".....Jika suatu wabah ternyata tak terkendali, itu karena manusia tidak kompeten, bukan karena kemarahan Ilahi".Â
Begitulah penggalan kalimat yang ditorehkan Yuval Noah Harari dalam bukunya berjudul Homo Deus ketika meruntut peristiwa kelam pada dekade 1330-an di Asia, Eropa, dan Afrika.
Ketika itu wabah yang populer bernama 'Black Death' atau maut hitam yang disebabkan bakteri yersinia pestis mulai menginfeksi manusia dan dalam kurun waktu 4 tahun melenyapkan sekitar 75 juta sampai 200 juta populasi manusia.
Saat ini dunia masih dirundung wabah. Corona virus, mahluk berukuran 80-150 nanometer yang pertama kali ditemukan oleh DA Tyrrel dan ML Bynoe pada tahun 1960-an hadir melulu lantahkan aktifitas normal manusia dalam bentuk Corona Virus Disease 2019 (Covid-19).
Bahkan muncul stigma dikalangan masyarakat bahwa wabah Covid-19 sebagai sebab musabab akan kesengsaraan, kesulitan, kedukaan bermantra kesedihan yang dirasakan sebagian besar umat manusia saat ini. Tidak ada kebaikan.
Namun dibulan yang penuh berkah ini sejenak kita menjernihkan pikiran. Benarkah dibalik wabah hanya kesulitan yang diperoleh umat manusia?
Dalam Al-Qur'an Allah Ta'ala telah menjanjikan dalam firmannya: "Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan, sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan" (QS. Al-Insyirah 94: Ayat 5-6).
Dua kali Allah Ta'ala menyebutkan hal yang sama sebagai bentuk penegasan. Kata 'bersama' mengartikan kesulitan dan kemudahan hadir dalam dimensi ruang dan waktu yang sama. Tidak berbeda.Â
Maka dibulan ramadhan ini kita  menelisik keadaan yang sekarang terjadi dari sudut pandang yang lain. Wabah ini tidak selalu identik dengan kesedihan dan kesulitan. Ada bahagiah didalamnya.
Mendidik Kemanusiaan
Di Indonesia wabah Covid-19 telah berhasil memadrasahkan kemanusiaan sebagian besar masyarakat.