Saat ini telah tersedia beasiswa baik dari dalam negeri maupun luar negeri yang melimpah. Beasiswa dalam negeri untuk kuliah di luar negeri terbanyak disediakan oleh LPDP. Kalau penyedia beasiswa yang oleh lembaga asing itu paling banyak adalah AUSAid (Australia Award Scholarship), StuNed (Study in the Netherlands), NZAid (New Zealand ASEAN Scholarship), Uni Eropa (Erasmus) dan masih banyak lagi. Â Dari pengalaman saya, jumlah pelamar yang memenuhi syarat itu tidak pernah melebihi quota beasiswa yang disediakan. Ini artinya bahwa banyaknya penduduk dan pelamar dari Indonesia bukanlah masalah.
Semua orang pernah gagal
Hal berikut yang perlu temans pahami adalah bahwa semua orang pernah gagal. Banyak temans yang bermimpi untuk bisa melanjutkan kuliah ke luar negeri via beasiswa, tapi ternyata bahasa inggris menjadi kendala besar. Ini kisah hampir semua orang yang pernah kuliah di luar negeri. Ini bukan kisah orang yang hanya bisa bermimpi. Artinya, bahasa Inggris sesungguhnya bukanlah kendala. Pengalaman saya mengatakan bahwa kendala utama adalah di kemauan dan keseriusan. Bahkan saya memulai dari kondisi yang sangat memprihatinkan. Bahasa Inggris saya sewaktu kuliah sangat jelek. Saya pernah HER (mengulangi ujian) bahasa Inggris sebanyak tiga kali sewaktu masih kuliah di STPDN. Ini artinya kalau temans tidak pernah HER bahasa Inggris sewaktu S1, maka sesungguhnya temans lebih smart. Dalam kasus saya, bahasa Inggris yang momok, menakutkan ternyata menjadi jalan berkat. Bisa saya katakan bahwa sukses butuh kegagalan atau kegagalan adalah jalan menuju sukses.
Tujuan yang jelas
Kunci utama adalah di VISI, target yang jelas dan jangan malu untuk mengkomunikasikannya dengan orang lain. Karena semakin banyak kita share, maka semakin kuat kepemilikan kita akan visi itu dan kita semakin tertantang untuk mewujudkannya. Tanpa visi dan tanpa tujuan, maka tanpa arah, tanpa tujuan dan tanpa kejelasan kapan tujuan tercapai. Contoh sepele, kalau kita hendak menggunakan taksi, maka sudah harus jelas kemana tujuan kita sebelum kita menumpangi taksi. Bahkan jalan dan waktu yang harus ditempuhpun sudah harus jelas. Kalau tidak jelas tujuan kita, maka ada dua kemungkinan: 1) kita tidak kemana-mana atau 2) kita hanya dibawa putar-putar oleh pak sopir. Habis uang di argo tapi kita tidak pernah sampai di tujuan pada waktu yang semestinya. Ini pentingnya visi.
Maka, kalau ditanya temans untuk apa kita belajar bahasa inggris, maka jawablah dengan jelas dan berani bahwa tujuan saya adalah untuk kuliah di luar negeri, misalnya di Australia. Jangan katakan bahwa tujuan belajar bahasa Inggris adalah agar bisa berbicara bahasa Inggris. Ingat, kita tidak menghentikan taksi untuk kita menumpanginya saja, kita menghentikan taksi untuk suatu tujuan yang jelas. Jawaban yang kedua ini cermin visi yang tidak jelas. Sudah semestinya kalau kita mengasah pisau, maka pasti pisau itu akan jadi tajam. Jadi tujuan kita mengasah pisau sesungguhnya bukan agar pisau itu menjadi tajam, tetapi, misalnya agar bisa memotong lebih banyak sayur dalam waktu lebih singkat. Dulu, waktu saya ditanya tujuan saya belajar bahasa Inggris, maka dengan tegas saya katakan bahwa saya ingin kuliah di Australia. Tanpa malu dan ragu.
Motivasi jangka panjang
Model belajar bahasa Inggris yang hanya ikut-ikutan, panas-panas satu atau dua hari lalu membeku dua atau tiga bulan kemudian hangat lagi dijamin tidak akan mengalami kemajuan. Belajar bahasa inggris bukanlah hal yang gampang dan cepat. Bisa bertahun-tahun. Jadi kalau teman-teman berumur 30 tahun sekarang, maka ada sekitar 12 tahun untuk belajar bahasa Inggris. Kenapa? Karena batas usia untuk kuliah S2 di Australia atau New Zealand adalah 42 tahun. Keterlaluan kalau tidak mencapai TOEFL 500 selama 12 tahun. Itu bukan nggoa bebek (Rote) atau bodok (Kupang) atau pethuk (Jawa) tapi mbera barek (Rote) alias malas. Pengalaman saya membantu puluhan teman yang sudah lulus, ternyata kunci sukses adalah di motivasi yang kuat, bukan di IQ yang tinggi. Kalau rajin dan committed, jalan pasti terbuka.
Hal mendasar lain yang perlu diingat adalah bahwa belajar suatu bahasa itu tidak mudah dan dibutuhkan waktu yang lama. Berbeda kalau belajar memasak, beberapa jam juga bisa. Dibutuhkan waktu beberapa tahun untuk bisa lancar. Namun tidak harus lancar baru bisa pergi kuliah. Kuncinya adalah di skore TOEFL. Ini artinya, temans jangan putus asa kalau setelah belajar 6 bulan atau 1 tahun ternyata TOEFL belum mencapai 500. Kalau belajar serius, setiap hari, beta kira satu tahun juga bisa mencapai 500 tapi kalau seminggu sekali belajarnya, mungkin dibutuhkan waktu selama 2 hingga 3 tahun. Disinilah ujiannya. Harus tahan ditanya-tanya bahkan diganggu oleh temans atau keluarga. Dulu saya alami hal yang sama. Saya selalu ditanya kapan pergi kuliah di Australia padahal waktu itu saya masih belajar bahasa inggris, dan masih D3 belum selesai S1.
Ujian yang sering
Ada baiknya, sebelum memulai program belajar secara serius, coba ketahuilah skor TOEFL. Tujuannya supaya kita tahu di mana posisi kita dan masih berapa skor yang harus kita raih lagi. Hal ini akan memudahan kita saat harus membuat target-target antara, baik itu target waktu belajar maupun target tambahan skor TOEFL. Saran saya, ikutlah TOEFL setiap 6 bulan, jangan menunggu terlalu lama. Tes yang sering setiap 6 bulan ini akan memaksa kita untuk memaksimalkan waktu 6 bulan yang ada. Kalau terlalu lama, kita cenderung menjadi lengah, kurang siaga bahkan lupa kalau perang sedang menanti kita.
Belajar untuk diri sendiri
Cara belajar itu bisa mulai belajar sendiri, tapi lebih bagus belajar kelompok atau bisa kursus. Kalau tidak ada lembaga kursus atau les private di tempat saudara/i, ada baiknya ajak temans yang berminat untuk bisa belajar bersama. Kemudian kalau memungkinkan, temans bisa pergi kursus di kota yang tersedia tempat kursus. Kursus di Bali atau Jawa bisa jadi tantangan yang bagus. Disana terdapat banyak lembaga kursus bahasa Inggris dengan pengajar berkualitas dan penutur asli bahasa Inggris. Pengalaman saya menunjukan bahwa temans yang nekad pergi belajar di Bali/Jawa pasti sukses. Kenapa? Karena mereka pergi dengan harapan yang besar dan tidak diintervensi oleh hal2 lain, khususnya pekerjaan di kantor. Kursus di Bali/Jawa bisa 6 bulan. Beberapa teman saya yang punya pengalaman kursus di Jawa/Bali itu adalah Naftaly Huky dan Petrus Antonius Rasyid yang terbukti tidak saja bisa meraih perbaikan ketrampilan berbahasa Inggris, tapi berhasil memperoleh beasiswa dan sudah menyelesaikan kuliah di Australia.
Sukses butuh pengorbanan
Saran saya, pakailah biaya sendiri kalau mau sukses belajar bahasa Inggris. Jangan harapkan bantuan dari pihak lain termasuk pemda. Kalau kursus dengan biaya sendiri, maka keseriusan jauh lebih tinggi. Tapi kalau pergi kursus dengan bantuan pemda, ternyata banyak yang gagal. Sewaktu memulau belajar bahasa inggris awal2, saya masih ingat, kadang dalam sebulan itu saya habiskan sekitar 30-40% dari total gaji saya pada tahun 1996 yang sekitar Rp. 120.000. Ada pepatah, no pain no gain. Saya melihat pengeluaran tersebut sebagai investasi, bukan kerugian. Karena sudah investasi banyak, maka saya tidak mau main-main belajar bahasa inggris. Kalau temans menghabiskan hanya 0,5- 1 juta rupiah sebulan, saya pikir sangatlah wajar, walaupun faktanya tidak harus habiskan begitu banyak. Hari gini, banyak sekali aplikasi english di android yang bisa di download dengan gratis, jadi tdk harus beli buku mahal2. Manfaatkan internet dan terutama manfaatkan sesama untuk praktek speaking.
Alasan jangan malu
Teman-teman perlu iingat bahwa bahasa inggris itu skill sosial. Semakin dipakai, semakin bagus. If you do not use it, you will lose it. Ini artinya, tidak boleh malu memakainya. Alias do not be ashamed of speaking english and making mistakes. Wajar kalau kita sebagai bukan penutur asli membuat kesalahan, dan untuk itu tidak perlu malu. Harusnya kita malu kalau kita, misalnya Mas Djo yang adalah orang Jawa tapi tidak bisa berbahasa Jawa. Bahasa Inggris bukan bahasa ibu kita sehingga sangat wajar kalau kita buat kesalahan. Justru tidak wajar kalau kita tidak buat kesalahan. Mindset semacam ini yang harus kita miliki.
Maksimalkan Handphone
Kemudahan belajar bahasa Inggris di jaman sekarang adalah bahwa kita dapat belajar dimana saja, kapan saja dan dengan berbagai cara. Dengan HP, kita bisa juga belajar di kantor bahkan di jalan. Carilah teman di kantor yang juga punya niat yang sama sehingga bisa belajar atau gosip bersama in english setiap hari. Ada beberapa metode yang saya pakai dulu. Saya mulai dengan belajar kosa kata dan grammar. Untuk kosa kata, saya coba untuk belajar maksimal 5 kata dengan contoh dan penggunaannya setiap hari. Pada saat yang bersamaan saya belajar grammar dengan memakai kata2 baru yang saya pelajari setiap hari. Jangan terlalu ambisi untuk belajar banyak dalam sehari karena bisa jadi pada hari ke-10 atau ke-30 kita sudah lupa dengan yang kita pelajari pada hari-hari awal. Bisa juga belajar dengan mendengar radio, nonton film dll dalam bahasa inggris. Hari gini, kita dengan mudah bisa mendownload percakapan dalam bahasa inggris ke Hp sehingga kita bisa dengar setiap saat, tidak harus tergantung signal radio.
Cara lain untuk belajar adalah dengan memakai gambar. Ada banyak aplikasi belajar bahasa inggris yang menawarkan gambar. Dengan gambar, saya gampang ingat. Saya mencetak dan menempel gambar-gambar di dinding kamar, km/wc dll. Belajar dari sekitar kita adalah cara yang paling mudah yang sering dilewatkan. Cobalah pahami arti dari kata-kata english yang sering kita pakai dalam percakapan sehari-hari. Misalnya, sabun attack (serang), televisi sharp (tajam) shampoo sunsilk (sun: matahari, silk: sultra), printer canon (meriam), arloji water resistant (tahan air), dll.
Media sosial
Lalu karena banyak aktifitas bahkan banyak sumber daya tersedia di facebook, manfaatkanlah facebook untuk belajar bahasa Inggris. Belajarlah posting atau updating status dengan bahasa Inggris, atau share tips dll terkait cara belajar bahasa Inggris. Selain akan memberi masukan juga mendapat masukan facebookers lain, khususnya mereka yang sudah memiliki ketrampilan berbahasa Inggris yang bagus dan juga mereka yang sedang bahkan sudah kuliah dari luar negeri. Ini juga artinya, bertemanlah dengan mereka yang bisa memberi manfaat semacam ii di facebook.
Strategi 'sekali mendayung dua tiga pulau terlampau' yang saya sarankan adalah belajarlah menulis via email ke Kampus atau Prof di universitas yang hendak kita tuju. Selain email memaksa kita untuk bisa menulis dengan bahasa Inggris yang baik dan benar, juga semakin bertambah pengetahuan dan network kita tentang potensi kuliah lanjutan. Hal terakhir ini juga sangat bermanfaat saat kita mengikuti tes beasiswa. Pengetahuan kita tentang negara tujuan, universitas-universitas dimana tersedia bidang studi yang hendak kita ambil adalah beberapa isu utama saat wawancara beasiswa. Hal terkait lainnya adalah menghadiri kegiatan promosi beasiswa luar negeri secara rutin. Selain menambah pengetahuan dan network, kegiatan semacam ini memupuk dan menumbuhkan rasa percaya diri kita. Ingat bahwa tujuan kita belajar bahasa Inggris adalah untuk melanjutkan kuliah, sehingga sejak dini ketahuilah informasi kegiatan semacam ini.
 Penulis menerima:
1. Beasiswa D3: STPDN (1992-1995)
2. Beasiswa S1: IIP Jakarta (1998-2000)
3. Beasiswa S2: Flinders University of South Australia (2002-2003)
4. Beasiswa S3: Massey University of New Zealand (2014-2018)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H