Mohon tunggu...
Halimatussadiyah
Halimatussadiyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswi semester 4 Program Studi Jurnalistik, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kandungan Surat An-Nas sebagai Landasan Akidah Pembentuk Akhlak Muslim

18 Oktober 2023   20:43 Diperbarui: 18 Oktober 2023   21:46 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Secara terminologi, akidah adalah kepercayaan yang dianut oleh orang-orang beriman atau tali yang mengokohkan hubungan antara hamba dengan Allah swt. Akidah dihubungkan dengan kalimat tauhid laailaaha illaa Allah, Muhammad Rasuulullaah (tidak ada Tuhan selain Allah, Muhammad itu utusan Allah) yang meresap dan dihayati dalam hati seorang hamba. Inti akidah adalah kepercayaan dan keyakinan terhadap Allah Swt. Seperti dalam firman Allah surat an-nas (144) sebagai berikut.

"Katakanlah, Aku berlindung kepada Tuhannya manusia, Rajanya manusia, Tuhannya Manusia, dari kejahatan (bisikan) setan yang bersembunyi, yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, dari (golongan) jin dan manusia." (QS. An-Nas, 114)

Sebagaimana dalam terjemaham surat an-nas diatas, konsep keyakinan terhadap Allah terbagi menjadi tiga yaitu ilaahinnaas, rabbinnaas, dan malikinnaas. Konsep Allah sebagai ilaahinnaas adalah meyakini bahwa Allah yang menciptakan seluruh alam, dan meyakini bahwa Allah satu-satunya Tuhan yang berhak diibadahi oleh manusia. Jadi, ilaa menyangkut tentang penciptaan dan ibadah. Ibadah diartikan sebagai pengabdian kepada Allah Swt. Makna ibadah terbagi menjadi dua yaitu ibadah khusus dan ibadah umum. Ibadah khusus yakni menunaikan kewajiban kepada Allah seperti melaksanakan shalat. Dan ibadah umum adalah aktifitas hamba dalam menjalani hidup yang diisi dengan perbuatan yang disenangi Allah seperti bersedekah, belajar, menolong sesama, dan sebagainya.

Allah adalah rabbinnaas dibagi menjadi tiga ranah yaitu manajemen, pendidikan, dan cinta. Pertama, rabb sebagai manajemen artinya Allah yang mengatur, mengelola, dan menata segala kehidupan manusia, Allah yang mengelola seluruh alam seperti yang tertulis dalam lauhul mahfudz. Kedua, rabb sebagai pendidikan berarti Allah lah yang membimbing, mendorong, mengembangkan, menguatkan, mendampingi manusia. Allah yang mewadahi segala yang terjadi di muka bumi ini. Ketiga, rabb sebagai cinta artinya Allah Maha pemberi kasih sayang. Cinta adalah fitrah dari Allah agar manusia saling mengenal dan mengasihi satu sama lain. Bagi seorang muslim, dalam mencintai yang harus diutamakan adalah cinta kepada-Nya. Barangsiapa yang bergantung kepada Allah, maka akan dipermudah setiap urusannya.

Konsep Allah sebagai malikinnaas mengandung arti memiliki, menguasai, dan raja. Allah adalah raja, ia berkuasa karena ia yang memiliki seluruh alam semesta. Kesimpulan dari ketiga konsep Allah dalam surat an-nas sebagai ilaahinnaas, rabbinnaas, dan malikinnaas adalah Allah adalah satu-satunya Tuhan, Allah yang mengatur segala yang terjadi di alam semesta, Allah pemilik dan pencipta seluruh alam. Ketiga hal tersebut adalah landasan akidah yang harus ditanamkan dan diresapi dalam diri seorang muslim untuk membentuk akhlak yang mulia.

Akidah erat kaitannya dengan proses pembentukan akhlak. Mengutip dari buku Kuliah Akhlak Tasawuf  bahwa hubungan akidah dan akhlak adalah hubungan keyakinan dan perbuatan serta hubungan iman dan amal saleh. Akidah berarti keyakinan, dan akhlak adalah perbuatan. Keyakinan ada didalam jiwa seseorang yang menjadi dasar dari terlahirnya suatu perbuatan. Jadi, baik buruknya perilaku seseorang adalah gambaran dari jiwa didalamnya, karena sesungguhnya akhlak adalah cerminan dari akidah.

Asep Usman Ismail mengatakan bahwa memperbaiki akhlak muslim harus dimulai dengan menguatkan akidah Islam. Sebagai upaya dalam penguatan akidah Islam, tidak serta-merta hanya menyatakan ketauhidannya saja tetapi juga harus didasari pengetahuan tentang Allah, melakukan kewajiban sebagai muslim, melibatkan Allah di segala hal, melakukan hal-hal yang disukai Allah, dan berada dilingkungan yang mendukung proses penguatan akidah. Hal ini jika diresapi, dihayati, dan dijiwai akan melahirkan akhlak yang terpuji.

Penulis: Halimatussa'diyah dan Asep Usman Ismail.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun