Membela Palestina masih menjadi abu-abu dan samar-samar oleh diantara kita. Masih ada indikasi keragu-raguan untuk menyuarakan aspirasi kita untuk membela Palestina dalam memperoleh kemerdekaannya.Â
Masih ragu dengan apakah ini hanya sekadar konflik politik antara Israel dan Palestina yang tidak boleh kita ikut campur?, atau lebih dari itu? (meskipun ada artis internasional yaitu Susan Sarandon yang tidak sepakat kalau disebut sebagai konflik, karena memandang apa yang terjadi di Palestina merupakan kolonialisme, military occupation, pencurian tanah, pembasmian etnis.Â
Kalau konflik adalah ada posisi yang seimbang, namun dalam kasus ini Israel sebagai active oppressor (penindas) sedangkan Palestina sebagai oppressed-nya (tertindas), Israel sebagai kolonialnya sedangkan Palestina sebagai koloninya). Oleh karena itu penulis akan memaparkan mengapa kita harus membela Palestina dengan tidak berada di atas keragu-raguan: Â Â
Persoalan kemanusiaan    Â
Permasalahan Israel dan Palestina menjadi persoalan yang serius bagi kemanusiaan. Krisis kemanusiaan tak henti-hentinya dipertontonkan oleh Israel dengan agresi-agresinya yang tidak hanya atau bahkan lebih banyak mengarah ke warga sipil daripada ke Hamas, sebagai representasi militer Palestina.Â
Gedung-gedung milik warga sipil dibom, dirudal oleh Israel yang menyebabkan kematian warga-warga sipil, tidak hanya orang dewasa yang menjadi korban, tapi juga anak-anak dan perempuan yang tidak berdosa pun ikut gugur karena agresi tersebut. Padahal telah kita ketahui bersama bahwa dalam perang adalah militer versus militer, combatan versus combatan. Tidak boleh militer dengan segala peralatan perangnya melawan warga sipil yang sama sekali tidak memiliki peralatan perang atau bahkan tidak memiliki keterampilan berperang.
Apa yang dilakukan oleh Israel merupakan pelanggaran hak asasi manusia (HAM) berat yang harus mendapat sorotan lebih dari dunia dan harus dihentikan sesegera mungkin. Terlalu banyak korban, terlalu banyak nyawa melayang, dan terlalu banyak warga sipil, anak kecil dan perempuan yang menjadi korban dari kebiadaban Israel terhadap Palestina. Pelanggaran-pelanggaran aturan internasional oleh Israel tidak boleh didiamkan, harus ada tindak lanjut yang konkret dilakukan secepat mungkin, baik oleh pihak berwenang yaitu PBB, maupun dari negara-negara yang masih menjunjung tinggi nilai kemanusiaan. Tidak perlu menjadi muslim baru memberikan empati, simpati, dan menaruh rasa iba, serta membela Palestina, tapi hanya perlu menjadi manusia, manusia yang berhati nurani dan berakal sehat.
Bangsa Indonesia "berhutang budi" kepada Palestina
Proses perjuangan merebut dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia bukan hal yang mudah dan remeh, tapi penuh dengan jalan berliku, tantangan yang tidak mudah, serta membutuhkan perjuangan yang penuh dengan kesungguh-sungguhan. Perjuangan dalam meraih kemerdekaan Indonesia tidak cukup dengan membasahi tanah air tercinta dengan keringat dan darah, tapi mendapat dukungan dari pihak luar (negara lain) juga menjadi hal yang sangat dibutuhkan.Â
Pengakuan kedaulatan dan kemerdekaan Indonesia menjadi pondasi penting untuk berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai negara yang sah dalam pandangan dunia, karena salah satu syarat berdiriya negara adalah mendapatkan pengakuan secara de facto dan de jure. Salah satu negara yang awal mengakui kedaulatan dan kemerdekaan Indonesia adalah Palestina.
Palestina merupakan termasuk negara yang awal, bersama dengan negara-negara Arab lainnya, dan Mesir menjadi negara yang pertama kali mengakui kemerdekaan Indonesia. Memang Palestina bukan menjadi negara pertama yang mengakui kemerdekaan Indonesia, tapi andil dari Palestina untuk kemerdekaan Indonesia sangatlah besar.Â