Kata siapa menulis tidak bikin sejahtera. Walaupun kasuistik, tidak dapat dimungkiri bahwa menulis pun dapat menjadi jalan hidup yang tak kalah menjanjikan dengan dunia bisnis dan akademis. Jika ditekuni, menulis pun dapat menghasilkan cuan, yang terkadang dapat melebihi gaji harian atau bulanan.
Dalam artikel Republika yang terbit pada 1 Agustus 2005, Mohammad Fauzil Adhim, penulis bestseller buku-buku parenting, secara terbuka menyebutkan bahwa ia memperoleh royalti Rp15-Rp25 juta per bulan dari satu buku Kupinang Engkau dengan Hamdalah (yang saat telah terjual 100.000 kopi).
Angka itu belum termasuk buku-buku lainnya. Ia sendiri sejak 2004 berhenti dari pekerjaan sebagai dosen di Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta dan hidup sepenuhnya dari menulis. Ada sekitar 23 judul buku yang ditulisnya dan hampir semuanya best seller.Â
Pengarang Ayat-ayat Cinta, Habiburrahman El Shirazy, konon beliau mengantongi royalti dari novel tersebut sebanyak 1,5 miliar. Kedigdayaan novel ini diikuti dengan keberhasilan Ayat-ayat Cinta yang belum sebulan edar sudah ditonton jutaan orang. Tentu hal ini justru semakin mendongkrak penjualan bukunya.
Kasus meledaknya novel juga terjadi pada Andrea Hirata. Menurut sebuah artikel yang ditulis oleh Muroseva pada 28 November 2017, Andrea Hirata bisa meraup keuntungan hingga 3,6 miliar hanya dari satu judul novel saja, yaitu Laskar Pelangi yang saat itu menjadi buah bibir di kalangan pecinta novel dan praktisi pendidikan Indonesia.
Bambang Trim, penulis ratusan buku yang juga praktisi perbukuan nasional, mengaku, bahwa penghasilan menulis buku pada tahun 2007 mencapai angka Rp100 juta lebih, termasuk juga dari pelatihan dan seminar. Dari royalti inilah beliau bisa membeli sebuah rumah dan bentuk kemapanan lainnya.
Tahun 2008, menurut perkiraannya, penghasilan dari menulis buku juga dapat mencapai angka Rp150 juta lebih dan mampu untuk membangun mimpi yang lain.
Ini kasus tahun lima belas atau empat tahun silam, sekarang saya menduga penghasilan Pak Bambang Trim dari tulisan dan sebagai konsultan penerbitan sudah menyentuh angka miliaran rupiah. Sebagai "Suhu Perbukuan Indonesia", debutnya dalam dunia penulisan-penerbitan tidak diragukan lagi.
Kasus-kasus di atas, khususnya kasus meledaknya novel Ayat-ayat Cinta, Laskar Pelangi, dan karya nonfiksi Kupinang Engkau dengan Hamdalah adalah kasus tentang royalti di Penerbit Mayor.  Royalti yang biasa diberikan penerbit mayor di Indonesia rata-rata 8-10%. Kita ambil royalti 10%, misalnya.
Jika Anda menulis buku dan tebalnya 152 halaman jadi buku (setelah dilayout) dan dicetak 3.000 eksemplar oleh penerbit, lalu dijual dengan harga @Rp50.000,00. Maka Anda akan mendapatkan royalti Rp15.000.000,- (lima belas juta rupiah) pada cetakan pertama. Jika dicetak ulang , tentu royalti Anda akan bertambah meningkat.