Hingar bingar pesta rakyat yang diselenggarakan masyarakat Jawa Barat sedikit banyak menyita perhatian. Walau keberadaan saya sendiri sudah beralih "kewarganegaraan", tetapi mau tidak mau harus mengikuti perkembangan politik, ekonomi dan budaya yang ada di tanah leluhur.
Proses perhitungan cepat yang memposisikan Kang Aher sebagai unggulan pilihan mayoritas Jabar, menjadikan para pemilihnya sangat optimis akan kemenangannya dan bagi yang sementara kalah, ada yang masih optimis dan ada yang kecewa duluan. Itulah kompetisi ada yang menang dan ada yang kalah ...
Dan Buat Kang Aher, terlepas hasil akhir nanti menang atau kalah ...
Seandainya Kalah, bersyukurlah karena itu artinya Kang Aher terlepas dari adanya beban dan tanggung jawab dari janji-janji yang harus tunaikan. Ingat, Jabar bukanlah DKI, atau Jabar Bukanlah Bandung atau yang lainnya. Jabar punya kompleksitas yang sangat tinggi. Mengingat jumlah penduduk yang tinggi, mencapai 42 juta jiwa, kondisi geografis yang rawan dan labil, tingkat kemiskinan dan pengangguran yang jujur masih dikatakan banyak, infrastruktur yang masih tertinggal mengingat Jabar adalah Propinsi penyangga Ibu Kota, tentunya bukan hal yang ringan dan mudah untuk memperbaiki itu semua, apalagi untuk masa jabatan 5 tahun ke depan. 5 tahun bukanlah waktu yang cukup untuk mewujudkan perbaikan-perbaikan itu semua.
Dan seandainya menang, saya hanya bisa mengucapkan Inna Lillahi wa Inna Ilaihi Rajiun.
Tidak ada yang bisa saya ucapkan, selain mengingatkan bahwa Jabatan adalah amanah, yang harus pertanggungjawabkan dunia akhirat, jabatan adalah ibarat pisau, yang bisa bermanfaat atau bahkan menjerumuskan, Jabatan adalah racun dunia yang bisa membuat pelakunya gelap mata gelap hati jika tidak disertai dengan tekan dan niat yang tulus ikhlas. Sudah banyak contoh-contoh di depan mata bagaimana orang-orang yang menduduki jabatan penting terhipnotis dan terpedaya dengan yang namanya harta, tahta dan wanita. Sudah berapa banyak orang yang berpendidikan, berilmu, beragama, tapi dengan predikat itu semua tidak menunjukkan karakter sejatinya orang yang berpendidikan, berilmu atau beragama, bahkan lebih rendah dari orang yang tidak berpendidikan, lebih bodoh dari orang yang berilmu dan lebih hina dari orang yang tidak beragama.
Buat Kang Aher, dalam menunaikan amanah ummat, ada nama baik yang ada di belakangmu. Agama, Institusi, Pemikiran, Karakter dll yang harus senantiasa dijaga. Sudah banyak orang yang tidak bisa menjaga nama baik hanya karena tergoda jabatan, sehingga nama baik yang ada di belakang tercemar habis-habisan, digugat dan dihujat sepuas mungkin...
Ingat akan orasi Abu Bakar Ash-Shiddiq ketika diangkat menjadi khalifah pertama, beliau mengatakan :
"Saudara-saudara, Aku telah diangkat menjadi pemimpin bukanlah karena aku yang terbaik diantara kalian semuanya, untuk itu jika aku berbuat baik bantulah aku, dan jika aku berbuat salah luruskanlah aku. Sifat jujur itu adalah amanah, sedangkan kebohongan itu adalah pengkhianatan. 'Orang lemah' diantara kalian aku pandang kuat posisinya di sisiku dan aku akan melindungi hak-haknya. 'Orang kuat' diantara kalian aku pandang lemah posisinya di sisiku dan aku akan mengambil hak-hak mereka yang mereka peroleh dengan jalan yang jahat untuk aku kembalikan kepada yang berhak menerimanya. Janganlah diantara kalian meninggalkan jihad, sebab kaum yang meninggalkan jihad akan ditimpakan kehinaan oleh Allah Swt. Patuhlah kalian kepadaku selama aku mematuhi Allah dan Rasul-Nya. Jika aku durhaka kepada Allah dan Rasul-Nya maka tidak ada kewajiban bagi kalian untuk mematuhiku. Kini marilah kita menunaikan sholat semoga Allah Swt melimpahkan Rahmat-Nya kepada kita semua".
Sehingga ada 7 poin yang dapat diambil dari inti pidato khalifah Abu Bakar ra ini, diantaranya:
1.Sifat rendah hati.
2.Sifat terbuka untuk dikritik.
3.Sifat jujur dan memegang amanah.
4.Sifat berlaku adil.
5.Komitmen dalam perjuangan.
6.Bersikap demokratis.
7.Berbakti dan mengabdi kepada Allah
"Kami telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami, dan Kami telah mewahyukan kepada mereka untuk mengerjakan kebajikan, mendirikan sholat, menunaikan zakat, dan selalu menyembah (mengabdi) kepada Kami." (QS. Al-anbiya':73)
Atau Pidatonya Umar bin Khattab :
Saudara-saudara!! Saya hanyalah salah seorang dari kalian.
Kalau tidak karena segan menolak tawaran Khalifah Rasulullah (abu bakar, red) saya pun akan enggan memikul tanggung jawab ini.
Dia mengucapkan kata-kata tersebut dengan rasa haru, dengan rendah hati dan sangat berhati-hati. Kemudian umar menengadahkan tangannya secara berkata :
Allahumma ya Allah, aku ini sungguh keras, kasar, maka lunakkanlah hatiku!
Allahumma ya Allah, saya sangat lemah maka berilah kekuatan!
Allahumma ya Allah,aku ini kikir maka jadikanlah aku orang yang dermawan dan bermurah hati!.
Umar berhenti sejenak, hingga orang-orang tenang kembali dan melanjutkan:
Allah telah menguji kalian dengan saya, dan menguji saya dengan kalian.
Sepeninggal sahabatku, sekarang saya berada di tengah-tengah kalian.
Tak ada persoalan kalian yang saya harus saya hadapi lalu diwakilkan kepada orang lain selain saya.
Dan tak ada yang tak hadir disini lalu meninggalkan perbuatan terpuji dan amanat.
Kalau mereka berbuat baik akan saya balas dengan kebaikan, tetapi kalau melakukan kejahatan, terimalah bencana yang akan saya timpakan kepada mereka.
Mudah-mudahan, Allah senantiasa memberikan kekuatan dan petunjuknya dalam menunaikan amanah ini. Dan seandainya Kang Aher lupa atau khilaf dengan amanah ini, mungkin sejarah akan berulang ketika ada sahabat yang berkata waktu pelantikan Umar :
Wahai Umar, aku bersumpah akan meluruskanmu dengan pedangku ini jika engkau menyimpang".
Wallahu A'lam Bish Shawwab
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H