Mohon tunggu...
Halim Adrian Putra
Halim Adrian Putra Mohon Tunggu... Freelancer - S1 Ilmu Komunikasi Dan Penyiaran Islam

Pemerhati Sosial

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Teleologi, Sebuah Teori yang Menarik untuk Dipelajari

28 Desember 2020   21:14 Diperbarui: 28 Desember 2020   21:26 625
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Ada sebuah kisah menarik mengenai diskusi panjang  seorang pemuda intelektual bernama Fumitake Toga dengan seorang filsuf cerdas bernama Ichiro Kishimi di Jepang mengenai solusi kehidupan sosial yang lebih baik.

Untuk diketahui, bahwa percakapan Antara Fumitake Toga dan Ichiro Kishimi tersebut dikutip dari sebuah buku yang berjudul "The Courage To Be Dislike" ( Berani Tidak Disukai ) karya mereka berdua.

Singkat cerita, ditengah kondisi sosial yang berantakan, carut marut, dan tidak sehat, pemuda yang bernama Fumitake Koga tersebut berinisiatif untuk mengunjungi suatu daerah menemui seorang tokoh filsuf dan psikologi bernama Ichiro Kishimi yang menurutnya sangat mumpuni dalam bidangnya. Akhirnya merekapun bertemu dan melakukan percakapan yang cukup panjang.

Percakapan yang berlangsung selama beberapa malam tersebut bertempat di ruangan khusus sang filsuf yang dipenuhi oleh buku-buku dan karya-karya penelitian Sosial.

Dalam percakapan tersebut terjadi banyak sekali perdebatan. Pemuda yang tentu masih dalam masa "On Fire" amat menggebu-gebu dalam ber-argumentasi sementara sang filsuf yang "Bijaksana" ber-argument dengan tenang dan intelektual.

Setelah adu argument yang berlangsung cukup alot, sampailah mereka pada suatu kesimpulan awal bahwa dalam kehidupan sosial, jika seseorang ingin tetap "survive" maka diperlukan sebuah pola pikir yang berorientasi pada tujuan kedepan, bukan pada beban masa lampau.

 Pengertian ini merupakan makna dari "teleologi"  yang dicetuskan oleh seorang pakar psikologi asal Austria Bernama Alfred Adler  yang teorinya tersebut banyak di kagumi di negara-negara Eropa dan AS. Menurut KBBI , "teleologi" berarti teori atau ajaran bahwa semua kejadian (setiap gejala) terarah pada suatu tujuan.

Mari kita fokus pada substansi. Jika menggunakan pendekatan sosial, "teleologi" sangat menarik sekali untuk dipelajari dalam kehidupan kekinian yang pada kenyataannya tidak lepas dari problematika yang cukup kompleks. Hal ini dikatakan menarik karena pada hakikatnya manusia itu adalah makhluk sosial yang juga menurut para ahli seperti Max Weber dan Emil Durkheim, manusia merupakan bagian dari objek kajian sosiologi yakni masyarakat.

Maka ketika seseorang atau sekelompok orang sedang berada dalam posisi terbeban oleh masalalu, kajian tentang teleologi ini sangat layak untuk dipelajari. 

Teleologi yang digagas oleh Alfred Adler ini berbicara tentang bagaimana seseorang mampu untuk tidak terbebani dengan konflik masalalu karena berdasarkan teorinya, masalalu seharusnya bukanlah sebuah landasan dalam menjalani hidup saat ini melainkan  tujuanlah yang menjadi landasannya menuju masa yang akan datang.

Sepintas lalu, masalalu kadangkala  memang membuat seseorang berada dalam konflik batin, namun begitu, didalamnya masih ada sebuah pilihan yakni apakah tetap larut tak menemukan arah atau menjalani hidup dengan tujuan yang arahnya jelas. Tentu, jika ingin berada pada perubahan yang lebih baik, seseorang harus memilih melanjutkan hidup dengan tujuan ketimbang larut dalam duka masa lampau yang tak berkesudahan. 

Teleologi yang di gagas Adler ini berpendapat bahwa sukses atau tidaknya seseorang tidaklah ditentukan oleh masalalunya akan tetapi kesuksesan seseorang ditentukan oleh tujuan yang ditentukan dalam diri.

Maka dari itu sangatlah menarik jika studi tentang "teleologi" digali lebih lanjut karena didalamnya tidak menyebut masalalu sebagai penentu masa depan melainkan tujuanlah yang mengantarkan seseorang berada pada gerbang keberhasilan sosial yang pada kenyataannya tadi tidak terpisahkan dari problem-problem yang kompleks. 

Kesimpulan dari tulisan ini, marilah menjadi survivor yang tangguh dengan menentukan arah atau tujuan yang jelas. Kita tidak bisa memungkiri bahwa perubahan besar berawal dari perubahan kecil, yakni dalam diri kita sendiri. Keep the future !

Sumber : The Courage To Be Dislike, karya Ichiro Kishimi dan Fumitake Koga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun