Mohon tunggu...
Munawar Khalil
Munawar Khalil Mohon Tunggu... Insinyur - ASN, Author, Stoa

meluaskan cakrawala berpikir, menulis, menikmati kehidupan yang singkat

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Muhammadiyah, Salafisme, dan Problem Kultural Yang Dihadapi

26 Juli 2021   21:29 Diperbarui: 17 September 2021   19:00 289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Nun jauh di sana, kehebatan lembaga-lembaga pendidikan, RS, AUM, serta peran-peran Muhammadiyah bagi bangsa yang di-branding sedemikian rupa, mulai membuat kita besar baju, tapi tidak diimbangi dengan pembenahan perubahan metodologi dakwah ke dalam. Kehebatan itu, faktanya tidak berkontribusi ke daerah-daerah. Karena secara struktural organisatoris, hubungan pusat dengan daerah sangat jauh, padahal dunia tengah berjalan ke arah revolusi digitalisasi yang menghilangkan jarak. Komunikasi intra organisasi pun tidak berjalan dengan baik, sebagai dampak ekslusifnya PP.

Ketika daerah mengirim siswa ke pendidikan ulama Tarjih juga sangat sulit dan berat karena terbatasnya kuota. Apalagi waktu menunggu produknya cukup lama, yaitu pendidikan 4 tahun dan pengabdian 3 tahun. Jangka pendek, adalah meminta bantuan mubaligh tarjih ke PP yang ditempatkan di daerah dengan biaya daerah sendiri seperti da'i Benum zaman dulu, itupun tidak tersedia. 

Sebenarnya bukanlah rahasia umum, lembaga-lembaga pendidikan tinggi dan kesehatan Muhammadiyah itu terkenal mahal, profit oriented, dan sangat tidak ramah bagi kantong kader-kadernya sendiri. Rata-rata direktur serta manajemen lembaga kesehatan dan pendidikan di Muhammadiyah malah di dominasi kelompok MuNas yang berorientasi kuantitas, bukan kepada kualitas Muhammadiyah. Mereka inilah yang akhirnya membuat wajah persyarikatan seperti sebuah korporasi besar. Hebat dengan bangunan fisik dan mengembangkan sayap usaha, tapi melemah di sisi dakwah.

Muhammadiyah harus berbenah. Karena kegelisahan-kegelisahan kader di beberapa daerah ketika mengamati mulai bergesernya manhaj pada akar rumput, tampaknya semakin menguat. Pimpinan Pusat-pun semestinya cepat merespon gejala ini, agar kelompok Kyai Dahlan tetap mendominasi dan mayoritas dalam posisinya.

Penulis, adalah Sekretaris PD Muhammadiyah Barito Utara

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun