Mohon tunggu...
Halimah
Halimah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Writer

Hidup bukan tentang seberapa hebatmu, tapi seberapa dirimu menjadi manfaat bagi orang lain

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Perjalanan Pendidikan Nasional

20 Oktober 2022   14:51 Diperbarui: 21 Oktober 2022   09:40 1385
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Guru merupakan suatu profesi dimana memberikan ilmu pengetahuan kepada peserta didik dan memberikan pengajaran sehingga menjadikan peserta didik yang belum tau menjadi tau. Menjadi seorang guru merupakan profesi yang mulia karena berusaha untuk menerapkan dan memberikan kenyamanan pada kegiatan pembelajaran. Sebelum membahas secara jauh mengenai Perjalanan Pendidikan Nasional, kita bahas terlebih dahulu mengenai pengertian pendidikan. 

Pendidikan

Dalam bahasa Inggris pendidikan berarti education. Sedangkan dalam bahasa latin berarti educatum yang berasal dari kata E dan Duco, E berarti perkembangan dari luar dari dalam ataupun perkembangan dari sedikit menuju banyak, sedangkan Duco berarti sedang berkembang. Dari sinilah, pendidikan bisa juga disebut sebagai upaya guna mengembangkan kemampuan diri. Menurut Wikipedia, pendidikan ialah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, serta kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi selanjutnya melalui pengajaran, penelitian serta pelatihan. Sedangkan, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pendidikan ialah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang ataupun kelompok dalam upaya mendewasakan manusia melalui sebuah pengajaran maupun pelatihan. 

Perjalanan Pendidikan Nasional pada Masa Perjuangan Pahlawan

Perjalanan pendidikan nasional diawali dari sebelum zaman kemerdekaan. Meskipun belum terdapat pendidikan formal namun pendidikan diajarkan secara nonformal. Pendidikan nonformal didapat dari kehidupan sehari-hari seperti contohnya pendidikan mengenai kesopanan. Tokoh perjuangan pahlawan yang memelopori pendidikan nasional salah satunya ialah Ki Hajar Dewantara.

Ki Hajar Dewantara

Ki Hajar Dewantara lahir di daerah Pakualaman pada tanggal 2 Mei 1889 dan meninggal di Yogyakarta pada tanggal 26 April 1959 pada umur 69 tahun. Lebih lanjut, bapak pendidikan yang biasa disapa Soewardi ini adalah seorang aktivis gerakan kemerdekaan Indonesia, politikus, kolumnis, dan pelopor pendidikan bangsa Indonesia ketika Indonesia masih di bawah kekuasaan Belanda. 

Soewardi kecil mendapatkan pendidikan  pesantren di Kalasan asuhan Kyai Haji Soleman Abdurrohman. Setelah ayah Soewardi merasa bahwa ilmu agama yang diperoleh anaknya dari pondok pesantren sudah cukup, maka, ayah Soewardi memutuskan untuk memasukkan Soewardi ke sekolah Govermen Belanda, yakni ELS (Eropessche Lagere School) yang berada di kampung Bintaran dekat dengan kadipaten tempat tinggal Soewardi.

Setelah lulus dari ELS, ayah Soewardi menginginkan Soewardi melanjutkan sekolah ke OSVIA (Opleiding School Voor Inlandsche Ambtenaren) yang merupakan sekolah bagi calon pegawai Govermen Belanda. Namun, Soewardi lebih memilih untuk melanjutkan sekolah ke Kweekschool, yang merupakan sekolah bagi calon guru. Karena Soewardi sudah merasakan adanya kesenjangan pendidikan antara anak-anak Belanda, anak bangsawan dan rakyat jelata.

Dalam perjalananya, Soewardi bertemu dengan dr. Wahidin Soedirohoesodo yang menawarkan pendidikan dokter bagi anak-anak bangsawan. Mendengar pemaparan dr. Wahidin bahwa rakyat kekurangan tenaga medis, maka Soewardi memutuskan untuk meninggalkan sekolah Kweekschool  dan memilih melanjutkan sekolah di STOVIA (School tot Opleiding van Indische Artsen) yang terletak di Batavia.

Di STOVIA, Soewardi bertemu dengan anak-anak bangsawan lain dari berbagai daerah yang ternyata memiliki visi perjuangan yang sama dengannya. Sehingga, kegiatannya di sekolah tidak hanya diisi dengan belajar mata pelajaran sekolah saja melainkan diisi dengan diskusi-diskusi kebangsaan.  Akhirnya, melalui pelajar yang belajar di STOVIA inilah, pada tahun 1908 lahirlah organisasi Boedi Oetomo. Boedi Oetomo berupaya menjadi wadah aspirasi bagi pemuda inlander, terutama melalui dunia jurnalistik. Kegiatan yang cukup padat, baik di sekolah maupun di Boedi Oetomo akhirnya membuat kondisi kesehatan Soewardi semakin menurun. Kondisi tersebut cukup mempengaruhi kualitasnya sebagai seorang pelajar. Sehingga, tanpa disangka, pada saat pengumuman kenaikan kelas ke kelas lima ternyata Soewardi dinyatakan tidak naik kelas karena nilainya terlalu jelek.

Perasaan kecewa yang teramat dalam menggelayuti pikiran Soewardi ketika itu, namun karena dukungan keluarga dan teman-teman, Soewardi berupaya bangkit dan menerima kenyataan. Pada tahun 1910, Soewardi mendapatkan tawaran pekerjaan sebagai ahli kimia di Laboratorium Pabrik Gula Kalibogor. Namun, pada tahun 1911, Soewardi menyatakan mengundurkan diri dari pekerjaannya karena ia tidak sanggup melihat rakyat yang bekerja dipelakukan secara kasar. Di saat yang sama, Boedi Oetomo sedang berupaya menetapkan tujuan. Soewardi mendapatkan ajakan untuk bergabung dengan organisasi Sarekat Dagang Islam, yang merupakan organisasi perjuangan yang bergerak di bidang politik dan agama. Pada organisasi terssebut, Soewardi menjadi penulis yang aktif menulis di berbagai media masa. Mulai dari sanalah kemudian Soewardi mengenal berkenalan dengan organisasi lainnya.

Pada tahun 1913 Soewardi menikah dengan Raden Ayu Soetartinah, yang juga merupakan kerabat dari ayah Soewardi. Beberapa hari setelah pernikahan, Soewardi ditangkap oleh polisi Belanda karena dianggap memberikan dukungan pada rakyat melalui tulisan-tulisannya. Akhirnya, sebagai hukumannya Soewardi diasingkan dan ia memilih untuk diasingkan ke Belanda. Di Belanda kehidupan Soewardi dan Soetartinah sangat terkatung-katung. Namun, di Belanda justru Soewardi didekatkan kembali dengan cita-cita masa lalunya untuk menjadi seorang guru. Soewardi berteman baik dengan Mr. John Dewey, Mr. Rabindranat Tagore, Mr.J.J. Rousseau, dr. Maria Montessori, Mr. Kerschensteiner dan Mr. Frobel. Soewardi sangat kagum pada metode Frobel yang menerapkan pendidikan dengan menyanyi dan bermain. Kemudian, metode dr.Maria yang menerapkan metode pendidikan dengan menitik beratkan pada panca indra.

Lama berkiprah di dunia tulis menulis di organisasi, Soewardi memutuskan untuk kembali memfokuskan dirinya pada dunia pendidikan. Karirnya sebagai seorang pendidik, diawali dengan menjadi guru di sekolah Adhi Darmo yang didirikan kakaknya Raden Mas Soerjopranoto. Setelah satu tahun Soewardi menjadi guru, munculah ide gagasannya untuk mendirikan sekolah sendiri. Akhirnya, pada 3 Juli 1922, Soewardi memutuskan untuk mendirikan sekolah baru yang Ia beri nama National Onderwijs Instituut Tamansiswa". Sekolah yang didirikannya tersebut, merupakan bentuk protesnya terhadap sekolah yang didirikan oleh kolonial Belanda yang sebenarnya tidak sesuai dengan kebudayaan bangsa Indonesia. Oleh karena itu, filosofi dan seluruh aktivitas di Tamansiswa dilandasi oleh kebudayaan bangsa Indonesia, agar anak-anak Inlander dapat menjadi seorang intelektual yang berbudi pekerti serta mencintai tanah airnya.

Ing ngarso sung Tulodho, Ing Madya Mangun Karso, Tut Wuri Handayani
Ing ngarso sung Tulodho, Ing Madya Mangun Karso, Tut Wuri Handayani

Pada 1932, pemerintah Belanda menyita semua barang-barang yang ada di Tamansiswa, karena Tamansiswa tidak membayar pajak pada pemerintah Belanda. Barang-barang yang disita tersebut kemudian dilelang ke bangsawan-bangsawan hingga membuat hati Soewardi merasa sangat marah sekaligus sedih. Namun, diluar dugaannya ternyata bangsawan-bangsawan tersebut memberikan barang-barang yang telah dilelang tersebut untuk Tamansiswa kembali. Setelah pendirian Tamansiswa tersebut, Soewardi mengganti namanya menjadi Ki Hadjar Dewantara pada 23 Februari 1928.

Selama berjalannya waktu, Tamansiswa semakin berkembang. Ki Hadjar Dewantara pun dikenal dengan pelopor pendidikan Indonesia. Hal tersebut membawanya pada jabatan sebagai Menteri Pengadjaran pada awal kemerdekaan dan juga anggota DPR pada pemerintahan RIS pada 1949 menjelang 1950 (Republik Indonesia Serikat). Namun pada tahun 1950, Ki Hadjar memutuskan untuk mengundurkan diri dari jabatannya sebagai anggota DPR dan memilih mengurus Tamansiswa. Selama mengurus Tamansiswa, Ki Hadjar tidak berpangku tangan, Ia pun masih aktif menulis di berbagai media masa untuk menuangkan pemikirannya, diantaranya mengenai Tri Pusat Pendidikan yang diusungnya pada Taman Siswa maupun mengenai pendidikan bagi kaum perempuan. Kegiatan-kegiatan tersebutlah yang mengisi hari-hari Ki Hadjar, hingga beliau wafat pada 26 April 1959

Hari Pendidikan Nasional ditetapkan untuk memperingati kelahiran Ki Hadjar Dewantara, sekaligus menghormati jasa-jasa beliau yang memengaruhi sistem pendidikan di Indonesia. 

Pencetus Taman Siswa ini terkenal melahirkan tiga semboyan untuk para pengajar atau para guru yang terkenal dan dilestarikan hingga sekarang.  Semboyan ini terdiri dari tiga poin yang ditulis dalam bahasa Jawa dan menjadi pedoman bagi guru atau pengajar saat membimbing murid-muridnya dalam hal pembelajaran. Bahkan salah satunya digunakan untuk semboyan pendidikan di Indonesia. Semboyan tersebut adalah ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, dan tut wuri handayani. 

Sumber Rujukan:

https://pgsd.upy.ac.id/index.php/jadwal/profil-lulusan/2-uncategorised/12-pendidikan

https://id.wiktionary.org/wiki/pengertian

https://news.schmu.id/biografi-ki-hajar-dewantara/

https://pusakaindonesia.or.id/inspirasiku/hari-pendidikan-nasional/

https://voi.id/memori/14007/sisi-radikal-ki-hajar-dewantara

http://smpnegeri1seikanan.sch.id/informasi/detail/berita/sosok-pahlawan-pendidikan-indonesia-ki-hajar-dewantara

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun