Saat ini seluruh umat muslim di seluruh dunia sedang menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadan. Bulan yang paling banyak dinanti, karena menawarkan banyak sekali keberkahan. Tak heran jika ketika Ramadan, tidak hanya menjalankan ibadah puasa, ibadah-ibadah yang lain juga marak dilakukan oleh seluruh umat muslim. Mulai shalat berjamaan di masjid, membaca Al Quran, sampai berbagai makanan dan sedekah kepada yang membutuhkan. Budaya saling peduli sangat nyata sekali terlihat dalam kehidupan sehari-hari. Begitulah memang semestinya budaya masyarakat Indonesia.
Ketika menjalankan puasa, tidak hanya menahan lapar dan haus saja, tapi lebih dari itu. Karena esensi dari puasa pada dasarnya adalah menahan hawa nafsu. Menahan dari segala godaan, termasuk salah satunya adalah menahan melakukan perbuatan yang tidak semestinya. Mungkin terlihat sepele, namun implementasinya tidak semudah itu. Bagi seseorang yang bisa memposting berita hoaks, akan menjadi kebiasaan. Bagi sebagian orang membicarakan orang lain, menjelekkan orang lain merupakan bagian yang biasa dilakukan. Semuanya itu harus dihentikan ketika sedang puasa. Ingat, puasa adalah mengajarkan kepada kita tentang pentingnya pengendalian diri.
Belajar untuk mengendalikan perilaku yang tidak baik, dan menggantinya menjadi perilaku yang baik. Contoh sederhana, belajarlah posting status yang membuat orang terinspirasi, yang bisa meringatkan orang lain, atau mungkin yang bisa menyenangkan orang lain. Tidak usah pagi posting keluhan pribadi atau kritik yang tidak ada solusinya. Kritik semacam ini hanya akan melahirkan bibit kebencian baru.
Negeri ini sangat butuh generasi yang cerdas, generasi yang bisa mengembangkan negeri nya dengan tetap mengedepankan nilai-nilai keagamaan dan kebangsaan. Indonesia adalah negara dengan tingkat keberagaman yang sangat tinggi. Maka sudah semestinya, segala lisan dan perbuatan kita juga harus bisa menjaga keberagaman tersebut. Setiap perbedaan yang ada tak perlu dipersoalkan atau dibesarkan. Karena sejatinya kita sudah berbeda sejak dari lahir. Mari kita jadikan perbedaan ini sebagai anugerah yang harus dijaga.
Jika kita bisa menjalankan hal tersebut, keberagaman ini akan terasa indah. Sebaliknya, jika diantara kita terus menebarkan api kebencian dan kebohongan, yang terjadi justru potensi konflik di sekitar kita. Sudah banyak contoh yang bisa kita jadikan pembelajaran. Konflik yang terjadi di negara-negara timur tengah misalnya, sudah terjadi bertahun-tahun. Konflik tersebut terjadi karena ego pribadi masyarakatnya masih tinggi. Tidak ada yang mengedepankan paham kebangsaan. Yang ada hanyalah kepentingan kelompoknya semata. Akibatnya, konflik terus terjadi karena tidak ada upaya untuk mencari penyelesaian.
Indonesia sebaliknya. Negara ini mempunyai banyak instrumen untuk tetap menjaga keberagaman ini. Ideologi Pancasila merupakan salah satu pandangan yang bisa dijadikan rujukan. Bahwa Indonesia pada dasarnya negara yang sangat religius, yang mengakui keberadaan agama-agama yang lain, tapi juga mengakui nilai-nilai kearifan lokal yang melekat di setiap suku-suku yang ada. Karena itulah mengedepankan toleransi menjadi sebuah keniscayaan di negeri ini.
Dan sebagai generasi penerus, tentu kita semua harus terus mempertahankan keberagaman tersebut agar tidak punah. Generasi selanjutnya harus bisa menikmati keindahan budaya Indonesia. Generasi selanjutnya juga harus bisa mengikuti perilaku generasi sebelumnya, yang mampu mempertahankan nilai kearifan lokal, nilai keagamaan dan kebangsaan. Dan salah satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan cara saling mengendalikan diri, saling menjaga, dan saling menghargai melalui ibadah puasa. Selamat berpuasa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H