Lima langkah telah berlalu. Aku benar-benar sempoyongan. Beban kepala begitu berat. Aku sepertinya menabrak. Tak terasa dan aku tak ingat lagi.
Dua hari berikutnya aku duduk tertegun di depan. Kemarin terlalu banyak minum hingga tak mampu menguasai tubuh ini. Aku terjatuh setelah menabrak lemari lalu pingsan. Sayup-sayup terdengar memanggil. Iya benar saja. Lagi-lagi Jono. Sepertinya tidak ada orang lain selain dirinya. Aku muak.
“Ini ada wartawan yang mencarimu. Bukan mencarimu, tapi mencari bapaknya Pak Menteri.”
“Ngawur kamu. Mana ada bapaknya Menteri hidup seperti ini?”
Tak berlangsung lama. Tiba-tiba ada beberapa orang dengan membawa kamera menghampiriku. Ia kemudian bertanya banyak tentang diriku. Mereka mencecar pertanyaan kenapa aku berada di gubuk ini. Aku jawab dan mereka mengerti. Mereka pun berduyun-duyun meninggalku. Begitu juga dengan Jono. “Benar khan? Aku tidak bohong. Anakmu sekarang jadi menteri.”
(*)
Denpasar, 2 Desember 2015
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI