"Hati - hati ya. Kamu lupa salam , Toh? Sebagai kepala desa disini, saya cuma bisa doakan kamu biar selamat sampai tujuan."
Setelah itu, Sang Kakek berjalan perlahan menuju hutan. Cahaya lenteranya perlahan menghilang. Kini aku sendiri, ditengah entah berantah Bukit Ciwaru. Rasa takut menggerogoti tubuh kekarku. Tanpa pikir panjang, Aku mencoba menelpon Aldi.
"WOY, TEMENIN GW DONG!"Â
"Heh, gw udah tau lu bakal nelepon gw. Â Kan udah gua bilangin-"
"Iya-iya, udah ceramahnya. Temenin gw pokoknya yaa..."
"Siap deh." jawab Aldi
Sepanjang jalan yang sepi ini, aku menjelaskan peristiwa yang baru saja aku alami tadi. Setidaknya, aku sudah merasa lebih tenang setelah menelpon Aldi. Saat sedang enaknya berbincang, aku melihat sekelebat bayangan di kaca spion.
"Adit? Dit, lu baik - baik aja kan?"
Saking terkejutnya, aku tidak mampu berkata-kata. Tubuhku seketika mengigil. Tanpa kusadari, aku menginjak gas terlalu kencang.
BREEKKKKK!!
"DIT?! ADIT?! LU KENAPA??!!"