Mohon tunggu...
Rizki Hakim
Rizki Hakim Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Ibn Khaldun Bogor

Nama saya Rizki Hakim, Mahasiswa Universitas Ibn Khaldun Bogor, hobi saya adalah membaca buku

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Pengaruh Film Squid Game Terhadap Peniruan Gaya Hidup dan Kaitannya dengan Teori Cultural Imperialism

17 Januari 2025   09:24 Diperbarui: 17 Januari 2025   09:24 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejak pertama kali dirilis pada September 2021, serial Squid Game dari Korea Selatan menjadi fenomena global yang menjadi perhatian dunia hiburan. Dengan cerita yang intens dan penuh ketegangan, film ini menarik perhatian jutaan penonton di seluruh dunia dan menjadi salah satu tayangan paling populer di Netflix. Tidak hanya memberikan hiburan, tetapi Squid Game juga mempengaruhi gaya hidup banyak orang. Dari peniruan pakaian, perilaku, hingga perubahan budaya populer. Artikel ini bertujuan untuk membahas bagaimana Squid Game mempengaruhi peniruan gaya hidup orang banyak dan mengaitkannya dengan teori komunikasi massa, yaitu teori Cultural Imperialism.

Fenomena Global Squid Game

Squid Game menceritakan kisah 456 peserta yang berjuang untuk memenangkan hadiah uang tunai dengan mengikuti serangkaian permainan anak-anak, tetapi meliliki resiko besar hingga kematian. Masing-masing peserta datang dari latar belakang ekonomi yang sulit, mencerminkan ketidaksetaraan sosial yang ada dalam masyarakat. Sejak pertama kali tayang di Netflix, serial ini mencatatkan rekor penonton yang sangat tinggi, bahkan menjadi acara yang paling banyak ditonton. Di luar alur cerita yang mengerikan dan menegangkan, Squid Game juga mengangkat isu sosial yang relevan, seperti ketimpangan ekonomi, kegagalan sistem kapitalisme, dan perjuangan individu melawan sistem yang menindas.

Kepopuleran Squid Game melampaui batas negara asalnya, Korea Selatan, dan menjadi fenomena global. Tidak hanya melalui tayangan Netflix, film ini juga meramaikan media sosial, meme, diskusi daring, dan bahkan gerakan cosplay. Dalam waktu yang sangat singkat, simbol-simbol yang ada dalam Squid Game, seperti seragam pemain yang berwarna hijau, dan angka pada dada, menjadi ikonik dan banyak ditiru oleh penggemar. Hal ini menandakan bahwa film ini bukan hanya menciptakan pengalaman hiburan, tetapi juga memengaruhi gaya hidup banyak orang di berbagai belahan dunia.

Peniruan Gaya Hidup

Salah satu dampak yang paling jelas dari fenomena Squid Game adalah peniruan gaya berpakaian. Setelah film ini tayang, banyak orang mulai mengenakan pakaian seragam hijau yang mirip dengan yang dipakai oleh para pemain dalam film. Pakaian seragam ini, yang terlihat sederhana namun dengan simbolisme yang kuat, dengan cepat menjadi tren di kalangan anak muda. Peniruan ini bukan hanya sekadar soal penampilan, tetapi juga mencerminkan ketertarikan terhadap tema dan pesan yang disampaikan oleh film.

Selain pakaian, simbol yang ada dalam Squid Game juga turut ditiru. Misalnya, simbol masker yang dikenakan oleh para pengawas permainan, yang terdiri dari bentuk segitiga, lingkaran, dan kotak. Masker ini menjadi simbol otoritas dan pengawasan, serta melambangkan kontrol dalam permainan. Seiring waktu, masker ini pun banyak digunakan dalam acara cosplay atau bahkan dijadikan aksesoris dalam kehidupan sehari-hari, yang memperlihatkan bagaimana simbol-simbol dari Squid Game  menjadi bagian dari budaya populer yang lebih besar.

Peniruan gaya hidup ini tidak hanya terbatas pada pakaian dan simbol, tetapi juga perilaku. Salah satu fenomena yang lebih berbahaya adalah munculnya tren tantangan atau permainan yang terinspirasi dari Squid Game. Beberapa kelompok bahkan mengadakan acara yang meniru permainan-permainan dalam film, yang melibatkan risiko fisik dan keselamatan. Hal ini menunjukkan bagaimana Squid Game tidak hanya memengaruhi penampilan, tetapi juga cara orang berinteraksi dan berkompetisi dalam kehidupan nyata. Meskipun banyak yang melakukannya dalam konteks hiburan, ada sisi gelap dari peniruan ini, yakni risiko keselamatan yang dapat ditimbulkan dari peniruan game yang ada di series film squid game

Teori Cultural Imperialism dalam Konteks Squid Game

Untuk memahami lebih dalam tentang bagaimana Squid Game dapat mempengaruhi gaya hidup orang banyak, kita perlu melihatnya melalui perspektif teori komunikasi massa, khususnya Cultural Imperialism. Teori ini pertama kali dikembangkan oleh Herbert Schiller yang mengacu pada dominasi budaya negara-negara besar, terutama Amerika Serikat, yang mengalir ke negara-negara lain, memengaruhi nilai, norma, dan gaya hidup masyarakat di negara penerima. Dalam konteks ini, Cultural Imperialism mengandung makna bahwa media massa dari negara-negara besar mendominasi pasar media global, menyebarkan produk budaya yang dapat mengubah cara pandang dan perilaku masyarakat di negara-negara lain.

Namun, apa yang menarik dari Squid Game adalah bahwa meskipun ia berasal dari Korea Selatan yang selama ini lebih dikenal dengan K-pop dan drama. Squid Game menunjukkan sebuah fenomena baru dalam teori Cultural Imperialism. Korea Selatan, sebagai negara non-Barat, kini menjadi pusat produksi budaya global yang dominan, menandakan perubahan besar dalam dominasi budaya global.

Dalam hal ini, Squid Game bisa dilihat sebagai contoh "imperialisme budaya yang terbalik." Sebelumnya, dominasi budaya Hollywood dan media Barat seringkali disertai dengan penyebaran nilai-nilai dan ideologi kapitalisme. Namun, dengan kesuksesan global Squid Game, Korea Selatan menunjukkan bahwa negara non-Barat juga bisa memiliki pengaruh besar dalam menentukan tren budaya global.

Pengaruh Budaya Korea Terhadap Masyarakat Global

Melalui Squid Game, budaya Korea, baik dalam hal estetika, norma, dan nilai-nilai sosial, mulai mempengaruhi masyarakat global. Film ini tidak hanya menawarkan hiburan, tetapi juga memunculkan sisi kritis terhadap ketidaksetaraan sosial, masalah ekonomi, dan dinamika antara individu dan sistem sosial. Ketimpangan yang digambarkan dalam Squid Game sangat relevan dengan banyak negara, terutama yang sedang berjuang dengan masalah kesenjangan sosial dan ekonomi yang semakin tajam.

Dalam konteks Cultural Imperialism, fenomena ini menunjukkan bagaimana budaya dari Korea Selatan sekarang mempengaruhi cara pandang dan gaya hidup banyak masyarakat dunia, mempengaruhi pola pikir, nilai, dan gaya hidup orang lai. Sebagai contoh, banyak orang mulai mengadopsi gaya berpakaian yang terinspirasi dari karakter-karakter dalam Squid Game, atau bahkan mengadakan acara yang meniru permainan dalam film, seperti yang dilakukan dalam chanel Youtubenya Mr. Beast. Hal ini menunjukkan bagaimana nilai-nilai dari sebuah produk budaya dalam hal ini, Squid Game dapat menyebar dan mempengaruhi masyarakat global.

Peniruan Gaya Hidup dan Penerimaan Budaya Global

Peniruan gaya hidup yang terjadi setelah tayangnya Squid Game menggambarkan bagaimana produk media dari luar negeri dapat memengaruhi kebiasaan sehari-hari orang di berbagai negara. Dari segi pakaian hingga perilaku, banyak orang yang mulai meniru elemen-elemen yang ada dalam film tersebut, baik secara sadar maupun tidak sadar. Ini menunjukkan bahwa media massa, terutama film dan acara televisi, memiliki kekuatan besar dalam membentuk norma sosial dan pola konsumsi di masyarakat.

Penerimaan budaya global melalui film seperti Squid Game juga menciptakan interaksi yang lebih dinamis antara budaya lokal dan global. Di satu sisi, masyarakat dapat mengadopsi tren atau gaya hidup yang datang dari produk budaya luar, tetapi di sisi lain, mereka juga dapat memberi makna baru terhadap budaya yang diimpor tersebut, sesuai dengan nilai-nilai lokal yang sudah mereka pegang sejak dahulu kala.

Kesimpulan

Squid Game, film ini telah berhasil mengubah cara orang berpikir, berperilaku, dan mengadopsi gaya hidup baru yang terinspirasi oleh karakter-karakter dan tema yang ada dalam cerita. Peniruan gaya hidup yang terjadi menunjukkan betapa kuatnya pengaruh media massa dalam membentuk norma sosial, dan bagaimana produk budaya dari luar negeri dapat dengan cepat menyebar ke seluruh dunia.

Melalui teori Cultural Imperialism, kita dapat melihat bagaimana fenomena Squid Game memperlihatkan kekuatan budaya non-Barat, khususnya Korea Selatan, dalam mendominasi pasar budaya global. Dalam konteks ini, Squid Game bukan hanya menjadi simbol kesuksesan hiburan Korea, tetapi juga mencerminkan pergeseran besar dalam kekuatan budaya global, di mana produk budaya dari negara-negara non-Barat kini turut menentukan arah perkembangan budaya global.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun