Disusun Oleh: Alkudri Temasmiko, SKM, M.KesÂ
(Innalhamdalillah nahmaduhu wanasta'iinuhu wanastaghfiruhu Wana'udzubiillah minsyurruri 'anfusinaa waminsayyi'ati 'amaalinnaa Manyahdihillah falah mudhillalah Wa man yudh lil falaa haadiyalah, Â Asyhadu allaa ilaaha illallaah wahdahu laa syariikalah wa asyhadu anna muhammadan 'abduhu wa rasuuluh)
Sesungguhnya segala puji hanya milik Allah SWT, yang kita memuji-Nya. Kita memohon pertolongan dan pengampunan dari-Nya dan kita memohon perlindungan dari kejelekan jiwa-jiwa kita dan keburukan amal-amal kita. Barang siapa yang diberi petunjuk oleh Allah maka tidak ada siapapun yang dapat menyesatkannya.  Dan barang siapa yang disesatkan oleh Allah maka tidak ada siapapun yang dapat memberinya petunjuk. Saya bersaksi bahwasanya tiada Ilah yang Haq untuk disembah melainkan Dia ALLAH Subhanahu wa Ta'ala. Dan tiada sekutu bagi-Nya serta  Muhammad Shallallahu 'alaihi wa salam adalah utusan Allah Subhanahu wa ta'ala")
Kebahagiaan merupakan kebutuhan asasi umat manusia. Banyak persepsi soal kebahagian. Ada yang sangat berorientasi pada duniawi, dan ada juga hanya berorentasi pada ukhrawi, serta tak sedikit bahkan nihil orientasi.
Definisi bahagia, dalam tradisi ilmu tasawuf, seperti yang disampaikan Imam al-Ghazali, dalam karyanya yang monumental Ihya Ulumiddin, merupakan sebuah kondisi spiritual, saat manusia berada dalam satu puncak ketakwaan. Bahagia merupakan kenikmatan dari Allah SWT. Kebahagiaan itu adalah manifestasi berharga dari mengingat Allah.Â
Sebuah syair dalam bahasa Arab menyebutkan, "Wa-lastu araa as-sa'adata jam'u maalin wa-laakin at-tuqaa lahiya as-sa'iidu."
Artinya, kebahagiaan bukanlah mengumpulkan harta benda, tetapi takwa kepada Allah.
Dari pengertian kebahagian di atas dapat disimpulkan, bahwa kebahagian yang sebenarnya itu merupakan kesungguhan diri untuk mengingat serta bertakwa kepada Allah SWT.Â
Taqwa secara Etimologi adalah Taqwa berasal dari kata waqa -- yaqi -- wiqayah yang artinya menjaga diri, menghindari dan menjauhi. Sedangkan pengertian Taqwa secara Terminologi adalah Taqwa adalah takut kepada Allah berdasarkan kesadaran dengan mengerjakan segala perintah-Nya dan tidak melanggar dengan menjauhi segala larangan-Nya serta takut terjerumus dalam perbuatan dosa
Kandungan takwa juga telah disebutkan dalam QS Al-Baqarah: 2-5 yang artinya.......orang-orang bertakwa. Yaitu, mereka yang beriman kepada hal-hal gaib, mendirikan shalat, dan menyedekahkan sebagian harta yang mereka miliki dari rezeki Kami. Dan, juga mereka yang beriman dengan yang kami turunkan kepadamu wahai Muhammad, dan yang diturunkan kepada para nabi dan rasul sebelummu. Mereka juga beriman kepada akhirat. Itulah mereka yang mendapatkan petunjuk dari Tuhan mereka. Dan, mereka itulah orang-orang yang beruntung.''
Diantara banyak penjelasan terkait cara dan upaya dalam rangka meraih dan memelihara ketakwaan agar dapat hidup bahagia dunia dan akherat, maka berikut ada beberapa cara agar seorang muslim dapat menjaga kualitas ibadah dan ketakwaannya, yang saya sebut dengan cara "Tiga Rumus" Hidup Bahagia Seorang Muslim Sepanjang Masa.Â
"Tiga Rumus" tersebut adalah pertama jaga ucapan, kedua jaga pikiran, ketiga perbanyak amal kebajikan.Â
Pertama, jaga ucapan.
Jaga ucapan disini yaitu ucapan secara verbal dan non verbal yang harus dijaga. Belajarlah berfikir sebelum berucap dan bertindak, ingatlah. Muslim yang baik itu adalah yang menyelamatkan manusia lainnya dari gangguan lidah dan tangannya. Maka menata hati adalah langkah yang sangat bijaksana dalam kehidupan sehari-hari, karena biasanya ucapan itu cerminan hati.Â
Maka sangat baik jika kita berusaha menata hati kita agar ucapan dan perbuatan kita tidak sanggup menyakit hati-hati lainya dan merusak kualitas ketakwaan kita kepada Allah SWT. Â Ingatlah, seorang muslim itu ibaratkan seperti lebah yang tidak pernah makan lagi mengeluarkan sesuatu kecuali yang baik lagi bermanfaat, dan dia tidak pernah merusak di manapun dia hinggap.Â
Kedua, Jaga Pikiran.
Pikiran adalah hasil berpikir (memikirkan), atau bisa juga berarti akal, ingatan, akal (dalam arti daya upaya), angan-angan, niat, atau maksud.Â
Segala hal yang ada di dunia ini dimulai dari pikiran dan hati. Upaya yang dapat dilakuan dalam hal menjaga pikiran yaitu kita memang harus berpikir "positif"dengan cara mempertebal sifat sabar dalam segala aspek.Â
Sabar adalah kemampuan mengendalikan diri untuk tidak mengambil tindakan sebelum tepat saatnya. Sabar lebih cenderung kepada usaha untuk menjaga kejernihan pikiran dan kebersihan hati, sehingga tidak mengambil tindakan secara tergesa-gesa.
Allah SWT juga menyatakan bahwa orang-orang yang besar imannya hanyalah orang yang sabar (QS 2: 177), hamba yang sabar adalah pribadi yang tidak pernah mengeluh ketika cobaan datang menghantamnya, karena ia meyakini bahwa di balik kesusahan dan cobaan itu terdapat kemudahan (QS 94: 5-6) atau hikmah kebaikan yang tidak ia ketahui (QS. 2: 216).
Rasulullah juga mengatakan mengatakan, ''Sungguh aneh persoalan seorang Mukmin! Sesungguhnya semua permasalahannya adalah baik baginya, hal ini tidak dimiliki kecuali oleh orang-orang Mukmin. Jika mendapatkan kebaikan maka ia bersyukur dan kesyukurannya itu menjadi hak baginya, dan jika ditimpa kesusahan maka ia bersabar dan kesabaran itu menjadi baik baginya.'' (HR Muslim).
 Ketiga perbanyak amal kebajikan.Â
Prof. Hamka dalam kitab tafsirnya "al-Azhar" mengatakan bahwasanya puncak dari segala amal kebajikan atau amal ibadah itu ada dua, yaitu: pertama, memperhambakan diri kepada Allah; dan kedua memperbanyak perbuatan yang memberi manfaat kepada sesama makhluk.Â
Kaitannya dengan puncak amal kebajikan yang kedua, Rasulullah saw. pernah bersabda: "Sebaik-baik manusia di antara kamu adalah orang yang paling banyak manfaatnya bagi orang lain." (HR. Bukhari).
Secara berulang-ulang, al-Qur'an pun banyak menyebutkan keutamaan mengerjakan amal saleh, di mana Allah SWT menghadiahkan pahala yang sangat besar kepada hamba-hambaNya yang mengerjakan amal kebajikan. Sebagaimana firmanNya dalam surat an-Nahl ayat 97, Allah menjanjikan suatu kehidupan dan balasan yang baik bagi orang-orang yang berbuat kebajikan. "Barangsiapa mengerjakan kebajikan baik kaum laki-laki maupun perempuan dan dia beriman, maka pasti Kami akan berikan kepadanya kehidupan yang baik, dan Kami akan berikan balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan."
Wallahu 'alam bi showab.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H