Mohon tunggu...
Abdul Hakim El Hamidy
Abdul Hakim El Hamidy Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Konsultan Penerbitan, Trainer, dan Motivator

Akrab disapa Aa Hakim. Adalah seorang penulis yang telah menerbitkan 30+ buku berbagai genre. Ia juga merupakan Co-Writer dan Ghost Writer dari buku "Hujan Safir", Meyda Sefira; "Gelombang Yunus" Asyirwan Yunus (Wakil Bupati Lima Puluh Kota 2010-2015); "Repihan Pendidikan", Irfendi Arbi; dan "Empat Pilar Pembangunan Kabupaten Solok". Selain menjadi penulis, penulis pendamping dan penulis bayangan, ia juga adalah trainer dan motivator yang telah berbicara pada ribuan peserta.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Waktu untuk Menulis

4 April 2020   07:21 Diperbarui: 4 April 2020   07:41 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Demi Masa

"Demi masa." (QS. 103: 1). Lagi-lagi, Tuhan bersumpah. Dia mengingatkan kita bahwa begitu pentingnya waktu. Alangkah berharganya masa. Masa iya, masa yang berharga tidak Anda hargai? Bukankah waktu ibarat pedang, jika kita tidak mempergunakannya, kita sendiri yang akan ditebas olehnya?

Saya ingin bertanya kepada Anda, berapa waktu yang tersedia dalam sehari semalam? 24 jam. Ya, bener 'kan 24 jam? Apakah beda antara Cimahi dengan Cicaheum? Cikaso dan Chicago? Indonesia dan Malaysia?

Lalu, apakah dari durasi 24 jam itu, masih terlalu sedikit? Lalu, minta sama Tuhan, "Tuhan, aku kekurangan waktu. Tolong dong tambah jadi 30 jam...!" Saya rasa Anda tidak akan berdoa seperti itu. Tapi, sikap kita terkadang memperkuat seperti itu. Ya, merasa kekurangan waktu. Betul apa betul??? (Ngaku saja. Hehehe)

Nah, taruhlah, jika Anda punya waktu bekerja dari jam 8 pagi sampai dengan 8 malam, lalu setelah itu Anda istirahat dan bangun jam 3 dinihari. Tidakkah Anda manfaatkan selepas shalat Tahajud untuk menulis agak 1 jam menjelang Subuh? Atau, setelah Subuh Anda menulis kira-kira jam? Jadi, waktu yang kurang ataukah kekuatan Anda untuk menundukkan waktu itu yang lemah?

Mari renungkan bersama...Saya menulis ini juga untuk menjadi nasihat bagi diri saya. Karena kata "Anda" yang ditujukan dalam buku ini juga berarti tertuju kepada diri saya. Saya adalah pembaca pertama tulisan saya, sebelum Anda membacanya. Betul apa betul???

Kembali kepada bahasan di atas, jika Anda menulis secara disiplin setiap hari 1 jam saja (wah, jadi inget lirik lagu "1 jam saja" hehehe) sebanyak 2 halaman. Berarti dalam 1 bulan Anda sudah menghasilkan 60 halaman. 60 halaman di Microsoft Word dalam format A4, bisa menjadi 100 halaman buku. Berarti dalam 1 bulan, Anda sudah menghasilkan 1 buku. Hitung saja, bagaimana jika Anda menulis setiap hari 5 halaman. 5 hal x 30 = 150 halaman. Berarti Anda sudah bisa menghasilkan 1 buku tebal. Atau, jika judulnya berbeda, Anda sudah bisa menghasilkan 2 buku. Amazing!

Sebagai motivasi bagi Anda, saya menulis buku "11 Jurus Berani Bisnis" dalam waktu 11 hari. Buku yang berisi 11 jurus bisnis tersebut saya cicil penulisannya. Maksudnya? Ya, karena 11 Jurus Berani Bisnis, maka saya cicil saja 1 hari 1 jurus. Coba kalikan deh, 1 x 11 = 11 (wah, kayak ngajarin Matematika ke anak kecil saja ya? Hehehe).

Menulis dalam Kondisi Apapun

Bagaimana jika tidak sedang di rumah dan dalam keadaan santai, bisakah menulis? Ya, bisa. Dan ini sudah saya lakukan. Dalam kondisi apapun, saya senantiasa menulis dan menulis. Bukan hanya malam, tapi pagi, siang, sore pun saya menulis. Bukan hanya saat saya di rumah, bahkan saat saya sedang di

perjalanan pun saya menulis. Saya update status di facebook atau ngetwit di twitter, kerap kali saya lakukan ketika saya sedang dalam perjalanan, baik di mobil, kereta api, atau di ruang tunggu sebelum naik pesawat.

Jika di rumah, saya menulis menggunakan laptop, namun jika di dalam perjalanan saya menggunakan smartphone. Jadi, bagi saya, HP adalah bukan hanya sebatas alat komunikasi, tapi juga sebagai alat untuk mencurahkan ide. HP bukan untuk sekadar WA-an dan promosi, tapi bagi saya ia menjadi alat yang super canggih dalam kemudahan menulis.

Kalau memang menulis bisa dalam kondisi apapun, bagaimana kalau sedang menunaikan shalat? Wah, kalau kondisi yang satu ini, ya jelas-jelas DIHARAMKAN untuk MENULIS. Masa iya Anda sedang shalat, lalu pegang HP dan update status di facebook atau ngetwit. Ah, lagian saya yakin nggak ada yang akan nanyain soal yang satu ini. Hehehe. (Aya-aya wae nya ieu mah. Hehehe).

Waktu yang Nikmat untuk Menulis

Sudah saya sampaikan di bagian sebelumnya, bahwa saya menulis dalam kondisi apapun dan kapanpun, serta dimanapun. Namun, beberapa buku saya selesaikan pada waktu malam, di antaranya buku "The Secret of 1/3", saya selesaikan dalam waktu 22 hari di balik kesibukan saya mengisi training dan seminar. Dan saya biasa menulisnya selepas shalat Isya, sekitar pukul 08.00-10.00, atau sejak pukul 01.00-03.00. Jadi, hampir tiap hari selama dua jam di waktu dua waktu tersebut saya pergunakan untuk menulis.

Dan apa hasilnya? Luar biasa! Saya bisa menulis dengan nyaman tanpa kebisingan. Ide-ide bermunculan, kelebatan 

gagasan begitu mudah saya tangkap. Alhasil, saya menulis buku yang ketebalannya di atas 200 halaman itu dengan suasana yang benar-benar enjoy, energi yang luar biasa, dan tenaga yang dahsyat.

Apa yang saya lakukan, ternyata telah dilakukan oleh para ulama. Mereka menulis karya-karya besar mereka pada malam hari:

  • Imam Al-Ghazali, berhasil mengarang kitab Ihya Ulumuddin yang fenomenal hingga sekarang. Menurut sejarah, Al-Ghazali menulis kitab ini pada setiap sepertiga malam setelah beliau melaksanakan shalat tahajud.
  • Ibnu Rusyd, selalu menulis dan mengarang kitab-kitabnya pada malam hari.
  • Imam Ismail Al-Jurjani, setiap malamnya mampu menulis sebanyak 90 lembar dengan tulisan kecil-kecil. Mengenai hal ini, Imam Adz-Dzahabi mengomentari, "90 lembar yang sekecil itu memungkinkan untuk menulis Shahih Muslim selama sepekan." Dahsyat!

Begitu juga dengan para ulama lainnya yang menjadikan malam hari sebagai waktu yang khusus untuk melakukan penulisan kitab-kitab mereka.

Selain para ulama terdahulu, para penulis di zaman ini pun banyak yang menulis bukunya di malam hari setelah mereka selesai melaksanakan tahajud. Beberapa penulis yang membagi pengalamannya tentang waktu malamnya untuk menulis di antaranya sebagai berikut:

  • M. Fauzil Adhim, penulis bestseller 'Kupinang Engkau dengan Hamdalah' menulis buku dalam keadaan bersuci dan ia lakukan pada malam hari setelah selesai melakukan tahajud.
  •  Habiburrahman El Shirazy, novelis no.1 Indonesia, menulis Ayat Ayat Cinta pada malam hari.

Bagaimana dengan Anda?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun