Mohon tunggu...
Dr Halid MAg
Dr Halid MAg Mohon Tunggu... Dosen - Dr. Halid, M.Ag. adalah dosen tetap Fakultas Adab dan Humaniora UIN Jakarta.

Dr. Halid, M.Ag. (Halid Alkaf) adalah dosen tetap Fakultas Adab dan Humaniora UIN Jakarta (sejak tahun 2000 - sekarang); juga menjadi penulis, peneliti, dan editor. Sejak 2006 hingga sekarang menjadi adviser dan Content QC di PT Merak Multimedia dan PT Falcon Publishing.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Qurban Konsumtif vs Qurban Produktif

31 Agustus 2017   21:06 Diperbarui: 1 September 2017   08:57 1394
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bayangkan, ratusan juta harus habis dalam hitungan jam dan hari dari produk qurban yang berbentuk "santapan daging".

Mengapa tidak dibuat "qurban produktif" yang bisa mengentaskan kaum mustadh'afin dari kungkungan keterbelakangan dan kemiskinan...?

Mengapa misalnya, jika terkumpul 30 ekor sapi dengan harga @20jt (600 juta) + 70 ekor kambing dengan harga @2jt (140 juta) sehingga total 740 juta, kemudian dibuat dua model: pertama, tetap dalam bentuk hewan sembelihan sebesar 35% - 50% (karena untuk tetap melestarikan ketetapan agama yang memiliki nilai historis yang luhur); kedua, sisa hewan sembelihan itu (50% - 65%) diformulasikan dalam bentuk pemberian usaha produktif dan pemberdayaan. Hal ini akan lebih memberi "pahala jariyah", karena hasilnya berkelanjutan dan diharapkan bisa memberi perubahan ke arah yang lebih baik.

Tentu sebagian dari umat Islam bisa saja berargumen, bahwa untuk usaha-usaha produktif bisa dilakukan via ZIS (zakat, infaq, dan shadaqah). Ini bisa dijawab, bahwa ZIS + dana qurban akan melahirkan aset yg lebih baik dan produktif.

Apakah tradisi ribuan tahun dari Nabi Ibrahim AS ini harus terus diabadikan dalam ritual sembelihan secara keseluruhan? Murkakah Tuhan bila hamba-Nya "mengaktualkan" yang ritual...?!

*Dosen Tetap Fakultas Adab & Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun