Mohon tunggu...
Halimah Ardelia
Halimah Ardelia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Halimah Ardelia Sekar Sari

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Komunitas Cosplay sebagai Wadah Kreativitas Cosplayer di Kota Bandung

5 Januari 2022   13:50 Diperbarui: 5 Januari 2022   14:32 2553
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cosplay  adalah istilah bahasa Inggris buatan Jepang (wasei-eigo) yang berasal dari gabungan kata "costume" (kostum) dan "play" (bermain).   Cosplay merupakan jenis tipe seni pertunjukan dimana pesertanya memakai kostum dan aksesoris untuk menggambarkan suatu karakter tertentu. Sumber utama kostum atau karakter yang diadopsi dalam cosplay berasal dari karakter Jepang, manga, film, game, anime, film Amerika (Hollywod), bahkan karakter fiksi ilmiah. Cosplay di Indonesia sendiri sebenarnya cukup unik. Indonesia sebenarnya sudah memiliki tokoh-tokoh asli dari Indonesia yang sudah pernah diperankan, yakni tokoh-tokoh wayang yang diperankan oleh pemain wayang orang. Saat ini banyak komunitas yang menghimpun peminat cosplay salah satunya di Kota Bandung.

Di Bandung terdapat sebuah komunitas khusus cosplay, baik penikmat, fotografer khusus cosplay, pembuat kostum cosplay, dan juga pelaku cosplay itu sendiri, yakni bernama Komunitas Cosplay Bandung atau biasa disebut juga dengan Cosplay Bandung. Kebanyakan anggota komunitas cosplay menggunakan media sosial Facebook. Itulah yang menyebabkan komunitas ini cukup aktif berdiskusi di grup Facebook. Komunitas Cosplay Bandung sendiri memiliki keanggotaan di grup Facebook yang cukup banyak jika dibandingkan dengan komunitas cosplay lain yang basisnya juga di Facebook. Komunitas Cosplay Bandung tak hanya memiliki anggota komunitas cosplay terbanyak dalam ranah online, namun penggiat cosplay-nya di dunia nyata juga sangat banyak. Terbukti dari antusias pelaku cosplay di Bandung dalam mengikuti gathering offline. Komunitas Cosplay Bandung yang diadakan pada 25 Januari 2015 lalu.

Masing-masing pelaku cosplay di Komunitas Cosplay Bamdung memaknai sendiri mengenai apa itu cosplay bagi mereka. Menjadi seorang pelaku cosplay tidaklah mudah dan penuh dengan tantangan. Mereka rela membuat kostum semalaman, menabung jutaan rupiah, dan menunggu datangnya wig impor dari luar negeri demi menyempurnakan penampilan cosplay mereka. Menghabiskan banyak uang untuk membeli bahan kostum dan segala alat rias. Belajar bagaimana menggambar rias mata agar terlihat tajam seperti tokoh di anime, demi sebuah foto selfie yang nantinya diunggah ke media sosial untuk mendapat apresiasi dari orang lain. Sedangkan yang lainnya ada yang menonton ulang anime berjam-jam agar memahami seperti apa ia harus bertingkah di atas panggung nanti. Tak jarang yang belajar bagaimana melakukan sulih suara agar suaranya terdengar mirip dengan gaya bicara dan intonasi karakter yang ia akan bawakan saat di panggung.

Dalam kasus ekstrimnya, anggota komunitas cosplay rela belajar bela diri maupun stun action agar bisa melakukan salto atau sekedar gaya baling-baling di atas panggung.  Pendalaman menjadi "orang lain" ini pun menyebabkan mereka perlahan memiliki ikatan dengan identitas yang lain ini.Menjadi pelaku cosplay seperti sebuah fenomena bagi sebagian besar masyarakat. Mereka berusaha mengkonstruksikan identitas yang mereka pilih saat mereka melakukan kegiatan tersebut, sebab banyak sekali pertanyaan mengenai apa yang sebenarnya seorang pelaku cosplay dapatkan saat ia memakai kostum-kostum itu. Bersamaan dengan segala kepayahan itu mereka mencoba menjadi orang lain yang sebenarnya adalah fiktif. Meskipun begitu mereka masih antusias untuk menyematkan identitas tokoh fiktif tersebut pada diri mereka meski hanya sementara.

Adanya komunitas cosplay tersebut merupakan sebagai wadah bagi mereka, para cosplayer, untuk mengembangkan kegemaran mereka. Selain itu adanya komunitas tersebut juga digunakan untuk menunjukkan eksistensi diri bagi masing-masing anggotanya, sebagai ajang menuju popularitas. Cosplay dan komunitas cosplay bandung bukan hanya kegiatan kekanak-kanakan, bukan hanya  hobi yang membuang uang, dan bukan hanya sebatas perkumpulan namun sebagai wadah untuk para cosplayer dapat saling berinteraksi. Begitu juga dengan cosplay yang juga merupakan suatu kegiatan yang dapat menghasilkan. Seperti yang dirasakan oleh anggota komunitas cosplay bandung. Mereka memanfaatkan hobi dan komunitas sebagai kegiatan yang menghasilkan.

DAFTAR PUSTAKA

Aisya, Karina. (2012) "Skripsi: Rasa Memiliki Dalam Komunitas Cosplay". Jakarta: Universitas Indonesia

Jiwon, Ahn. (2008) Animated Subjects: Globalization, Media and East Asian Cultural Imaginaries, Toward a perfect cosplay: conversations with a few Japanese cosplayers, 62-82

Naufal, Alif Prabowo. (2014) "Skripsi: Analisis Teori Praktik Piere Bourdieu Terhadap Kegiatan Cosplay Pada Cosplayer Yang Telah Menikah (Studi Kasus Pada Cosplayer Komunitas COSURA)". Surabaya: Universitas Airlangga

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun