teori relativitas khusus tidak cocok dengan peristiwa Mi'raj Nabi, jangan dicari kecocokkannya ke teori lain. Temuan sains punya jalur analisis berbeda. Lebih penting, ia bukan dalam rangka menjawab histori agama.Â
Tanpa mengurangi rasa hormat saya kepada salah satu saintis dan Ketua PP Muhammadiyah. Karena ruang saintifik adalah ranah kritis. Bisa mendukung, bahkan mengoreksi sepanjang masih dalam kerangka akademis. Agamawan (atau saintis yang agamis) sebaiknya tidak berusaha mencocokkan sejarah agama dengan teori sains. JikaWalaupun yang dekat adalah teori relativitas umum. Relativitas umum itu berjarak 11 tahun dengan relativitas khusus yang keduanya digagas Einstein. Relativitas umum justru mengoreksi relativitas khusus yang berbasis pada hukum Newton dengan sudut pandang berbeda terhadap sudut relativitas yang lebih besar.
Sudut pandang terjadi karena adanya ruang melengkung. Dengan kecepatan cahaya tetap, namun waktu tempuh yang berbeda karena adanya bidang lengkung yang memperpendek jarak (memintas) akibat gaya tarik massa yang besar.
Jika Isra Mi'raj dijelaskan dengan pendekatan relativitas umum karena relativitas khusus dianggap tidak bisa menjelaskan, maka akan menimbulkan tanya dan persoalan lain yang susah lagi untuk dijelaskan.
Karena relativitas umum menjelaskan waktu yang lebih cepat. Apa hubungannya jika Rasulullah perjalanan PP nya lebih cepat dari 8 jam? Gak ada. Pertama, orang-orang sains tetap akan bertanya. Jika waktunya berubah cepat tapi kecepatannya tetap di 299.000 km/detik, kenapa tubuh Nabi gak hancur? Kedua, jangankan keluar tata surya, baru di lapisan kedua atmosphere yaitu stratosphere saja makhluk hidup sudah susah bernafas. Karena tipisnya kandungan udara.
Ketiga, ber-massa apa Rasulullah beserta kendaraannya hingga membuat bidang melengkung/menyintas waktu karena hanya objek bermassa besar yang mampu membuat gaya tarik melengkung? Keempat, dari keterangan di atas, sangat jelas teori relativitas umum tetap berbicara tentang objek atau materi yang eksis, bukan immaterial/ghoib. Sebab energi, massa, ruang, waktu, dan kecepatan, itu materi yang bisa dihitung dan dibuat persamaannya yang biasa kita kenal dengan rumus E=mc².
Bingung kan? Saran saya ya hindari pendekatan keduanya biar gak keteteran. Karena problemnya tetap kembali bahwa ranah keyakinan itu sulit jika diperdebatkan dengan sains yang harus ada bukti dan eksistensinya. Point teori relativitas adalah sudut pandang atau paradigma. Sudut pandang tiap orang berbeda alias relatif dalam memandang objek tergantung dari sudut mana ia memandang. Sudut pandang agama akan berbeda dengan sains. Karena relatif ia tidak akan nyambung sebab sudut pandangnya yang berbeda tadi.
Terus? Ya cukup kita percaya dan imani saja peristiwa Isra Mi'raj tersebut. Simpel.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H