Mohon tunggu...
halimah sadiyah
halimah sadiyah Mohon Tunggu... Jurnalis -

Journalist, dream catcher.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Akhirnya, Jepaaaanggg!!!

24 Januari 2015   22:01 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:26 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menurut Miya, Jingu Gaien Park saat itu memang sedang cantik-cantiknya. Namun, kecantikan taman yang disponsori oleh Pohon Ginko tersebut hanya akan bertahan selama kurang lebih dua pekan saja. Sebab, setelah itu, semua daun akan gugur dan hanya menyisakan ranting dan batang pohonnya saja. Kalau begitu, kami sangat beruntung karena datang di waktu yang tepat.

Selama berada di Jingu Gaien Park, saya dan teman-teman tak henti-hentinya mengabadikan keindahan pesona musim gugur di negerinya Doraemon tersebut. Benar-benar indah.

[caption id="attachment_365941" align="aligncenter" width="700" caption="Ini toh yang namanya musim gugur. "]

14220860261525227166
14220860261525227166
[/caption]

[caption id="attachment_365942" align="aligncenter" width="700" caption="di depan Tokyo Imperial Palaca"]

14220863111400815010
14220863111400815010
[/caption]

Selepas bermain-main di taman, kami diajak untuk makan siang di sebuah restoran sushi. Restoran tempat kami makan berada di tengah kota. Lokasinya ada di bawah tanah. Tapi, meski tempatnya terpencil, restorannya ramai. Jadilah siang itu kami makan sushi langsung di negara asalnya. Hhehehe.

Perut sudah terisi, waktunya kerja. Ya, jadi saya di Jepang bukan cuma untuk jalan-jalan. Tapi juga untuk liputan. Hari itu, kami dijadwalkankan mengunjungi kantor Kementerian Perhubungan Jepang yang berada di Tokyo.

Rombongan saya tiba lebih cepat dari waktu yang sudah ditentukan. Jadi, tidak bisa langsung masuk gedung meskipun hanya di lobi. Jadilah kami menunggu di depan pintu masuk sambil foto2. Miya, tour guide kami yang orang aseli Jepang, bahkan minta difoto dengan latar belakang tulisan kanji yang saya tidak mengerti artinya. Sebab, kata Miya, tidak semua orang bisa masuk ke gedung pemerintahan.

Setelah belajar soal sistem perkeretaapian Jepang, saya dan rombongan diajak ke sebuah jembatan (saya lupa namanya) yang sepertinya jamak dijadikan sebagai tempat berfoto oleh turis macam kami. Karena dari jembatan itu turis bisa mengambil foto dengan latar belakang Tokyo Sky Tree, salah satu ikon kota Tokyo, dan pabrik bir yang bangunannya unik.

Dari sana, saya dan rombongan melanjutkan perjalanan menuju Asakusa Temple. Kuil ini merupakan salah satu tujuan utama turis. Sebenarnya, tujuan utama ke Asakusa bukan untuk melihat-lihat kuil. Karena, sesampainya di sana, Miya mempersilahkan kami untuk berbelanja, mencari oleh-oleh. Di depan Asakusa Tempel berjejer ratusan kios penjual oleh-oleh khas Jepang yang sudah pasti dicari turis asing macam saya. Ada kimono, bakiak khas Jepang, gantungan kunci, boneka geisha, sampai makanan khas Jepang juga ada.

Sayangnya, bagi turis kere macam saya, harga oleh-oleh di sana cukup mahal. Gantungan kunci atau magnet kulkas, rata-rata dijual dengan harga 500 yen. Kalau dirupiahkan ya sekitar Rp 50 ribu per buah. Setelah survei dari satu kios ke kios lain, akhirnya saya menemukan kunci seharga Rp 35 ribu. Yeaayy.

Selain gantungan kunci, saya juga membeli rice cake, penganan khas Jepang dengan aneka rasa. Ada rasa nori atau rumput laut, green tea, wijen, pedas, dan asin. Harga rice cake ini berbeda-beda, mulai Rp 9 ribu sampai Rp 13 ribu, tergantung rasanya. Rice cake ini juga cocok untuk oleh-oleh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun