Mohon tunggu...
Lyfe

Mencari Sosok Mahasiswa Ideal

1 Februari 2017   22:05 Diperbarui: 1 Februari 2017   22:12 872
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://sasahub.com/

Halo kawan kawan tulisan ini ditujukan untuk mahasiswa tingkat awal dan siswa siswa yang menamai diri mereka calon mahasiswa. Jadi kalau pembaca yang terhormat bukan keduanya sebaiknya tidak dilanjutkan membaca, takut tidak worth it J. Di sini saya akan menceritakan pencarian jati diri seorang mahasiswa ideal. Tujuannya supaya tidak lagi banyak mahasiswa baru yang merasa gagal seperti yang penulis rasakan.

Sebagai mahasiswa di awal awal masuk pasti akan disambut oleh perhelatan kaderisasi akbar di kampus masing masing. Di sini pasti kawan kawan akan dicekoki dengan berbagai dogma salah satunya mahasiswa adalah agent of change. Tak dapat dipungkiri memang karena sejarah mengatakan begitu terbukti dari lahirnya reformasi karena hasil udunan tenaga mahasiswa. 

Kemudian dalam keberjalanannya setelah menjadi mahasiswa setiap jurusan pun mengharapkan outcome dari jurusannya dapat menjadi pembeda merubah lingkungannya menjadi lebih baik. Akan tetapi, apakah benar semua mahasiswa bisa menjadi agent of change? Jawaban yang bisa penulis sampaikan hingga saat ini adalah tergantung, tergantung dari apakah mahasiswa itu bisa merubah dirinya selama menjadi mahasiswa menuju agent of change.

Dunia kampus adalah dunia penuh dengan pilihan. Kamu bisa jadi apapun yang kamu mau. Terlebih bagi mahasiswa perantau yang sudah tidak lagi satu atap (sementara) dengan orang tuanya, pasti akan lebih bebas dalam menentukan pilihannya. Untuk itu di sini penulis ingin mencoba menawarkan sosok sosok mahasiswa ideal yang penulis lihat selama di kampus. Kawan kawan bisa memilih, mengombinasikan, menghilangkan, menyisipkan silahkan. Karena sejatinya ideal bagi setiap orang berbeda beda. Supaya tidak salah pilih, sebagai mahasiswa bau (red : baru) penulis menyarankan supaya kepolah sekepo keponya kawan kawan. Kepo ke kakak tingkat (kemudian disingkat kating), alumni, bahkan dosen, dan tak lupa minta restu kedua orang tua. Dengan pilihan tepat dan tindakan yang benar jalan menuju agent of change (positif tentunya) akan terbuka lebar.

1. Mahasiswa Akademisi yang Prestatif, kalau kamu ingin menjadi peneliti, dosen, atau semacamnya tentulah kamu harus punya prestasi dan nilai akademik yang mumpuni. Di sini kawan kawan juga bisa memfokuskan diri dalam memaknai prestasi itu sendiri. Bisa dengan semata mata IPK yang tinggi, ikut berbagai macam lomba, ikut penelitian dan seminar seminar ilmiah, atau bahkan exchange keliling luar negeri. Saran untuk dikepoi diantaranya mahasiswa berprestasi (jurusan, fakultas, dan kampus), mahasiswa langganan juara lomba (PKM, onmipa, osn-pti, robotika, atau non akademik lainnya), mahasiswa tempat tujuan exchange teman teman, alumni, dan dosen. 

Untuk menjadi akademisi yang prestatif teman teman juga perlu memerhatikan mau ambil berapa sks setiap semesternya, berapa kali mengambil semester pendek (kalau di itb agak susah sih), supaya tetap lulus tepat waktu juga apabila ada tawaran exchange selama satu semester atau bahkan satu tahun. Jangan harap di kampus untuk berprestasi bisa semudah saat SMP/SMA. Kalau mungkin ketika SMA, sekolahlah yang mendorong kita untuk mengikuti suatu lomba, di kuliah dosen tidak akan care dengan prestasi kawan kawan. Ya mungkin akan care kalau kawan kawan udah juara :p. Jadi jangan jumawa ketika IPK sudah tinggi lalu menunggu panggilan dosen untuk diikutkan suatu lomba. So, salah satu quotes menarik untuk bagian ini adalah prestasi itu diraih bukan didapat J.

2. Mahasiswa Aktivis, kalau kamu lebih tertarik untuk membangun relasi dan belajar memimpin sebuah kelompok tidak ada salahnya untuk terjun sebagai mahasiswa aktivis. Aktivitas dikampus sehingga kamu dicap sebagai aktivis sangatlah banyak. Mulai dari Kepanitiaan di Kampus (kalau di ITB ada Wisuda, AMI, OSKM/Integrasi, Gebrak Ganesha dll), Unit Kegiatan Mahasiswa (which is di ITB ada sampai 80an Unit), Himpunan Mahasiswa Jurusan, BEM Fakultas, MWA Wakil Mahasiswa, dan BEM tingkat Kampus. Selain itu banyak juga mahasiswa yang menggeluti bidang pengabdian masyarakat biasanya dalam bentuk Social Preneur, Gerakan Gerakan, Pengajar Relawan, atau yang benar benar membangun desa seperti KKN. Yang terkadang memberatkan bagi mahasiswa aktivis ini adalah naluri coba coba. 

Semua aktivitas diikutkan sampai membuat lupa kelas, lupa istirahat, lupa makan, sama mungkin lupa si dia *lah. Saran saya sebelum masuk ke setiap ranah tanyakan dulu ke kating kating yang mungkin memang sudah terjun di ranah tersebut. Coba tarik kelebihan dan kekurangannya kalau beraktivitas di sana lalu pertimbangkan juga dengan tujuan bermahasiswa masing masing. 

Sungguh kontraproduktif apabila kawan kawan malah mencoba semua dengan alasan penasaran. Lebih baik tanyakan saja rasa penasaran tersebut ke mereka mereka yang sudah ada di sana. Penulis menyarankan cukup memfokuskan 1 atau 2 kegiatan di luar akademik, silahkan kawan kawan pilih mau memilih semuanya namun menggilir di tiap semester atau memang fokus di satu ranah sejak semester awal. Lalu kalau sudah menemukan wadah yang tepat pertimbangkan kesibukan yang ada dengan kesibukan akademik. 

Di sini kawan kawan dilatih untuk bijak. Tidak di setiap waktu akademik selalu jadi nomor satu. Bisa jadi di rentang waktu tertentu di tempat teman teman beraktivitas akan terjadi bencana tsunami kalau teman teman malah mementingkan akademik (di luar waktu UTS sama UAS tentunya :p). Bijaklah akan setiap amanah dan tanggung jawab yang kawan kawan emban. Lalu yang kedua, proyeksikan kawan kawan akan menjadi apa di tempat teman teman beraktivitas. Kalau ingin menjadi Presiden BEM kampus, kepo kepo lah track record Presiden Presiden terdahulu. Supaya siap melanjutkan si dia *lah dia lagi*. Karena di setiap posisi menjanjikan pembelajaran yang berharga dan juga memusingkan kepala (kudu kepo2 juga paitnya :p).

3. Mahasiswa Pebisnis, nah ini buat kawan kawan yang punya niatan untuk mandiri sedari masih mahasiswa. Mungkin banyak dari kita ingin mandiri tapi tidak tahu darimana memulai usaha. Saran penulis untuk kasus seperti itu, cobalah untuk menjadi reseller dari dagangan orang lain. Kalau di ITB (punteun ya contohnya kampus sendiri terus, karena gk tau kondisi kampus lain), banyak mahasiswa yang berjualan donat, risol cocol, nasi kuning, atau pisang cool. Mungkin awalnya hanya untuk kegiatan danus saja (dana usaha). Namun, dari sini kita dilatih untuk memunculkan sense of business kita. Dari sini juga kita jadi ada relasi dengan pedagang aslinya tentunya. Sedikit banyak contoh mahasiswa yang berhasil di bidang bisnis seperti usaha makanan, usaha konveksi, usaha cetak buku, dan lain sebagainya. 

Saran sosok untuk dikepoi, mahasiswa pebisnis yang sukses duluan, alumni yang memiliki bisnis tentunya, serta orang orang yang menunjang kepada bidang bisnis yang nantinya teman teman geluti. Lalu warning dari penulis untuk yang bercita cita menjadi mahasiswa pebisnis adalah jangan lupakan kuliah. Karena bagaimanapun kawan kawan menjadi mahasiswa dulu sebelum menjadi pebisnis (biasanya). Jadi, jangan lupakan tujuan teman teman masuk kampus masing masing. Biasanya kalau profit sudah menjanjikan mahasiswa malah malas malasan untuk kuliah. Jangan salah fokus, bagaimanapun juga karena penulis bukan Bill Gates ataupun Steve Jobs : Tuntaskan Kuliahmu! J

4. Mahasiswa Aktivis yang Prestatif, nah untuk spesies ini termasuk langka kawan kawan namun sering saya temui sih kalau di ITB. Mahasiswa yang keliatannya gak tau kapan belajarnya, malah terlihat lebih sering rapat tapi Indeks Prestasi terbang mengangkasa. Mungkin ini sosok ideal yang umum di mata mahasiswa yang baru. Saran saya untuk bertekad menjadi mahasiswa seperti ini, kamu harus kuat nak. Lalu jangan tertipu bahwa kehidupan mahasiswa ini selalu paralel dalam pencapaiannya. Terkadang kasus yang sering saya liat, mahasiswa yang terlihat sebagai aktivis yang prestatif punya cara unik untuk memfokuskan diri. Mungkin bulan ini memang ia habiskan untuk beraktivitas atau menuntaskan amanah amanah kampus, setelah selesai bulan/minggu selanjutnya ia memfokuskan diri untuk lomba, lalu tak lupa mengejar IP di kelas. So do you dare enough to become common sense of mahasiswa ideal ini?

5. Mahasiswa Aktivis yang prestatif dan punya bisnis ulung, satu kata untuk mahasiswa ini. Gokil. Sejauh ini saya belum menemukan mahasiswa seperti ini. Katanya sih dulu di ITB ada, tapi kalau ada saya pastikan dia manajemen fokusnya melebihi si nomor 4. Karena saya belum nemu jadi gak bisa cerita banyak ya di sini ^^.

So, untuk membantu mengkonstruksi sosok mahasiswa ideal dari berbagai pilihan yang ada. Penulis ingin membagikan tips.

1. Pilihlah jalanmu sendiri

Dari cerita saya di atas mungkin baru sebagian dari sekian banyak pilihan mahasiswa yang ada. Salah satu yang belum tertulis mungkin mahasiswa yang sukses membina rumah tangga di usia muda :p. So, jangan terkungkung atas 5 deskripsi yang saya uraikan di atas. Silahkan kepo kepo ke berbagai narasumber yang bisa kawan kawan jangkau. Selagi tingkat awal maksimalkan lah informasi yang ada untuk kemudian memilih jalan ideal yang ingin dilalui.

2. Fokus pada Pilihan

Seperti yang sudah saya singgung di bagian atas. Bahwa sejatinya kita tidak bisa mendapat banyak hal dalam satu kali tangkapan. Harus ada yang didahulukan dan harus ada yang ditinggalkan. Ini adalah masalah prioritas. Sebagai mahasiswa penulis merasa skill inilah yang sangat terasa. Bagaimana me-manage prioritas, tanggung jawab, dan hal hal penting yang menunjang masa depan. Karena waktu yang kita miliki terbatas, fokuslah pada pilihan yang sudah kawan kawan ambil lalu bijaklah dalam memilih prioritas di setiap waktunya.

3. Jangan menyesal atas Pilihanmu

Penyesalan memang selalu datang di akhir. Kawan kawan di suatu waktu mungkin akan merasakan menyesal akan hasil yang didapat. Jangan kaget ketika kawan kawan mungkin dapat E, bisa jadi itu karena pilihan kawan kawan untuk tidak belajar dan menganggap remeh setiap tugas kuliah. Lalu jangan terlalu sering membandingkan diri dengan orang lain. Karena orang lain tidak tau kapasitas kita, dan kita tidak tau apa saja ujian yang sudah dilewati orang lain untuk mencapai kesuksesannya. Teruslah berkembang dan jadikan orang yang sukses duluan sebagai guru dalam pengalaman dan perjalanan kawan kawan menuju sosok mahasiswa ideal yang kawan kawan idam idamkan.

Sekian saja tulisan ini penulis buat, silahkan memaknai sosok mahasiswa ideal masing masing. Selamat berubah menuju agent of change. Seperti tulisan saya sebelumnya. Selamat berjuang mahasiswa, Indonesia menanti kontribusimu. Hidup Mahasiswa!

Tulisan terkait di sini.

 Ttd

Mahasiswa yang Belum Ideal
Hilmy Adam Jieta Pradana

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun