Muktamar Muhammadiyah ke-48 yang akan berlangsung pada bulan November 2022 di Solo, mengusung tema "Memajukan Indonesia, Mencerahkan Semesta", seyogyanya melahirkan sebuah paradigma berkemajuan baru. Sebagai kader, kami punya perspektif bahwa Muhammadiyah masih terlena pada nama besar kepemilikan beberapa lembaga sosial, pendidikan, kesehatan, dan income bisnis dari 2 lembaga yang disebut belakangan. Sementara hasilnya walaupun mengelola banyak lembaga pendidikan, tapi produk pemikiran kader-kader nya tidak mengalami revolusi signifikan dalam peta pembaruan pemikiran Islam.Â
Bahkan yang agak mengkhawatirkan, akhir-akhir ini Muhammadiyah cenderung lebih sering mengadakan kegiatan koordinasi yang bersifat seremonial, melebarkan sayap usaha berbasis program, bukan kepada sasaran mengentaskan trilogi awal yang digagas Kyai Dahlan. Apalagi, sampai bermimpi ingin memajukan Indonesia dan mencerahkan semesta.
Inilah pekerjaan rumah besar para Muktamirin, begitu gegap gempita pelaksanaan Muktamar selesai.
Sebagai catatan akhir, menurut Harun Nasution dalam bukunya Islam Rasional; Gagasan dan Pemikiran, Muhammadiyah kekinian itu sebenarnya tidak murni lagi mengikuti Muhammad Abduh sebagai mana Ahmad Dahlan dulu melakukan pembaruan. Tapi lebih cenderung ke muridnya Rasyid Ridha yang mengikuti 3 ulama tekstualis yaitu Ibn Hanbal, Ibn Taymiyah, dan Ibn Wahab.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H