Naiknya harga minyak dunia diyakini akan berdampak besar pada situasi ekonomi Indonesia. Harga minyak yang tinggi tidak akan menguntungkan ekonomi Asia mana pun, termasuk Indonesia. Kenaikan harga BBM di Indonesia tidak hanya disebabkan oleh tingginya harga minyak dunia, tetapi juga karena kurangnya pasokan dibandingkan dengan permintaan domestic. Tingkat subsidi BBM seperti di Indonesia, yang dapat membebani anggaran negara, juga dipandang sebagai alasan bagi pemerintah untuk menaikkan harga BBM dalam negeri. Akibatnya, sektor industri yang berbeda terpengaruh, yang dapat menyebabkan biaya produksi dan operasi yang lebih tinggi. Selain itu, tentunya kenaikan harga BBM juga akan berdampak eksponensial terhadap fundamental makroekonomi Indonesia.
Kepala negara menegaskan, yang sebenarnya diinginkannya adalah harga BBM dalam negeri tetap terjangkau. Namun anggaran subsidi termasuk kompensasi bahan bakar, meningkat tiga kali lipat pada 2022 mulai Rp 152,5 Triliun hingga Rp 502,4 Triliun dan akan terus bertambah, semakin menambah beban APBN. Juga, menurut catatannya, 70% dari subsidi dinikmati oleh orang-orang dalam kelompok kaya. Padahal, dana negara seharusnya digunakan untuk memberikan subsidi kepada yang kurang mampu," kata Jokowi.
Krisis BBM yang terjadi di Indonesia ditandai dengan sulitnya mendapatkan BBM di masyarakat dan kenaikan harga BBM yang sangat tajam, dan sangat memukul kehidupan masyarakat. Melihat lebih jauh pada peta mata pencaharian penduduk Indonesia di tingkat negara, jumlah penduduk miskin melebihi 37 juta jiwa setiap tahunnya, terutama dari tahun 1999 hingga 2003. Adanya krisis berturut-turut mulai dari krisis moral, krisis mata uang, krisis ekonomi hingga krisis umum telah menggerogoti situasi ekonomi Indonesia dan menyebabkan jumlah penduduk miskin di negara lain mengkhawatirkan.
Naiknya harga BBM di Indonesia tentunya akan sangat mempengaruhi daya beli masyarakat, terutama daya beli masyarakat yang rendah dan masyarakat miskin, termasuk masyarakat di perkotaan maupun pedesaan. Secara umum juga dapat dipahami bahwa kenaikan harga BBM berdampak eksponensial terhadap perekonomian Indonesia. Adanya situasi nyata dari  situasi di atas telah menarik perhatian penulis, yang mengarah pada penelitian lebih lanjut, yaitu menyelidiki sejauh mana dampak dari kenaikan harga BBM terhadap situasi makroekonomi Indonesia.
Masih banyak masyarakat di Indonesia yang pada umumnya masih berpikir secara nominal, yaitu menghitung daya beli berdasarkan pendapatan. Misalnya, kita percaya bahwa peningkatan pendapatan akan meningkatkan daya beli kita, terlepas dari nilai pendapatan itu sendiri. Negara ini disebut masyarakat nominal. Dalam krisis yang berlarut-larut seperti di Indonesia, komunitas nominalis pasti akan menghadapi kesulitan ekonomi. Di sisi lain, dalam situasi krisis seperti saat ini, masyarakat dengan cara berpikir substansialis sangat dibutuhkan bahkan di saat-saat normal. Masyarakat substansialis adalah masyarakat yang menitikberatkan pada nilai pendapatan dan daya beli, dan sangat mungkin masyarakat justru mengalami penurunan nilai beli walaupun pendapatan masyarakat meningkat.Tetapi ketika harga naik di atas itu, pendapatan meningkatkan energi. Masyarakat substansialis menjadi jauh lebih mampu untuk mengantisipasi dan merespon krisis ekonomi yang akan datang.
Krisis ekonomi di Indonesia pada khususnya dan krisis ekonomi global saat ini pada umumnya tidak dapat dipisahkan dari kekuatan politik dan ekonomi di beberapa negara di dunia. Negara-negara yang sangat beranekaragam ini cenderung membawa sistem ekonomi pasar bebas yang lebih mengutamakan persaingan daripada kerja sama sebagai resep keberhasilan ekonomi. Kekuasaan politik mengarah pada sistem demokrasi ala Barat, kebebasan untuk melakukan apa saja yang diinginkan selama dapat menguntungkan negara.
Harga minyak tanah di Indonesia dipengaruhi oleh harga minyak dunia. Karena Indonesia selain menjadi anggota OPEC juga merupakan negara penghasil minyak. Adanya globalisasi ekonomi yang dilandasi "persaingan bebas" mempengaruhi situasi perekonomian di Indonesia. Sisi negatif dari globalisasi jelas merupakan bentuk upaya negara-negara maju untuk mendominasi dan mengeksploitasi negara-negara berkembang dan miskin. Termasuk mengganggu penetapan harga BBM di negara tertentu. Merujuk pada pengertian globalisasi ini, Sri-Edi Swasono (2003) menyatakan: Untuk itu bangsa Indonesia harus menjadi bangsa yang disegani dalam perekonomian dunia, bangsa yang otoriter, serta memiliki budi pekerti dan kemauan yang kuat.
Data ini menunjukkan bahwa harga minyak dunia secara umum naik terus menerus dari Januari hingga Agustus 2005. Namun, meski sempat turun di bulan Mei, namun naik lagi di bulan berikutnya, Mei-Juni, jadi tidak banyak. Kenaikan harga minyak dunia akan mempengaruhi kenaikan harga minyak Indonesia.
Mempelajari berbagai persoalan yang dihadapi negeri ini, termasuk kenaikan harga BBM, masyarakat Indonesia membutuhkan hati nurani, kebijaksanaan, kesabaran, dan pemikiran yang jernih. Orang yang berpikiran terbuka yang berpikir dia bisa melakukan yang terbaik untuk negara ini untuk keluar dari krisis yang dihadapi negara ini, bukan seseorang yang hanya peduli pada dirinya sendiri atau kelompoknya, saya membutuhkan orang. Ingin menyelesaikan sesuatu, memberi pujian, dan bahkan mau berdiskusi. Orang yang lemah, yaitu orang yang tidak memberikan kontribusi apa pun kepada orang atau institusi lain tetapi hanya emosi, konflik yang ditimbulkannya, mengejar kepentingan diri sendiri sebagai panduan untuk solusi dalam hidup, tidak melakukan apa pun dan selalu melakukannya. Kerjasama, solidaritas dan integritas dalam kasus ini sangat diperlukan untuk menyelesaikan berbagai masalah dan membawa bangsa ke masa depan yang jauh  lebih baik. Jelas bahwa semua masalah yang kita hadapi bersama, termasuk masalah bahan bakar, adalah masalah umum dan tak lupa perlu diselesaikan hanya dengan memohon ridho Allah SWT.
Sumber dari :
 https://jeo.kompas.com/kenaikan-harga-bbm-dari-argumentasi-hingga-dampaknya-bagi-ekonomi