Mohon tunggu...
Abdul Hakim El Hamidy
Abdul Hakim El Hamidy Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Konsultan Penerbitan, Trainer, dan Motivator

Akrab disapa Aa Hakim. Adalah seorang penulis yang telah menerbitkan 30+ buku berbagai genre. Ia juga merupakan Co-Writer dan Ghost Writer dari buku "Hujan Safir", Meyda Sefira; "Gelombang Yunus" Asyirwan Yunus (Wakil Bupati Lima Puluh Kota 2010-2015); "Repihan Pendidikan", Irfendi Arbi; dan "Empat Pilar Pembangunan Kabupaten Solok". Selain menjadi penulis, penulis pendamping dan penulis bayangan, ia juga adalah trainer dan motivator yang telah berbicara pada ribuan peserta.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Pesawat, Zikir, Detik-detik Kematian, dan Kebesaran Tuhan

25 Juli 2022   17:11 Diperbarui: 25 Juli 2022   17:15 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah dua hari berbagi inspirasi di Palu Sulawesi Tengah (SMKN 2 Palu dan Universitas Alkhairaat (UNISA), pagi 1 Januari 2013, saya terbang ke Jakarta menuju Bandung.

Pesawat Transit di Bandara Sultan Hasanudin Makassar, Sulawesi Selatan. Saat berangkat dari Bandara Mutiara Palu, cuaca dalam keadaan cerah.

Melayang di angkasa menikmati kebesaran Ilahi. Namun, sekitar 15 menitan jelang mendarat di Bandara Sultan Hasanudin, tiba-tiba pesawat goyang seperti berada di jalanan yang rusak dan terjal. Suasana ini dirasakan oleh saya dan para penumpang lainnya selama hampir 15 menit-an itu. Semakin kuat goncangan pesawat itu, seolah-olah mau jatuh saja dari angkasa.

Kondisi ini membuat para penumpang panik. Saya sendiri hanya bisa menggerakkan bibir mengucap "hasbiyallah..." dan zikir-zikir lainnya. Mata saya terpejam. Anak-anak memekik, ibu-ibu sebagian saya lihat pucat penuh kepasrahan dan saya lihat air matanya keluar.

Selama bertahun-tahun naik pesawat, inilah suasana yang belum pernah saya rasakan sebelumnya. Goncangan pesawat yang serasa oleng mau jatuh itu, sudah cukup mengingatkan saya akan detik-detik kematian. Saya sudah menyerahkan segala urusan pada-Nya, andaikata ini adalah akhir hidup saya, saya berharap Allah mengampuni dosa-dosa saya dan saya bisa meninggal dalam keadaan mengucap asma-Nya. Zikir dan istighfar pun tak henti-hentinya melompat dari bibirku. Walau dalam tawakkal, saya tetap menumbuhkan spirit hidup. Saya membayangkan, bahwa tugas saya masih banyak. Saya merasa bahwa hidup belum memberi banyak manfaat.

Semakin kuat zikir, semakin kuat spirit untuk hidup. Saya melihat ke sebelah saya, sepasang suami istri. Sang istri menggendong anak berusia 2 bulan. Uniknya, anak itu tertidur dengan pulas seperti tak ada masalah. Sedangkan kedua orang tuanya memejamkan matanya sambil berzikir sepertiku.

Anehnya, tidak ada pemberitahuan dari pihak pesawat tersebut. Hal ini barangkali yang membuat penumpang tiba-tiba shock dengan suasana ini, karena tidak ada informasi sebelumnya.

15 menit, dalam suasana yang cukup mencekam. Alhamdulillah pesawat bisa mendarat dengan selamat. Saya keluar dari pesawat sambil mengucap syukur. Ternyata Allah masih memberi jatah usia kepada saya.

Saya turun untuk melapor. Karena akan melakukan penerbangan selanjutnya ke Jakarta.

Setelah beristirahat beberapa saat, saya dan penumpang lainnya dihimbau untuk naik pesawat. Saya naik pesawat kembali. 2 jam lebih kurang lagi saya harus menempuh perjalanan menuju Jakarta.

Pesawat pun mulai terbang dalam keadaan langit diguyur hujan. Saya sudah memasrahkan segala urusan kepada Allah. Saya berdoa sepenuh jiwa, berzikir sepenuh hati. Kejadian beberapa saat lalu masih terekam jelas dalam ingatan. Saya berpikir, "Apakah saya akan selamat mendarat sampai Jakarta atau tidak?" Namun, dibalik pemikiran ini, ada nuansa indah yang luar biasa. Saya benar-benar bisa total berdoa dan berzikir. Pihak pesawat pun mengumumkan, bahwa cuaca dalam keadaan kurang baik.

Alhamdulillah, di luar dugaan, cuaca berubah menjadi terang. Kurang dari 2 jam pesawat bisa mendarat di Bandara Soekarno Hatta dengan selamat.

Subhanallah, Allah yang Maha Berkuasa. Saat saya keluar dari pesawat, tiba-tiba saja hujan lebat mengguyur Bandara. Inilah kekuatan doa dan zikir, dan inilah kebesaran Tuhan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun