Mohon tunggu...
Halipah
Halipah Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Kaitan Ilmu dan Moral

8 November 2020   21:26 Diperbarui: 26 April 2021   15:49 6273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Memahami kaitan ilmu dan moral (inaki del olmo/unsplash)

Namun demikian etika selalu mencapai tujuan akhir untuk menemukan ukuran etika yang dapat diterima secara umum atau dapat diterima oleh semua bangsa di dunia ini. Perbuatan tingkah laku manusia itu tidaklah sama dalam arti pengambilan suatu sanksi etika karena tidak semua tingkah laku manusia itu dapat dinilai oleh etika.

Kaitan Ilmu dengan Moral yaitu, ilmu merupakan sesuatu yang paling penting bagi manusia, karena dengan ilmu semua keperluan dan kebutuhan manusia bisa terpenuhi secara lebih cepat dan mudah. Perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan telah menciptakan berbagai bentuk kemudahan bagi manusia, dimana ilmu pengetahuan dan teknologinya merupakan berkah dan penyelamat bagi manusia, terbebas dari kutukan yang membawa malapetaka dan kesengsaraan. 

Memang dengan jalan mempelajari teknologi seperti pembuatan bom atom, manusia bisa memanfaatkan wujudnya sebagai sumber energi bagi keselamatan manusia, tetapi dipihak lain hal ini bisa berakibat sebaliknya seperti pemboman yang terjadi di bali membawa manusia kepada penciptaan boom atom yang menimbulkan malapetaka.

Keterkaitan ilmu dengan nilai-nilai moral (agama) sebenarnya sejak adanya ilmu sudah terkait dengan masala moral namun dalam perspektif yang berbeda, ketika ilmu dapat mengembangkan dirinya, yakni dari pengembangan konseptual yang bersifat komtemplatif disusul penerapan-penerapan konsep ilmiah ke masalah-masalah praktis (bersifat manipulatif) atau dengan perkataan lain dari konsep ilmiah yang bersifat abstrak dalam bentuk konkrit bersama teknologi, konflik antara ilmu dan moral berlanjut. 

Masalah moral dalam menghadapi akses ilmu dan teknologi yang bersifat merusak ini para ilmuwan terbagi ke dalam dua golongan pendapat. 

Golongan pertama menginginkan bahwa ilmu harus bersifat netral terhadap nilai-nilai baik itu secara ontologis maupun aksiologis, dalam hal ini tugas ilmuwan adalah menemukan pengetahuan kepada orang lain untuk tujuan yang baik, atau dipergunakan untuk tujuan yang buruk. 

Golongan kedua sebaliknya berpendapat bahwa netralitas ilmu terhadap nilai-nilai hanyalah terbatas pada metafisik keilmuan, sedangkan dalam penggunaannya, bahkan pemilihan objek penelitian, maka kegiatan keilmuan haruslah berlandaskan asas-asas moral.

Masalah moral tidak bisa dilepaskan dengan tekad manusia untuk menemukan kebenaran, sebab untuk menemukan kebenaran dan terlebih lagi untuk mempertahankan kebenaran, diperlukan keberanian moral. Tanpa landasan moral maka ilmuwan mudah sekali tergelincir dalam melakukan prostitusi intelektual. Penalaran secara rasional yang telah mencapai harkatnya seperti sekarang ini berganti dengan proses rasionalisasi yang bersifat mendustakan kebenaran. 

Maka ilmu pengetahuan haruslah terbuka pada konteksnya , dan agamalah yang menjadi konteksnya itu, agama mengarahkan ilmu pengetahuan pada tujuan hakikinya, yakni memahami realitas alam, dan memahami eksistensi Allah agar manusia menjadi sadar pada hakikat pencipta dirinya, dan tidak mengarahkan ilmu pengetahuan saja, akan tetapi kekuasaan manusia atas ilmu pengetahuan harus mendapat tempat yang utuh , eksistensi ilmu pengetahuan bukan untuk mendesak kemanusiaan, tetapi kemanusianlah yang mengenggam ilmu pengetahuan untuk kepentingan dirinya dalam rangka penghambaan dirinya kepada sang pencipta.

Adapun peran moral adalah mengingatkan agar ilmu boleh berkembang secara optimal, tetapi ketika dihadapkan dengan masalah penerapan atau penggunaannya harus memperhatikan segi kemanusiaan yang baik pada tataran individu maupun kelompok. Peran tersebut membuat para ilmuwan harus mempunyai sikap formal mengenai penggunaan pengetahuan ilmiah. 

Bagi kita sendiri yang hidup dalam masyarakat pancasila, tidak mempunyai pilihan lain selain konsisten dengan sikap kelompok ilmuwan kedua, dan secara sadar mengembangkan tanggung jawab sosial di kalangan ilmuwan dengan pancasila sebagai sumber moral atau sikap formal kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun