Mohon tunggu...
Munawar Khalil
Munawar Khalil Mohon Tunggu... Insinyur - ASN, Author, Stoa

meluaskan cakrawala berpikir, menulis, menikmati kehidupan yang singkat

Selanjutnya

Tutup

Politik

Corak Konservatisme: Politik Bertahan dalam Kemapanan

29 Juli 2021   12:32 Diperbarui: 29 Juli 2021   13:03 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebenarnya segala sesuatu yang berhubungan dengan keberlanjutan dan mempertahankan kemapanan itu dalam ilmu politik bisa disebut dengan konservatif. Kita juga biasa menamakan pemikiran-pemikiran orang tua zaman dulu sebagai konservatif atau identik dengan kuno. Padahal tidak. Konservatif itu hanya tidak berubah saja. Ia disebut konservatif karena tidak ingin adanya perubahan. Itulah kenapa lawan katanya adalah inovatif.

Dalam setiap periode kekuasaan konservatisme itu adalah sebuah kewajaran. Artinya sekelompok orang berusaha agar kemapanan yang mereka miliki tidak berubah, bergeser, apalagi lenyap. Untuk itu pulalah berbagai cara dilakukan agar kemapanan tadi tidak pindah ke kelompok lain.

Lalu masalahnya di mana? Masalahnya adalah ketika kemapanan itu dibentuk dan dijalankan hanya untuk sebagian kecil kelompok dan tidak terdistribusi secara merata. Hingga hasilnya ia terakumulasi menciptakan konservatisme berhaluan ekstrim kanan. Secara umum dunia tengah menjalani periode ini. Sehingga jurang pemisah antara si kaya dan si miskin semakin menganga lebar.

Ujung dari konservatisme ini menghasilkan sesuatu yang dalam ilmu ekonomi disebut dengan kapitalisme. Isinya ketidakseimbangan dan tidak terdistribusinya produk akhir perekonomian secara menyeluruh. Yang berkuasa dengan "pasukannya" berusaha mempertahankan status quo.

Paling ujung lagi dari alur kekuasaan tersebut dalam teori filsafat ada kelompok lain yang disebut dengan kelompok reaksioner. Kelompok ini terdiri dari sekumpulan orang yang bersama-sama menjalankan periode kekuasaan secara konservatif, ekstrem kanan, mempertahankan status quo, dan sangat bereaksi berlebihan ketika status dan cara mereka menjalankan kekuasaan dikritik oleh kelompok lain. Kelompok ini biasanya berada di ujung akhir periode kedua dan ingin terus melanjutkan kemapanan menuju periode ketiga dan seterusnya.

Lewat kekuasaan yang dimiliki, berbagai struktur dibangun secara seksama dan hampir tidak ada yang terlewat. Dari struktur organisasi, citra, penguasaan sumber daya, dan pelibatan perangkat-perangkat sampai ke tingkat desa dengan mengadakan berbagai kegiatan untuk mengangkat popularitas mereka.

Yang berat dari kelompok ini, dengan kekuasaan yang mereka miliki, adalah terjadinya pembungkaman, intimidasi, dan tindakan yang merupakan output dari reaksi berlebihan tadi. Dan ini seolah sudah menjadi makanan sehari-hari. Kelompok ekstrim kiri yang berusaha melakukan perubahan didramatisasi sedemikian rupa agar eksistensi mereka tidak muncul. Hal ini bisa berupa tindakan melakukan pembunuhan karakter terhadap seseorang yang mereka anggap menjadi ancaman bagi kemapanan dan keberlangsungan kekuasaan tadi.

Ini menyatakan bahwa segala suatu tindakan menghalalkan cara akan terus terjadi. Sebagaimana tesis Weber yang menyimpulkan bahwa semua struktur politik itu menggunakan kekerasan dalam menjalankan kekuasaannya. Tetapi berbeda dalam cara, sejauh mana, dan bagaimana menggunakannya. 

Kelompok ekstrim kiri atau biasa disebut dengan kelompok sosialis tampaknya harus segera mengencangkan sabuk pengamaan, tapi tetap semangat dan enjoy the ride. Karena jika perahu yang sudah bocor tetap dijalankan dengan cara-cara seperti itu, perubahan justru akan tetap terjadi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun