pilkada) merupakan pesta demokrasi yang menjadi wadah bagi rakyat untuk memilih pemimpin yang dianggap mampu membawa perubahan dan kemajuan bagi daerahnya. Namun, euforia pilkada seringkali meninggalkan luka dan perpecahan di tengah masyarakat. Pasalnya, tidak semua pihak menerima hasil pilkada dengan lapang dada.
Pemilihan kepala daerah (Bagi pihak yang kalah, menerima kekalahan memang tidak mudah. Rasa kecewa, amarah, dan kekecewaan terkadang sulit dikendalikan. Namun, penting untuk diingat bahwa dalam sebuah kompetisi, selalu ada yang menang dan yang kalah. Yang kalah harus menerima kekalahan dengan lapang dada dan menjadikan kekalahan sebagai pembelajaran untuk memperbaiki diri di masa depan.
Di sisi lain, pihak yang menang juga harus bersikap bijak. Kemenangan bukanlah alasan untuk bersikap arogan dan mengabaikan kepentingan pihak yang kalah. Pemimpin yang terpilih harus mampu mengakomodir semua kepentingan rakyat, tidak hanya yang mendukungnya, tetapi juga yang tidak mendukungnya.
Pemimpin yang terpilih harus ingat bahwa dirinya adalah pemimpin untuk semua rakyat, bukan hanya untuk kelompok tertentu. Janji-janji politik yang disampaikan selama kampanye harus dipenuhi dengan sebaik-baiknya. Kepercayaan rakyat yang telah diberikan harus dijaga dengan baik.
Masyarakat juga memiliki peran penting dalam menjaga perdamaian pasca pilkada. Jangan mudah terprovokasi oleh ujaran kebencian dan berita bohong yang beredar di media sosial. Perbedaan pilihan politik tidak seharusnya menjadi alasan untuk saling membenci dan memusuhi.
Jika Anda menemukan provokasi kebencian di media sosial, laporkan kepada pihak berwenang. Jangan ikut menyebarkan ujaran kebencian tersebut. Sebaliknya, sebarkan pesan-pesan damai dan persatuan. Ingat, persatuan dan kesatuan bangsa jauh lebih penting daripada perbedaan pilihan politik.
Lalu, bagaimana Solusi untuk mengatasi provokasi kebencian di media sosial terkait hasil pilkada? Tentu saja kita harus melaporkan, jika ada konten yang mengandung kebencian. Tak perlu melawannya dengan kebencian dan tak perlu juga menyebarkan ujaran kebencian tersebut. Lawanlah dengan pesan damai dan persatuan. Sebarkanlah nilai-nilai kearifan lokal yang ada di Indonesia. Karena Indonesia pada dasarnya kaya akan kearifan lokal, yang bisa menyatukan keberagaman yang ada di Indonesia.
Yang tak kalah pentingnya adalah terus meningkatkan literasi digital masyarakat. Dengan literasi yang bagus, masyarakat bisa membedakan mana berita yang valid mana yang bohong. Dengan literasi, masyarakat bisa melihat segala sesuatu berdasarkan konteksnya. Dengan literasi, kita juga bisa menjadi netizen yang cerdas, masyarakat yang cerdas, sehingga tidak mudah terprovokasi pesan kebencian dan hoaks yang sengaja disebarkan di media sosial.
Pemerintah juga perlu mengambil tindakan tegas terhadap penyebar ujaran kebencian. Tidak boleh dibiarkan dengan alasan apapun. Para penyebar kebencian harus diberikan peringatan, agar tidak terus melakukan provokasi. Indonesia adalah negara majemuk. Saling menghargai keberagaman merupakan keniscayaan yang tak bisa dihindari. Berdampingan dalam keberagaman merupakan hal yang harus dilakukan.
Pilkada telah usai. Saatnya bagi kita untuk merajut kembali persatuan dan menjaga keutuhan bangsa. Mari kita bersama-sama membangun daerah dan negara kita menjadi lebih baik. Ingat, pemimpin yang terpilih harus mampu mengakomodir kepentingan rakyat dan memenuhi janji politiknya.Â
Masyarakat juga jangan terus menebar kebencian, seperti yang dilakukan kelompok radikal. Mari kita ciptakan pilkada yang damai, bermartabat, dan demokratis. Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H