Berkaryalah! kan kau temukan keajaiban!". Inilah motto yang  sengaja saya buat untuk membakar semangat saya. Ya semangat berkarya.
Saya sering tersindir oleh orang-orang yang sukses di dunia karya. Contoh yang sangat dekat adalah Habiburrahman El Shirazy (Kang Abik). Siapa yang tidak kenal beliau. Ya, Kang Abik, Penulis Novel bestseller Ayat Ayat Cinta yang begitu mengguncang jagat sastra Indonesia. Sekarang ini Kang Abik dikenal sebagai Novelis nomor wahid di Indonesia.
Sejauh penilaian saya, saya yakin Kang Abik tidak pernah membayangkan bahwa novel yang ia tulis akan meledak dan mengguncang. Kang Abik hanya ingin BERKARYA mempersembahkan yang terbaik untuk bangsa.Â
Soal materi atau laku dan tidaknya novel itu, saya rasa Kang Abik tidak terlalu memikirkannya. Inilah kesimpulan saya berdasarkan analisa saya terhadap Fenomena Ayat Ayat Cinta yang ditulis oleh Anif Sirsaeba El Shirazy (adik Kandung Habiburrahman El Shirazy).
"BERKARYALAH! KAN KAU TEMUKAN KEAJAIBAN". Kang Abik tidak menyangka kalau novel yang ditulisnya akan menjadi bestseller dan bahkan meraup keuntungan miliaran rupiah.Â
Dulu, Kang Abik yang hanya mendapat uang ratusan ribu dari honor mengajarnya di MAPK, diubah nasibnya oleh Allah --melalui novelnya- dengan meraup keuntungan yang sangat besar. Bukankah ini sebuah keajaiban?
Anda tidak usah berpikir untuk menunggu keajaiban dari tulisan Anda. Yang penting sekarang Anda harus mulai menulis. Ya, mulailah berkarya. Bukankah Allah akan melihat kerja Anda? I'malu. Fasayarallahu A'malakum. Ya, niatnya ikhlas.
Ungkapan di atas bukan sekedar ungkapan. Saya sudah mempraktikkannya. Pada tahun 2008 yang lalu saya mencoba menerbitkan buku perdana saya bertajuk Getaran Muhasabah yang saya cetak dengan tiras 1.000 eksemplar. Saya tidak menduga bahwa buku itu akan laris di pasaran. Dugaan saya, karena minat baca di daerah boleh dibilang cenderung masih rendah, tidak mungkin buku tersebut akan ludes. Tetapi, dengan izin  Allah buku sederhana yang hanyalah berisi renungan muhasabah yang saya sampaikan di masjid, mushalla, dan beberapa instansi pemerintahan justru laris di kalangan teman-teman pengajian dan dijadikan sebagai rujukan oleh para ustaz untuk menyampaikan renungan muhasabah.Â
Sungguh, berkarya adalah kenikmatan. Saya mendapat sms dari pembeli yang katanya tersentuh dengan buku saya. Saya sangat bahagia. Dibalik kesederhanaan buku saya, ternyata masih ada juga apresiasi dari khalayak. Saya tidak berharap ini, tapi barangkali janji Allah-lah yang telah mendahului apresiasi manusia. Allah berjanji dalam Al-Quran,
"Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat..." (QS. Al-Mujadilah: 11)
Bahkan, bukan hanya apresiasi yang didapatkan dari tulisan. Banyak contoh-contoh lain yang bisa hidup dan mendapat keajaiban lewat karya atau tulisan. Sebut saja almarhum Buya Hamka, almarhum Prie GS, Aidh Al-Qarni, Ary Ginanjar, Parlindungan Marpaung, Bambang Trim, Ustaz Anif Sirsaeba, Asma Nadia, Andrea Hirata. Mereka telah membuktikan bahwa menulis/berkarya dapat dijadikan sebagai pekerjaan, bukan sekadar hobi dan berbagi manfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H