Mohon tunggu...
Muhammad Halim
Muhammad Halim Mohon Tunggu... -

suka dunia pendidikan, suka dunia traveling, suka dunia seru-seruan, suka film, tap gak suka korupsi... suka nyebarin ideologi baru Halimisme.. hati-hati

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Terjadi Pendidikan Diskriminatif "Dikotomi Depdiknas dan Depag"

9 Juni 2011   15:32 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:41 384
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berikut adalah sebuah tulisan yang di-share oleh kawan saya di FB mengenai diskriminasi pendidikan yang dia alami...

berikut tulisannya:

Sebuah ironi tatkala pemerintah kita sedang  semangat-semangatnya meningkatkan mutu pendidikan dengan  cara menaikkan standarisasi kelulusan siswa agar dharapkan mereka dapat bersaing guna meningktkan mutunya. tapi  kenyataan tidak  sebagus teori, kemarin tgl 6-7 Juni 2011, diknas NTB mengadakan Lomba Olimpiade Sains & diikuti oleh 10 kabupaten kota se NTB. di tingkat Kota Bima di utus 24 siswa utk bertanding di tingkat propinsi dari  semua bidang yang di lombakan, & di tingkat Kota Bima  ada 3 org siswa yg berhasil masuk 3 besar itu berasal darr sekolah yg notabene bukan dibwah naungan DepDiknas tapi dibawah naungan kementerian agama yaitu dr MAN 1 dan MAN 2 Kota bima.

karena berhasil masuk 3 besar olimpiade tingkat kota bima, 3 org siswa dr sekolah agama inipun diikutkn sebagai perwakilan dari kota bima bersama siswa yg lain yang berhasil lolos & mereka pun berangkat ke mataran (ibukota propinsi) untuk bertanding pada sekala propinsi, jarak kota bima dengan ibukota propinsi  yaitu 15 jam prjalanan darat. sebuah perjalan yang jauh dan melelahkan.

Akan tetapi, sungguh ironis dan mengecewakan, 3 org siswa yg bersal dr sekolah agama secara terbuka&terang-terangan di depan semua pesesrta se-NTB di katakan bahwa MEREKA TIDAK BERHAK ikut lomba Olimpiade tingkat propinsi  hanya karena mereka berasal dari  sekolah agama, sedangkan olimpiade hanya boleh diikuti oleh sekolah umum saja karena mereka bukan  dibwh naungan DEPDIKNAS . dan yang lebih membuat marah karena secara terang-terangan  pernyataan yg berbau deskriminasi diungkapkan oleh seorang panitia tingkat propinsi NTB :, dia mengatakan bahwa: 1.pasti sekolah agama selalu kalah dg sekolah umum, ( padahal sblumnya di tikng at kota sekolah agama mampu meraih juara pertama olimpiade sains), tapi apa jawabannya?  itu kan bima jangan samakan kualitas bima dg mataram. 3. kalian itu seharusnya bersyukur tidak kita usir dari hotel ini karena kalian bukan pesarta. 4. sebenarnya sejak 3 tahun yang lalu kalian tidak dibolehkan ikut, tapi karena kalian protes jadinya kita ikutkan lomba olimpiade tingkat propinsi. tapi selama 2 tahun  yang lalu kalian tidak kami prikasa& tahun sekarnag kami pertegas bahwa kalian tidak boleh ikut lomba olimpiade tingkat propinsi.

sebuah pernyatan diskriminasi yang jelas-jelas  terjadi di dunia pendidikan kita. padahal parameternya tidak jelas melainkan itu pernyataan pembelaan dari rasa takut dikalahkan &agar tidak malu jika ternyata sekolah agama mampu mengungguli sekolah umum dibawah naungan depdiknas... itu mrupakan pernyataan penghinaan, yg tidak boleh dibiarkan ada di bumi Indonesia ini. telah jelas terjadi diskriminasi seperti yang terjadi pada tahun 30-40-an dimana terjadi gap besar antara sekolah umum dan pesantren.

hal itu terjadi lagi di tahun 2011 ini dimana semua warga negara berhak untuk berprestasi.jika benar bukan karena beda lembaga (depdiknas dan Depag) seharusnya ada solusi., jangan  biarkan anak bangsa ini menjadi korban. berikan & kita buktikan kualitas anak bangsa yang berasal dari sekolah agama tidklah kalah dari sekolah yang notabene diknas itu. jangan terjadi lagi diskriminasi & pengusiran pada anak bangsa. mereka berhak mendapat pengajaran yg sama, apa fungsinya SKB 3 menteri kalau sepert ini adanya pada dunia pendidikan kita? pantasan di OSN ataupun ISO, tidak pernah kita  jumpai ada perwakilan dari sekolah yang nota bene berbasis agama yang bisa ikut kompetisi karena ternyata aturan yang di buat adalah sekolah berbasis agama tidak dibolehkan ikut berkompetisi mmbuktikan kualitas mereka. tolong jangan terjadi lagi hal seperti itu. jangan  biarkan generasi kita  patah semangat untuk  berkompetisi.. mereka  siswa Indonesia yg berhak untuk ikut bersaing dan berjuang untuk negaranya.

(catatan saudara azhar dari NTB)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun