Mohon tunggu...
Halim Pratama
Halim Pratama Mohon Tunggu... Wiraswasta - manusia biasa yang saling mengingatkan

sebagai makhluk sosial, mari kita saling mengingatkan dan menjaga toleransi antar sesama

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Waspada, Indonesia dalam Ancaman Ekstremisme dan Radikalisme

27 Juni 2021   09:27 Diperbarui: 27 Juni 2021   09:32 477
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia merupakan negara yang kaya akan keberagaman. Tidak hanya terdiri dari banyak suku, tapi juga banyak budaya, bahasa bahkan keyakinan. Tiap daerah juga mempunyai banyak nilai-nilai kearifan local. Masyarakat Jawa punya budaya yang berbeda dengan Papua, Kalimantan atau Sulawesi. Bahasa adan keyakinannya pun juga berbeda. Meski mayoritas masyarakat Indonesia menjadi muslim, Indonesia bukanlah negara Islam. Indonesia adalah negara yang beragama, yang mengakui banyak agama, karena masyarakat Indonesia tidak hanya muslim. Ada yang memeluk Katolik, Protestan, Hindu, Budha, Konghucu. Mereka juga punya hak dan kewajiban yang sama dengan yang muslim.

Itulah kenapa, Indonesia sangat mengedepankan nilai-nilai toleransi. Karena didalamnya terdapat kebutuhan untuk saling menghargai dan menghormati. Masyarakat muslim menghormati yang non muslim, begitu juga sebaliknya. Ada kebutuhan untuk saling mengerti dan peduli. Ketika perayaan Natal, yang agama lain juga ikut membantu, memberikan selamat atau dukungan lain. Praktek semacam ini merupakan hal yang lumrah di Indonesia. Dan fakta inilah yang seringkali dipersoalkan oleh kelompok radikal.

Kelompok radikal selalu saja melontarkan kebencian-kebencian baru di media sosial. Mereka senantiasa memanfaatkan kondisi apa saja, untuk membuat kegaduhan. Dan pihak yang selalu disalahkan adalah pemerintah. Pemerintah dianggap tidak bisa, dianggap tidak berpihak, dianggap diskriminasi ulama, dan segala macamnya. Kok bisa? Karena mereka ingin memunculkan lagi khilafah. Konsep yang diusung oleh kelompok teroris ISIS dan kelompok yang radikal lainnya. Pemerintah memang perlu dikritik, tapi jika disusupi dengan kebencian untuk menerapkan khilafah, itu yang tidak benar.

Perlu upaya bersama untuk mengendalikan penyebaran bibit radikalisme dan ekstremisme ini. Dan salah satu yang dilakukan oleh pemerintah adalah menerbitkan Rencana Aksi Nasional Pencegahan dan Penanggulangan Ekstremisme Berbasis Kekerasan yang Mengarah Pada Terorisme (RAN PE) tahun 2020-2024. Aturan ini diharapkan bisa menjadi upaya yang terstruktur dalam melawan ancaman ekstremisme dan radikalisme.

Keberagaman di Indonesia, memicu terjadinya kesalahpahaman. Dan kesalahpahaman yang disusupi kebencian, berpotensi akan membuat yang benar menjadi salah, yang salah menjadi benar. Kesalahpahaman harus dicarikan solusi, agar tidak menyebar menjadi potensi konflik. Pada dasarnya, Indonesia sudah punya nilai-nilai yang bisa dijadikan media untuk menyatukan keberagam. Nilai-nilai tersebut tertuang dalam Pancasila, dengan semboyan bhinneka tunggal ika, berbeda-beda tetapi tetap satu.

Dengan adanya RAN PE ini, harus menjadi terobosan baru untuk tetap saling sinergi satu dengan lainnya. Masyarakat harus menjadi masyarakat yang tanggap dan tangguh, dalam menghadapi perkembangan zaman. Ketika ada ancaman bibit radikalisme dan ekstremisme, tidak akan mudah terpengaruh dan bisa diredam dengan nilai-nilai kearifan lokal. Kelompok radikal bahkan kelompok teroris, seringkali berkamuflase di tengah masyarakat. Untuk itulah mengaktifkan sistem deteksi perlu dilakukan dari level keluarga, masyarakat, hingga negara. Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun