Mohon tunggu...
Abdul Halim
Abdul Halim Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Rahim Ibumu Bukan untuk Melahirkan Seorang Koruptor

11 Januari 2018   20:45 Diperbarui: 11 Januari 2018   20:56 339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Apa yang anda pikirkan ketika mendengarkan statement diatas? Ya, seorang ibu tentunya tidak ingin anak yang di lahirkan menjadi seorang yang mempergunakan hak dan kewajiban Negara untuk kepentingan individu.

Ibu selalu mendidik anaknya yang nantinya akan menjadi seorang yang dapat bermanfaat baik itu di lingkungan teman terdekat, atau ketika berada pada lingkungan yang lebih besar lagi. 

Perlu kita ketahui kembali korupsi adalah perbuatan yang dapat menyiksa semua kalangan manusia baik itu pada bayi, anak-anak, remaja, dan tentunya orang dewasa pula. 

Memang benar hal demikian tidak mereka rasakan secara langsung  ketika hal keji tersebut di lakukan. Tetapi bayangkan saja jika penghukuman yang tidak tepat tehadap tindakan tersebut akan berdampak sangat parah bagi manusia kedepannya. 

Ibu untuk melahirkan seorang bayi ke dalam dunia yang baru membutuhkan waktu Sembilan bulan lamanya. Dari bulan pertama hingga bulan ke Sembilan ibu selalu bersemangat, dan penuh adanya harapan ketika bayi akan lahir. 

Sebanyak 20 tulang ibumu terasa patah ketika dilahirkan. Manusia biasa saja bisa tidak mampu untuk menghadapi hal demikian bahkan, terkadang kehilangan nyawa yang berharga untuk melihat mutiara jiwanya. 

Tetapi, apa yang di dapat? Bayi yang di lahirkannya adalah seorang perampas harta rakyat. Hingga pada akhirnya ini menjadikan sang ibu adalah mesin pencetak perampok rakyat.

Perlu untuk diketahui pada tiap diri manusia ketika di lahirkan di atas dunia. Manusia telah membuat kesepakatan yang sacral dan menerima segala persyaratan yang di buat oleh Allah. 

Dan oleh sebab itulah ketika bayi yang di lahirkan ke dunia ini selalu menangis. Ketika berada dalam perut ibunya calon bayi selalu menerima asupan fisik dari ibunya, apa yang di rasakan sang ibu dapat di rasakan pula oleh sang bayi. 

Dari beberapa proses diatas sang bayi ketika menjadi seorang yang dewasa mereka lupa akan perjanjian yang telah dibuatnya. Dan seolah-olah manusia adalah pemilik segala-galanya di dunia ini. 

Bayi menangis karena ia begitu sedih hal yang di harapkan tidak sesuai dengan yang di harapkan. Permasalahan yang harus di hadapi, dan sulitnya membedakan manusia yang baik dengan manusia yang pura-pura baik.

Pikirkan berapa banyak manusia yang lahir permenitnya di tiap masing-masing wilayah? Akankah dunia ini akan diisi dengan manusia yang serakah, manusia perampok, manusia penjajah, atau masuk kedalam manusia kerah putih. 

Jangan menyalahkan diri kita sendiri terhadap perbuatan salah yang dilakukan atau menyalahkan mengapa kita harus dilahirkan pada dunia pengujian. Manusia selalu berada pada kesalahan yang tidak mutlak untuk terus dilakukan. Jika kesalahan di lakukan maka pembenahan diri segera dilakukan.

Kembali pada judul di atas

Banyak ibu yang ingin rahimnya menghasilkan manusia yang baik dan dapat membanggakan ibunya. Ketika seorang anak telah tumbuh menjadi dewasa ibu hanya ingin menyelipkan nama pada piagam keberhasilanya. 

Ibu yang ingin menjadi kain lap emas anaknya, ibu hanya ingin menjadi kerang ketika anak dapat menjadi mutiara. Itulah seorang ibu hanya ingin bagian kecil di dalam senyum dan tawanya. 

Tetapi, apakah yang di perbuat anak? saat kebohongan kebohongan kecil yang dilakukanya dan malah akan menjerumuskannya pada suatu tingkatan kejahatan yang tinggi. Berbohong adalah langkah awal seseorang untuk menjadi seorang koruptor.

Ia akan selalu terus berbohong untuk menutupi kesalahan-kesalahan yang sebelumnya.

Pada tindakan korupsi yang di lakukan kesadaran dari manusia harus di timbulkan, korupsi merupakan faktor penghancur di dalam suatu Negara. Ini bisa dilihat dari bentuk hukuman yang cukup berat ketika korupsi mulai merambah di lingkungan manusia. 

Di Negeri Arab sana hukuman bagi pelaku korupsi adalah memotong lehernya atau hukuman mati, di  Negeri Cina sana hukuman yang di berikan adalah tembak mati, dan di Negeri Paman Sam sendiri sama dengan yang dilakukan oleh kedua Negara diatas yaitu hukuman mati. 

Tapi sungguh miris ketika berada di negeri yang kita di lahirkan di tanah yang kita pijak, dan di negeri tempat untuk kita bernaung. 

Para koruptor merajalela bukan hukuman yang cukup pantas di lakukan tetapi, tindakan pengurangan hukuman yang menjadi tameng untuk kembali menjarah rupiah rakyat. Inilah yang teru membuat Negara ini menjadi Negara penghasil koruptor.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun