Mohon tunggu...
Lyfe

Generasi Rabbani yang Seimbang Iman, Ilmu dan Amal: Opini Akan Sebuah Utopi

31 Desember 2016   17:08 Diperbarui: 31 Desember 2016   17:43 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: www.risalahmujahidin.com

Rasanya tidak asing terdengar kata kata di atas. Rankaian untaian kata melandaskan amaliyah sebuah jamiyah. Ingin rasanya sedikit merefleksikan kata kata tersebut. Sebagai pembelajaran bersama mengapa kita bergerak dalam jamiyah ini.

Rabbani, dalam Jami’ul Bayaan fii Ta’wilil Quraan, beliau menyebutkan lima hal yang harus dimiliki seorang Rabbani.

1. ‘Alim dan Mutsaqqaf, yakni seorang yang berilmu dan berwawasan

2. Faqih, berbeda dengan orang ‘alim seorang yang faqih tidak cukup memahami sebuah konsep ilmu saja melainkan mampu juga mendiagnosa keadaan dalam persoalan yang berkaitan. Sehingga dari seorang faqih lahir sebuah fatwa yang tepat akan sebuah masalah

3. Al Bashirah bis Siyasah, seorang yang memiliki kedalaman pandangan tentang politik.

4. Al Bashirah bi Tadbir, seorang yang memiliki kedalaman pandangan dalam hal manajemen.

5. Al Qiyam bis Su’unir Ra’iyah li Mashlahatid Dunyaa Wad Diin, merupakan implementasi dari poin ketiga dan keempat. Seorang Rabbani perlu lah memiliki kepedulian pada kepentingan public.

Ke-5 poin ini terangkum dalam penggalan kalimat “Seimbang Ilmu, Iman , dan Amal”. Walau sejujurnya penulis lebih setuju penggunaan proposional dibanding seimbang, karena dalam beberapa kasus ada yang lebih diperlukan untuk menonjolkan dari salah satunya. Sungguh mulia dan besar cita cita ini. Sudahkah terbayang akan seperti apakah dunia dengan generasi seperti itu? Ya generasi seperti generasi As-Sabiqun al-Awwalun, generasi hasil didikan langsung Rasulullah saw. Para penggerak negeri madani yang mengaktivasi Al-Qur’an dalam setiap muamalahnya. Sebagai penggerak cita cita tersebut, sudah sewajarnya untuk membayangkan hal tersebut. Karena seorang yang besar, selalu melihat sesuatu sebelum orang lain melihatnya, bahkan menyadarinya. Lalu mereka mewujudkannya.

Namun generasi apakah yang kini sedang dihadapi? Kebanyakan teori yang menjelaskan klasifikasi generasi menamai generasi remaja sekarang ini adalah generasi Z. Dalam teori generasi (Generation Theory) hingga saat ini dikenal ada 5 generasi, yaitu: (1) Generasi Baby Boomer, lahir 1946-1964, (2) Generasi X, lahir 1965-1980, (3) Generasi Y, lahir 1981-1994. Generasi Z, lahir 1995-2010, dan (5) Generasi Alpha, lahir 2011-2025. Lahir pada situasi politik yang cenderung stabil di Indonesia. Membuat generasi Z (kemudian disingkat gen Z) ini nyaman dan tidak aware terhadap konflik. Generasi me, me, me yang mencari eksistensi pengakuan diri tidak lagi menciptakan suasana penuh rasa berkorban, apabila dirinya sudah tidak akui maka ia mengalir ke wadah lain yang memiliki potensi eksistensi yang lebih besar.

Scrolling timeline, baca chat dari berpuluh puluh grup, dan informasi informasi yang sangat cepat bersliweran ini membuat gen Z sangat kreatif dan multitasking memang. Akan tetapi membuat mereka menjadi dangkal tidak dalam akan berfikir. Inginnya instant segera selesai namun tidak berfikir dampak selanjutnya dari perspektif yang berbeda.

Inikah generasi yang alim, faqih, bashir yang dicita citakan itu?

Jawabnya belum. Tak perlu jauh jauh merefleksikan hasil, dari segi yang membina gen z sekarang ini pun masih belum mencapai generasi impian tersebut. Lalu adakah bisa ia yang setiap jamnya resah melihat gadget ini bisa peduli  dengan kepentingan publik? Jawabnya masih bisa.

Transformasi yang Rasulullah lakukan pun lebih gila apabila melihat gap yang ada pada zaman beliau dengan gap zaman sekarang. Karena sejatinya cita cita generasi impian ini tak bisa diemban satu golongan saja. Melainkan setiap elemen yang ada pada masyarakat perlu saling bahu membahu dalam mewujudkan cita cita tersebut. Jamiyah Karisma sendiri menurut hemat penulis perlu mengambil posisi yang tegas dalam mengambil peran terwujudnya generasi impian tersebut. Perlu definisi input yang spesifik dan output yang jelas sehingga setiap prosesnya dapat dikontrol dengan baik.

