Mohon tunggu...
Hakimuddin Salim
Hakimuddin Salim Mohon Tunggu... -

PhD Candidate - Islamic Education Department - Islamic University of Madinah - www.hikmatia.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sengguk Tangis Abu Bakar oleh Al-Qur’an

14 Desember 2015   23:51 Diperbarui: 15 Desember 2015   00:14 340
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tidak ada generasi yang lebih pantas untuk dijadikan rujukan hidup selain para Sahabat Rasulullah ‘alaihis sholatu wassalam. Mereka adalah khairul quruun (sebaik-baik generasi) yang telah Alloh ta’ala pilih dari seluruh hamba untuk menjadi teman, pendamping, penolong, dan pembela utusan-Nya tercinta.

Di dalam Al-Qur’an dengan tegas Alloh ta’ala memaklumatkan keridhoan-Nya kepada mereka dan orang-orang yang mau mengikuti kebaikan mereka, “Orang-orang yang terdahulu lagi  pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Anshar serta orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha terhadap mereka dan mereka ridha kepada Allah. Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di dalamnya selamanya. Itulah kemenangan yang besar” (QS.At-Taubah: 100).

Salah satu sisi keteladanan yang bisa kita ambil dari mereka adalah bagaimana mereka berinteraksi dengan Al-Qur’an. Para pembela Rasul ‘alaihis sholatu wassalam itu adalah saksi mata bagaimana Al-Qur’an diturunkan dan apa sebabnya. Mereka tahu persis bagaimana Al-Qur’an dipahami oleh Rasulullah ‘alaihis sholatu wassalam dan di-implementasikan dalam keseharian. Mereka bisa segera bertanya atas apa yang mereka bingungkan, sebagaimana mereka akan diluruskan jika salah pemahaman dan pelaksanaan. Maka praktis bagi kita manusia akhir zaman, mereka adalah sumber pegangan kedua setelah hadits-hadits Rasulullah ‘alaihis sholatu wassalam dalam ta’aamul bersama Al-Qur’an.

Di antara para sosok agung sahabat Rasul ‘alaihis sholatu wassalam yang penting bagi kita untuk bercermin kepadanya adalah Abu Bakar As-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu. Sahabat yang bernama asli Abdullah bin Abi Quhafah itu digelari As-Shiddiiq karena menjadi orang yang pertama kali beriman dan membenarkan apa pun kata Rasulullah ‘alaihis sholatu wassalam. Ia lah pendamping Nabi ‘alaihis sholatu wassalam saat hijrah yang diabadikan dalam Al-Qur’an, Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya: "Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita" (QS. At-Taubah: 40). 

Sosok dermawan bertubuh kurus yang telah memerdekakan Bilal bin Rabbah itu terkenal sebagai lelaki yang bakkaa’, banyak menangis dan cepat meneteskan air mata saat membaca Al-Qur’an. Maka ketika suatu hari Rasulullah ‘alaihis sholatu wassalam memerintahkannya untuk menjadi imam sholat, ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha putrinya tercinta berkata, “Wahai Rasulullah, sungguh Abu Bakar adalah lelaki yang berhati sangat  lembut. Jika ia menggantikanmu menjadi imam, orang-orang tidak akan bisa mendengarkan suaranya karena banyak menangis” (HR. Imam Muslim).

Menurut Abu Bakar, tangis seseorang saat membaca Al-Qura’an merupakan bukti kelembutan hatinya. Sebaliknya, saat sang qaari’ bebal dengan lantunan Al-Qur’an, itu merupakan salah satu tanda kekerasan hatinya. Sebagaimana yang Abu Bakar katakan di hadapan orang-orang Yaman saat menceritakan betapa dulu para Sahabat selalu menangis saat mendengar Al-Qur’an, “Begitulah kami dahulu, namun sekarang hati-hati telah mengeras”.

Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu juga terkenal dengan suaranya yang sangat jernih dan merdu dalam membaca Al-Qur’an. Ia membacanya dengan tartil, penuh kekhusya’an dan penghayatan. Hingga ketika itu, pada awal da’wah Islam di Makkah, para pemuka Quraisy meminta Abu Bakar untuk tidak membaca Al-Qur’an di tempat umum. Mereka memintanya sholat dan membaca Al-Qur’an sesuka hatinya di rumah. Itu semua karena banyak perempuan dan anak-anak Quraisy yang trenyuh dan terpengaruh saat mendengar tilawah Abu Bakar.

Namun ketika akhirnya sosok yang selalu terdepan dalam beramal itu menuruti keinginan mereka untuk sholat dan membaca Al-Qur’an di rumahnya, justru para perempuan dan anak-anak Quraisy berduyun-duyun mendatangi rumahnya untuk mendengarkan bacaannya yang terisak-terisak menyentuh hati. Para pemuka Quraisy pun menyerah, tidak bisa berbuat apa-apa karena Abu Bakar termasuk kalangan terhormat dan bernasab tinggi di antara mereka.

Lelaki mulia itu, yang Rasulullah pernah bersabda tentangnya: “Jika aku mengangkat sesorang sebagi kekasih, maka aku akan mengangkat Abu Bakar As-Shiddiq sebagai kekasihku” (HR. Bukhori Muslim), selain terkenal dengan banyak tilawah, ia juga masyhur dengan pemaknaan yang dalam terhadap Al-Qur’an. Itu terlihat dari kalimat-kalimat yang ia tuturkan yang tak pernah kosong dari ayat-ayat Al-Qur’an. Ia selalu berusaha mengkaitkan ayat Al-Qur’an dengan realita hidup keseharian, yang membuat firman Alloh itu menjadi terasa hidup dan membumi.

Seperti yang diceritakan Ibnu Abbas saat tersiar berita wafatnya Rasulullah ‘alaihis sholatu wassalam. Ketika itu kaum Muslimin banyak yang tidak percaya dengan berita tersebut. Bahkan Umar bin Khattab mengancam akan memenggal leher orang yang mengatakan bahwa Rasulullah ‘alaihis sholatu wassalam telah meninggal. Hingga akhirnya datang Abu Bakar memintanya duduk dan meminta orang-orang yang sudah ramai berkumpul di dekat Masjid Nabawi untuk tenang.

Setelah Abu Bakar keluar dari rumah Rasulullah dan menyeka air matanya, ia berkata: “Barangsiapa yang selama ini menyembah Muahammad, maka ketahuilah bahwa ia telah wafat. Namun barangsiapa yang selama ini menyembah Allah ta’ala, maka Ia adalah Dzat Yang Maha Hidup dan tidak akan mati!”.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun