Mohon tunggu...
Halim Pratama
Halim Pratama Mohon Tunggu... Wiraswasta - manusia biasa yang saling mengingatkan

sebagai makhluk sosial, mari kita saling mengingatkan dan menjaga toleransi antar sesama

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menjaga Semangat Bhineka Tunggal Ika di Jagat Maya

2 Februari 2019   10:18 Diperbarui: 2 Februari 2019   10:44 425
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia lahir ditengah keberagaman suku, agama, bahasa dan budaya. Indonesia adalah Aceh hingga Papua. Indonesia bukanlah Jawa. Indonesia juga bukanlah Islam. Indonesia adalah gabungan dari berbagai kepentingan yang ada. 

Dan keberagaman merupakan salah satu karakter yang tak bisa dilepaskan dari Indonesia. Karena itu pula, para pendiri negeri ini menjadikan Pancasila sebagai dasar negara yang mampu mengadopsi berbagai kepentingan yang ada. 

Terbukti Pancasila telah mampu menyatukan semua keragaman. Dan semangat untuk menyatukan semua kepentingan itu adalah bhineka tunggal ika, berbeda-beda tetapi tetap satu, Indonesia.

Menjaga semangat bhineka tunggal ika ini, terus dipupuk dalam kehidupan nyata. Sejak dini anak-anak diajakrkan untuk saling menghargai, saling tolong menolong, agar semangat persatuan itu tetap terjaga. 

Perbedaan bukanlah sebuah persoalan, karena perbedaan justru akan memperkaya negeri ini. Semangat toleransi juga telah diajarkan sejak dini, baik di lingungan sekolah ataupun keluarga. Karena memang begitulah sejatinya masyarakat Indonesia.

Namun, kondisi yang berbeda justru terlihat di dunia maya. Seiring perkembangan teknologi informasi, penyebaran ujaran kebencian terus menjadi. Ketika kelompok ISIS mulai terdesak di Iraq dan Suriah, pimpinannya mengeluarkan perintah kepada para pengikutnya untuk menguasai media sosial. 

Sejak saat itulah para simpatisan ISIS melakukan propaganda, merekrut anggota, mencari dana dan menebar teror melalui dunia maya hingga saat ini. Ironisnya, di tahun politik ini kelompok ini seakan menyatu dengan beberapa oknum untuk menebar berita bohong.

Dampak dari penyebaran hoax dan kebencian ini, tidak hanya melahirkan generasi-generasi radikal, tapi juga bisa mengancam kerukunan antar umat beragama yang telah ada. Dalam pilkada DKI Jakarta misalnya, begitu kuatnya provokasi SARA yang berpotensi memecah belah masyarkat. 

Tempat ibadah digunakan sebagai alat untuk kepentingan politik. Dan sekarang ini, tempat ibadah juga digunakan sebagai penyebaran tabloid barokah, yang berisi konten-konten politik. 

Penyebaran hoax dan kebencian di dunia maya, telah merambah ke dunia nyata. Keramahan masyarakat mendadak hilang menjadi amarah yang membabi buta. Sungguh ironis.

Kemajuan teknologi informasi semestinya bisa menjadi alat untuk menyatukan umat, menjaga persatuan dan kerukunan. Dunia maya semestinya bisa menjadi media untuk saling mencerdaskan, bukan saling menebar kebencian dan kebohongan. 

Dunia maya semestinya juga bisa menjaga keberagaman suku, agama, budaya dan bahasa di Indonesia dan dunia. Karena dunia maya merupakan tempat bagi siapa saja, karena itulah saling menghargai, saling menghormati wajib dilakukan oleh siapapun yang ada di dunia maya. Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun