Beberapa hari yang lalu, seluruh masyarakat Indonesia merayakan hari kesaktian Pancasila. Seperti kita tahu, Pancasila merupakan dasar negara dan falsafah hidup bangsa Indonesia. Kelima sila yang ada tersebut merupakan hasil pemikiran para pandahulu, yang telah menjadi konsensus.Â
Karena itulah semestinya tidak lagi menjadi perdebatan, kenapa begini kenapa begitu. Yang harus kita lakukan sebagai generasi penerus adalah mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Mari saling berkolaborasi, untuk mengimplementasikan nilai-nilai kearifan lokal yang tertuang dalam Pancasila. Seperti kita tahu, dasar dari kelima sila tersebut adalah Ketuhanan Yang Maha Esa. Itu artinya, beragama dalam negara seperti Indonesia adalah sebuah keharusan. \
Kenapa? Karena tanpa campur tangan Tuhan, kita semua dan Indonesia tidak akan berkembang seperti sekarang ini. Namun, masyarakat Indonesia diberi kebebasan untuk memilih dan memeluk agama sesuai dengan keyakinannya.
Jika kita meyakini agama, maka segala ucapan dan perilaku semestinya lebih terjaga. Menjalankan segala perintah dan larangan-Nya menjadi sebuah keniscayaan, apapun itu agamanya.Â
Meski dalam perkembangannya Indonesia merupakan negara terbesar dengan penduduk muslim di dunia, bukan berarti Indonesia menjadi negara Islam. Karena itulah sila pertama berbunyi Ketuhanan Yang Maha Esa.Â
Kenapa begitu? Karena semua agama pada dasarnya sama. Dan para pemeluk agama harus tetap saling berdampingan, tidak boleh saling seteru. Karena dalam ajaran apapapun, tidak ada yang menganjurkan untuk saling seteru.
Pancasila juga mengajarkan kepada kita untuk saling menghargai, dan saling memanusiakan. Bagaimana kita memberlakukan saudara, tetangga, teman, saudara atau yang lainnya, merupakan bukti bahwa kita adalah manusia yang berbudi yang dibekali akal dan perasaan.Â
Jika kita memberlakukan secara baik, maka kita bisa menerapkan nilai-nilai kemanusiaan, yang saling memanusiakan. Namun jika terus menebar kebencian, melakukan intimindasi dan diskriminasi, serta tindakan intoleran lain, tentu itu bukanlah sifat yang manusiawi. Dan Pancasila menganjurkan hal tersebut melalui sila kemanusiaan yang adil dan beradab.
Adil dan beradab adalah kata kuncinya dalam berinteraksi. Jika kita bisa berlaku adil terhadap diri sendiri dan lingkungan terkecil, maka kita juga bisa berlaku adil kepada siapa saja. Jika kita berperilaku secara beradab, maka tidak ada yang disinggung atau tersinggung.Â
Semuanya bisa saling berdampingan, tanpa harus mencari salah benar. Perbedaan latar belakang tidak dianggap sebegai persoalan, kerena perbedaan itu justru akan membuat kita bisa saling belajar satu dengan yang lain.
Jika kita bisa adil dan beradab, bisa berdampingan dalam keberagaman, tentu persatuan dan kesatuan yang bisa kita rasakan. Dan hal itu pun juga telah ditunjukkan para pendahulu kita. Indonesia yang membentang dari Aceh hingga Papua, masih bisa tetap bersatu hingga saat ini.Â
Jika ada perbedaan pendapat, perbedaan pandangan ataupun perbedaan paham, tetap bisa dicarikan titik temu. Hal itu terjadi karena Pancasila juga mengajarkan musyawarah untuk mufakat. Semuanya itu perlu dilakukan oleh semua pihak, agar keadilan sosial bagi seluruh rakyat bisa dirasakan.
Kolaborasi implementasi nilai-nilai Pancasila, sekali lagi perlu dilakukan oleh semua pihak. Dari kaum muda hingga tua. Masyarakat biasa hingga pejabat negara. Semua harus terus mengimplementasikan nilai Pancasila dalam setiap ucapan dan tindakan, baik di dunia maya ataupun dunia nyata. Salam literasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H