Sekali lagi, karena cita cita tersebut tidak bisa diampu oleh satu golongan semata. Sudah sepatutnya sekalipun sudah lulus dari jamiyah ini, setiap insan penggerak mimpi itu masih memiliki semangat yang sama. Rasulullah sendiri tidak serta merta mencetak generasi dari 1 atau 2 ta’lim memberikan kabar baik atau memberikan peringatan. Dengan telaten beliau mulai dari karib terdekat, tetangga, satu kota, lalu membuat negara bernafaskan khilafah Islamiyah. Dari negeri ini tidak terputuslah generasi impian yang sudah Rasulullah bangun sejak awal.

Begitu pula di Karisma, 1 atau 2 adik yang ditransformasikan tidaklah cukup sendirian melawan arus zaman. Perlu dukungan dari semua elemen untuk membentuk generasi impian yang berkelanjutan. Dengan semangat yang sama saat masih dalam satu jamiyah, pembina Karisma tetaplah seorang muslim. Sebagai muslim cita cita ini pun perlu terus dilanjutkan.

Dari mana memulainya? Persis seperti yang dinasihatkan oleh Aa Gym, mulai dari diri sendiri, mulai dari yang kecil mulai dari sekarang. Mulai dari membangun diri pribadi menuju keteladanan bagi sesama. Mengokohkan fisik, menguatkan akal, mempertebal akidah, dan bermuamalah sesuai tuntunan Rasulullah saw. Menjadikan diri menuju “seimbang ilmu iman dan amal” yang disebutkan di atas.

Ketika teladan mulai terbentuk, kembangkan kembali dengan institusi terdekat setiap manusia yakni keluarga. Membangun keluarga islam sendiri merupakan titik sentral dalam transformasi generasi ini. Rasulullah sendiri pun memiliki lilin lilin kecil cahaya Islam melalui setiap bani yang ada pada zaman tersebut. Karisma sendiri sekarang hadir sebagai asisten bagi orang tua untuk mendidik anak anaknya dalam institusi keluarga. Sebagai orang tua bahkan guru pun akan turut dihisab pada setiap kesalahan anak karena tidak adanya penyampaian pembelajaran kepada anak tersebut. Dari institusi kecil ini pula musuh musuh Islam masuk memporakporandakan pondasi muslim.

Dari institusi keluarga ini anak banyak mengenal dunia. Mulai dari keteladanan yang orang tua tampakkan, akal, pola berfikir, jiwa atau keadaan psikologis, tuntunan beribadah, berbakti ke orang tua, yang ke semuanya bermuara pada  perspektif anak dalam memandang hidup itu sendiri. Semangat generasi impian perlu dibentuk dari yang paling dekat ini. Tidakkah anak shaleh itu adalah amal jariyah sendiri bagi orang tuanya?

Setelah  lilin lilin kecil ini bercahaya dalam setiap pintu rumah ummat muslim. Dengan seorang pemimpin yang hanif, sinar ini akan membentuk interferensi yang konstruktif. Sehingga dengan izin Allah negeri madani yang dirindukan bisa dinikmati kembali. Negeri yang bernafaskan khilafah islamiyah ini lah yang nantinya akan membuat generasi impian sustain. Sehingga 1 atau 2 anak yang tertransformasikan beberapa paragraf diatas tidaklah perlu melawan arus tapi menjadi arus itu sendiri.

Tidakkah rindu akan sosok sosok generasi idaman seperti Abu Bakr, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib hadir kembali mengisi bumi yang sudah tua ini. Atau penakluk penakluk tangguh yang hadir setelahnya seperti Khalid bin Walid, Muhammad Al Fatih, Thariq bin Ziyad. Atau bahkan dengan cendekiawan seperti Abdullah bin Masud, Zaid bin Tsabit, Hassan Al Bashri. Tidakkah sosok mereka dirindukan sekarang?

Itulah generasi impian generasi rabbani yang dirindukan. Seimbang akan ilmu, iman, dan amal. Tidak hanya mencari eksistensi hampa, melainkan untuk tujuan akhirat semata.

Bisakah generasi utopi seperti itu kembali dijemput? Mari renungkan dan cobalah wujudkan bersama dalam kebarayaan. Sekali lagi penulis berharap semoga cita cita generasi ini tidak berhenti pada golongan tertentu saja, melainkan menjadi mimpi bersama, Islam sebagai Rahmatan lil Alamin.

Terakhir penulis mengutip sajak Buya Hamka “Bebanmu akan berat. Jiwamu harus kuat. Tetapi aku percaya langkahmu akan jaya. Kuatkan pribadimu!” – Jayakarta, Januari 1950.

Tetap semangat menjadi pribadi hebat, menjadi pahlawan menjemput generasi yang kini masih menjadi utopi.

Referensi :

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun