Writer's Block
Dalam setiap seminar, diskusi, dan pelatihan kepenulisan seringkali muncul pertanyaan yang hampir sama, "Bagaimana mengatasi kebuntuan menulis? Ide saya sudah bermunculan. Saat dituliskan tiba-tiba buntu. Atau, baru beberapa halaman menulis, tiba-tiba pikiran buntu, ide menghilang begitu saja."
Sebelum menjawab pertanyaan di atas, saya akan mengenalkan kepada Anda istilah kebuntuan menulis. Kebuntuan menulis dalam dunia menulis dinamakan, "Writer's Block".
Saya harap Anda tidak takut mendengar hantu menyeramkan ini. Ingat, Writer's block bukanlah penyakit, melainkan hanya sebuah kondisi yang memang kerap singgah dalam aktivitas menulis. Walaupun sebenarnya bagi otak kanan hal ini tidak akan terjadi. Karena otak kanan adalah otak imajinasi.
Kenapa writer's block bisa terjadi?
Bambang Trim, di dalam bukunya Menulis Buku Non Fiksi:Panduan Bagi Orang Awam menyebutkan bahwa ada empat indikasi mengapa writer's block terjadi:
- Penulis memiliki perbendaharaan kata yang relative sedikit sehingga kesulitan mengalirkan kata-kata.
- Referensi menulis sangat kurang sehingga tidak mencukupi untuk mengalirkan ide (hal ini tidak jarang membuat frustasi)
- Ide menulis berkembang terlalu luas sehingga menyasar ke sana ke mari dan akhirnya membuat bingung;
- Ide menulis memang tidak dikuasai sepenuhnya oleh penulis.
Bagaimana kalau Anda atau saya menghadapi hal ini? Ingin tahu jawabannya? Lanjutkan saja tulisan ini!
Segarkan Pikiran
Writer's block merupakan kondisi yang tidak menguntungkan, memaksanya pun tiada berguna. Jika blocking terjadi, maka segarkan pikiran Anda. Ada banyak pilihan kegiatan yang nantinya bisa menstimulus kembali ide atau kata yang sudah mampet, yaitu
- Â mendengarkan musik atau menonton televisi;Â
- mengobrol atau berdiskusi dengan pasangan, kerabat, maupun teman;Â
- bermain dengan anak; membaca buku ringan;Â
- berselancar di dunia maya sambil mencari informasi yang kita butuhkan;
- mandi untuk menyegarkan badan.
Kegiatan refreshing ini intinya untuk mengembalikan kesegaran pikiran agar bisa distimulus dengan ide-ide baru. Kegiatan selanjutnya adalah merenungkan kembali outline tulisan (jika berupa tulisan nonfiksi) dan kalau perlu, bisa melakukan bangun ulang kerangka tulisan.
Jika terjadi kekurangan referensi, bermain ke toko buku atau perpustakaan adalah alasan kuat untuk membangkitkan kembali motivasi menulis Anda.