Saling membenci merupakan salah satu contoh perilaku yang tidak baik. Karena itu harus ditinggalkan. Membenci merupakan perilaku yang bisa menjauhkan silaturahmi antar sesama. Membenci juga memicu terjadinya tindakan intoleran, dan cenderung melihat pihak yang berseberangan sebagai pihak yang salah dan merasa dirinya paling benar. Semuanya itu terjadi karena kebencian telah menguasai dan logika tidak diberi ruang sama sekali. Tak heran jika kalau orang sudah dibelenggu kebencian, amarah menjadi tak terkendali dan bisa memicu terjadinya kriminalitas hingga perilaku yang diskriminatif.
Di masa pandemi ini, tidak hanya dibutuhkan sebuah ketenangan, tapi juga dibutuhkan semangat saling menguatkan. Semangat gotong royong untuk saling meringankan beban. Seperti kita tahu, pandemi covid-19 ini telah membuat semua sektor mengalami dampak yang sangat merugikan. Yang terdampak pertama kali adalah pariwisata, merembet ke perhotelan, transportasi, manufaktur dan berkembang kemana-mana. Tidak sedikit pabrik yang memutuskan tutup, dan melakukan pemutusan hubungan kerja. Kondisi inilah yang membuat banyak orang frustasi.
Dalam kondisi yang frustasi tersebut, muncul aturan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) untuk membatasi pergerakan orang. Dengan adanya pembatasan ini, diharapkan bisa memutus mata rantai penyebaran virus. Saat ini saja, jumlah kasus positif baru rata-rata sudah mencapai diatas 1000 kasus. Angka ini sungguh sangat mengkhawatirkan karena belum terlihat ada tanda-tanda mengalami penurunan.
 Ironisnya, dalam kondisi yang masih serta tidak menentu ini, masih saja ada pihak-pihak yang sengaja menebarkan bibit kebencian di media sosial. Pola kebencian ini bisa kita lihat, yaitu seringkali ditujukan ke pemerintah. Ada yang sifatnya politis, namun ada juga dilandasi sikap kebencian. Pola yang mirip dilakukan oleh kelompok yang terpapar sama radikalisme dan intoleransi. Pola ini seringkali digunakan untuk menebar teror di tengah masyarakat.
Kebencian telah membutakan esensi dari pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Banyak masyarakat yang sibuk mencari kesalahan orang, merasa dirinya sudah benar, sementara upaya menjaga kesehatan dan imun tubuh menjadi lupa. Kar.ena itulah, mari kita sudah semua bentuk penyebaran ujaran kebencian di media sosial, hoaks dan konten-konten yang tak bertanggung jawab. Tinggalkan segala perilaku buruk selama pandemi.
Sadarlah, bahwa menebar kebencian hanya akan membuat antar teman, antar saudara saling berseteru. Padahal, karakter kita adalah masyarakat yang berbudaya, mempunyai sopan santun dan adat istiadat. Implementasikan nilai-nilai warisan leluhur ini dalam kehidupan sehari-hari. Jangan lagi menebar informasi yang bisa memicu konflik, memicu kebingungan dan memicu amarah. Mari saling memberi, bukan saling membenci. Mari saling meringankan, bukan saling memberi beban. Sekali lagi, kita adalah masyarakat Indonesia, yang mempunyai nilai-nilai luhur yang harus tetap dilestarikan. Bisa jadi pandemi ini merupakan peringatan Tuhan kepada kita semua, agar kita melakukan introspeksi. Salam sehat selalu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H