Mohon tunggu...
Munawar Khalil
Munawar Khalil Mohon Tunggu... Insinyur - ASN, Author, Stoa

meluaskan cakrawala berpikir, menulis, menikmati kehidupan yang singkat

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

Semesta dan Konsep Rahmatan Lil Alamiin yang Tidak Selaras

3 Mei 2022   12:18 Diperbarui: 11 Mei 2022   15:27 520
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Parahnya, tiap tahun makhluk mulia bernama manusia ini, di salah satu sudut bumi di Indonesia, masih sibuk berwacana untuk melihat ketinggian bulan di 100 tempat lebih menjelang awal Ramadhan. 

Padahal jika kita berkaca ke planet Mars yang posisinya persis di belakang bumi, sebagai opsi kedua tempat tinggal manusia di masa depan, kedua sistim penentuan puasa baik rukyatul hilal maupun hisab hakiki tidak akan berlaku.

Pertama, karena jumlah bulan yang mengitari Mars ada dua buah yaitu Phobos dan Deimos. Kedua, jumlah hari (satu putaran Mars mengelilingi matahari dalam setahun) adalah 687 hari. Artinya bulan akan bertambah jadi 24. Otomatis penanggalan Masehi dan Hijriyah juga tidak berlaku. Termasuk hari-hari istimewa yang sudah biasa ada di bumi.

Rotasi bumi mengelilingi matahari adalah 365 hari (tahun). Rotasi bulan mengelilingi bumi adalah 30 hari (bulan). Rotasi perubahan letak bulan terjadi 4 kali dalam 1 bulan (minggu). Rotasi bumi berputar pada porosnya adalah 24 jam (hari). 

Artinya perubahan regulasi atas hari-hari istimewa pada planet lain akan berubah waktu bahkan namanya, mengikuti posisi dan jumlah rotasi serta revolusi planet beserta benda lain yang akan ditempati manusia.

Mungkin ada yang berpendapat, kita masih di Bumi ya aturan di bumi lah yang kita ikuti; terlalu jauh jika berkhayal tentang hidup di planet lain. Nah ini juga fallacy. Tanpa sadar kita sudah mengatakan aturan itu sepertinya memang terbatas untuk bumi, bukan semesta. Kedua, masa depan yang kita nikmati saat ini adalah hasil prediksi, analisis, dan perhitungan ilmuwan masa lalu yang membuat nama tahun, bulan, minggu, hari, hingga jam.

Apa sih point-nya? Perdebatan-perdebatan dalam tataran keyakinan dan ijtihad manusia itu terlalu kecil jika dibandingkan dengan persoalan semesta. Dan harusnya disudahi, karena dengan planet bertetangga saja metode rukyatul hilal dan hisab hakiki tidak bisa digunakan. Alih-alih perbedaan antar planet, di dalam bumi saja hari jumat yang istimewa di Jakarta, di Paris masih hari kamis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun