Mohon tunggu...
Muhammad Halim
Muhammad Halim Mohon Tunggu... -

suka dunia pendidikan, suka dunia traveling, suka dunia seru-seruan, suka film, tap gak suka korupsi... suka nyebarin ideologi baru Halimisme.. hati-hati

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Sedikit Meneganai Pendidikan Kita

5 April 2012   10:01 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:00 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa yang dilakukan Oleh Jepang setelah kekalahan telak pada akhir perang dunia ke dua sangat menarik untuk kita jadikan bahan refleksi,betapa tidak Jepang menyadari akan kekalahannya dan sudah mengetahui bahwa negaranya sudah hancur sehingga negara itu membutuhkan sebuah langkah kongkrit untuk menyelamatkan ngaranya. Banya pilihan sebenarnya ketika kita berbicara mengenai apa yang harus diperbaiki terlebih dahuu bagi negara yang sudah kalah perang, namun pilihan negara jepang sangatlah tepat, hal yang pertama dilakukan oleh negra itu adalah mengirimkan ribuan misi belajar ke seluruh penjuru dunia khususnya ke negara barat. Jepang menerapkan apa yang disebut dengan benchmark atau startegi patok duga. Mereka merasa modal utama untuk bangkit adalah dengan memperbaiki kualitas SDM mereka dan pengembangan SDM tidak pernah lepas dari pengembangan kualitas pendidikan.

Dibutuhkan sebuah visi jangka panjang di dalam membangun pendidikan, pembangunan di sektor pendidikan tidak bisa disamakan dengan bidang lain, ini dikarenakan pendidikan menjadikan objek utamanya adalah manusia tentunya merubah manusia tidak semudah membalikkan telapak tangan atau merubah paradigma ekonomi atau transportasi. Dibutuhkan kekonsistenan dan sebuah visi jangka panjang di dalam membangun dan mengembangkan pendidikan di Indonesia. Kekonsistenan dimaknasi sebagai proses yang tidak terputus dan berkelanjutan sementara visi jangka panjang dibutuhkan untuk meraba dan memetakan bagaimana negara kita 50 tahun atau bahkan lebih.Proses pembangunan pendidikan yang konsisten serta dibarengi dengan pemetaan jangka panjang akan memperkuat hasil dan karakter pendidikan itu sendiri dan sebagai akhirnya maka bangsa tersebut akan dihuni oleh orang-orang yang memiliki ke khasan dan unik serta ‘berciri’ sesuai dengan negaranya.

Maka berkembangalah pendidikan karakter yang saat ini sedang mengalami masa keemasan di negara kita, bagi saya pribadi pendidikan karakter sebenarnya hanyalah sebuah jargon, kenapa saya katakan demikian karena sampai saat ini belum ada kesepakatan mengenai bagaimana karakter itu dibentuk dan karakter seperti apakah yang akan dibentuk. Di dalam dunia pendidikan ada tiga prinsip karakter yang akan dibentuk yaitu moral knowing, moral feeling dan moral action, namun saat ini pendidikan karakter hanya memposisikan siswa sebagai objek perubahan siswa digadang-gadang untuk melakukan perubahan dan berkarakter sementara iklim sekolah tidak mendukung untuk itu. Guru masih suka menghardik marah dan tidak ada cinta di sekolah. Ada interaksi yang memilukan antara guru dan siswa dimana siswa seperti sapi perah yang diperas otaknya untuk memenuhi target kognitif dan target prestasi, maaf itu bukan pendidikan karakter dan itu tidak bisa membangkitkan karakter seorang manusia. Entah mungkin iklim diluar juga demikian bahwa keberhasilan diukur dari seberapa besar prestasi yang diraih siswa. Pendidikan Karakter mensyaratkan seseorang untuk belajar dengan kehendaknya dan tanpa paksaan serta belajar dengan menyenangkan namun bukan terpaksa senang atau pura-pura senang. Itupun tidak sesuai dengan pendidikan karakter, karakter dibentuk dengan kesadaran yang utuh akan kebutuhan manusia untuk menyesuaikan dirinya dengan lingkungannya sebagaimana menurut ki Hajar dewantara bahwa pendidikan adalah merubah hal-hal yang bersifat Natural di dalam diri Manusia menjadi Kultural.

Secara Pribadi saya sendirikurang mensepakati mengenai alokasi anggaran sebesar 20 % untuk pendidikan. Bukan kemudian saya tidak pro terhadap pendidikan namun saya berfikir bahwa untuk apa anggaran sebesar itu? Kalau pemerintah tidak mengetahui hal apa saja yang harus dibiayai dari pendidikan kita. Anggaran 20 % ini menjadi pos basah bagi dana korupsi apabila pemetaan kebutuhan pendidikan tidak dilakukan secara serius dan minim penyelewengan.

Tahun 1974 misalnya negara kita memetakan mengenai 4 dasar masalah pendidikan yang sampai saat ini belum terjawab yaitu peran pendidikan di dalam menjawab kebutuhan masayrakat yang ini berkesusaian kepada bagaimana output pendidikan mampu membentuk dan memperkuat kualitas serta identitas masyarakat, kedua adalah permasalahan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang berkualitas, Indonesia yang negara maritim serta terdiri dari ratusan suku harus sama2 menikmati pendidikan yang berkualitas dan ini syarat mutlak agar semua bangsa kta terdidik bukan hanya masayarakat jawa yang terbentuk. Di hal kedua ini tidaklah mudah karena ini berkaitan dengan mentalitas bangsa kita di dalam mempresepsikan apa itu kualitas dan bagaimana kualitas itu terimplementasikan. Selanjutanya adalah efektifitas dan efisiensi pendidikan dua hal ini sebenarnya adalah sisi administartif dari pendidikan yang juga menimbulkan permasalahan pemetaan ruang untuk dididik dan pemetaan ruang untuk berkarya menjadi maslah juga di pendidikan kita.

Sebenarnya masih sangat banyak permaslaahn pendidikan di negara kita. Mulai dari hal yang paling filosofis sampai pada ranah yang paling teknis, namun pemerintah harus berbenah menyikapi hal ini juga tidak hanya pemerintah masayarakat juga harus memiliki kesadaran bagaimana membangun pendidikan yang berkualitas.Mungkin kita tidak akan mengetahui apa yang akan terjadi pada bebrapa tahun mendatang ketika ekspasni besar-besaran terjadi dan masuk ke dalam negara kita, suatu kondisi sekat geografis dihilangkan dan yang ada hanya kita yang berdiri disini maka akan ada suatu masa dimana saya tidak akan mengenal anda berasal dari mana.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun