Mohon tunggu...
Halim Pratama
Halim Pratama Mohon Tunggu... Wiraswasta - manusia biasa yang saling mengingatkan

sebagai makhluk sosial, mari kita saling mengingatkan dan menjaga toleransi antar sesama

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Saatnya Hijrah Bergandengan Memperkuat NKRI

14 Juli 2024   12:23 Diperbarui: 14 Juli 2024   12:28 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perdamaian Indonesia - jalandamai.org

Beberapa waktu lalu, ustadz Abu Bakar Basyir, pendiri organisasi teroris Jamaah Islamiyah, mengakui Indonesia sebagai negara yang sah. Dia pun menyatakan tunduk pada hukum-hukum yang berlaku di negara kesatuan republik Indonesia. Dengan kembalinya ke NKRI, diharapkan juga bisa menjadi contoh para loyalis paham radikal, untuk mengakui kesalahannya dan hijrah untuk memperkuat NKRI.

Pada 30 Juni 2024, para petinggi Jamaah Islamiyah, melakukan deklarasi membubarkan organisasi yang mereka junjung tinggi. Mereka tidak hanya membubarkan JI, tapi juga mengikuti Abu Bakar Baasyir, mengakui negara kesatuan republik Indonesia. Serta mematuhi segala aturan hukum yang berlaku di Indonesia. Sikap tersebut tentu harus diapresiasi. Mereka meninggalkan jalan teror, dan memilih jalur dakwah.

Namun, dakwah bukan berarti tidak radikal. Banyak sekali saat ini ceramah-ceramah di media sosial, yang justru berisi paham radikal. Contohnya adalah banyak yang merasa paling benar dengan mengutip ayat suci. Lalu mereka menyalahkan dan mengkafirkan pihak lain, yang dianggap berbeda atau berseberangan dengan dirinya. Hal semacam ini banyak sekali terjadi. Ironisnya, hal tersebut justru diucapkan oleh para penceramah di media sosial.

Tak jarang para pengikutnya justru saling hujat satu dengan lainnya, hanya karena pernyataan para tokoh. Bahkan benda-benda budaya pun dimaknai sebagai bagian dari musrik. Wayang dianggap musrik. Sesaji dianggap sesat. Padahal wayang merupakan produk budaya, yang pernah digunakan Wali Songo untuk menyebarkan Islam di Jawa. Sesaji merupakan instrument yang digunakan masyarakat Hindu, untuk mendekatkan diri pada Sang Pencipta.

Semuanya selalu dimaknai dalam kacamata dirinya. Begitu juga dengan para pengikut Jamaah Islamiyah, yang selalu memaknai pihak yang berbeda sebagai kafir. Bahkan mereka yang dianggak kafir, harus diledakkan. Ironisnya, aksi meledakkan diri dengan bom tersebut dimaknai sebagai jihad. Padahal, meledakkan diri jelas-jelas menyesatkan. Meledakkan diri bukanlah bagian dari jihad.

Mari kita terus menyuarakan kebenaran, bukan menyuarakan pandangan menyesatkan yang dimaknai sebagai kebenaran. Mari menyebarkan informasi yang mencerdaskan, bukan informasi yang meyesatkan. Tingkat literasi masyarakat Indonesia masih rendah. Jangan provokasi mereka dengan berita bohong, yang berujung pada konflik antar sesama.

Saatnya saling bergandengan tangan antar sesama. Keberagaman yang ada di Indonesia harus dimaknai sebagai anugerah, bukan hal yang terus dipertentangkan. Nilai-nilai yang tertuang dalam Pancasila, harus terus dijunjung tinggi dan diimplementasikan dalam setiap ucapan dan perbuatan. 

Ingat, kita adalah masyarakat yang memiliki sopan santun. Kita adalah masyarakat yang gemar memberikan pertolongan antar sesama. Karena itulah, jangan kotori negeri yang tenteram dan damai ini dengan paham radikal. Mari saling menguatkan satu dengan lainnya, demi terciptanya persatuan dan kesatuan di Indonesia. Salam.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun