Lalu Abu Bakar membaca ayat, “Dan tidaklah Muhammad kecuali hanya seorang Rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang Rasul. Apakah jika ia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikit pun; dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur” (QS. Ali Imron: 144).
Ibnu Jarir meriwayatkan bahwa Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu mengomentari apa yang terjadi di atas: “Demi Alloh, seolah orang-orang tidak tahu bahwa Alloh ta’ala pernah menurunkan ayat ini hingga Abu Bakar membacakannya. Maka semua orang pada waktu itu menerimanya, lalu kami mendengar setiap orang melantukannya”.
Begitu melekatnya Al-Qur’an dalam hati, pikiran dan lisan Abu Bakar juga terlihat saat ia sendiri menjelang wafat. Imam Ahmad meriwayatkan sebuah kisah bagaimana ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha bersyair sedih di sisi Abu Bakar saai ia sedang sakaratul maut: “Tidak dapat dipungkiri betapa tak bergunanya menghindari kematian, saat nyawa di kerongkongan dan dada mulai kesempitan ”.
Dengan terbata-bata Abu Bakar menjawab putrinya tercinta itu dengan mengatakan, “Bukan begitu wahai putriku, akan tetapi katakanlah:”Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari dari padanya”(QS. Qaaf: 19). Lalu ia meminta ‘Aisyah agar nanti mengkafaninya dengan dua helai kain yang ia gunakan, karena menurutnya orang yang masih hidup lebih membutuhkan kain yang baru dari pada orang mati.
Itulah beberapa fragmen kehidupan Abu Bakar As-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu bersama Al-Qur’an, yang memberi pesan kepada kita bahwa sejatinya menjadi Ahlul Qur’an bukan sekedar soal kuantitas bacaan, merdunya lantunan, atau kuatnya hafalan. Namun lebih dari itu, penghayatan dan pemaknaan atas apa yang kita baca, juga sejauh mana Al-Qur’an mempengaruhi hati, jiwa, dan tingkah-laku kita, menjadi tolok ukur yang utama. Semoga kita manusia akhir zaman, mau dan mampu meneladani ta’alluq dan ta’attsur sahabat termulia itu dengan Al-Qur’an. Radhiyallahu ta’ala ‘anhu wa ‘anis shohabati ajma’aiin.
*Artikel ini ditulis untuk rubrik Jejak Salaf Bersama Al-Quran di www.ibnu-abbas.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H