku bahagia, dan saya bersedih jika melihat anak anakku bersedih".

Tak hanya harta dan waktu, ibu juga mengorbankan jiwa dan raganya untuk anak anaknya. Setiap ibu pasti ingin yang terbaik untuk anak anaknya. Beliau selalu mementingkan anak anaknya dibanding dirinya sendiri. Maka dari itu, sudah sepatutnya kita sebagai seorang anak harus menghormati ibu dengan tutur kata yang baik dan sopan, jangan sampai pernah membentaknya bahkan membuat hatinya terluka, karena perjuangan beliau sangatlah tulus kepada anak anaknya.

Kasih sayang seorang kekasih bisa luntur dengan berjalannya waktu, namun kasih sayang seoraang ibu tidak pernah luntur kepada anak anaknya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun