Kepada Jokowi, Alvionita menuturkan bahwa di sekolah barunya di Tangerang, ia dilatih intensif pelajaran matematika. Ia ditempa siang-malam untuk dipersiapkan mengikuti olimpiade sains.
"Setiap hari belajar mulai jam 7 pagi sampai jam 5 sore. Kemudian lanjut lagi sampai jam 12 malam," tuturnya, yang mengenakan kemeja batik coklat.
Rutinitas belajar tersebut ia lakukan selama tiga tahun. Kendati waktu belajarnya amat padat, Alvionita mengaku tak terbebani. Sebab, menurutnya, metode belajar yang ia jalani sangat mengasyikkan. Metode yang disebut 'gasing' itu membuat matematika menjadi sebuah permainan seru.
Hasil kerja keras belajar itu pun berbuah sederet prestasi. Alvionita berhasil menyabet medali perunggu dalam World Mathematics Team Championship 2014 di Cina. Ia berhasil mengalahkan peserta lain dari Amerika, Korea Selatan, Bulgaria dan Cina. Ia juga pernah menjuarai sejumlah kompetisi sains sejenis baik di tingkat nasional maupun internasional.
"Pak Jokowi pesan supaya saya memanfaatkan media sosial dengan baik. Jadi bisa sharing bagaimana cara belajar matematika dengan mudah," tuturnya.
Dia sendiri bercita-cita menjadi dokter. Alvionita menargetkan dapat melanjutkan kuliah di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Kelak, ia ingin mendirikan rumah sakit di Nduga sehingga orang sakit tak perlu berjalan berhari-hari hanya untuk bertemu dokter.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H